Kristik menggunakan media kain yang memiliki lubang berbentuk kotak dengan ukuran yang sama. Kotak-kotak ini disulami dengan teknik tusuk silang yang membentuk hurif X.
Hasil kerajinan kristik yang lazim dikenal adalah hiasan dinding, juga ada hiasan pada baju atau peralatan rumah tangga.
Baca juga: Selain Pencak Silat, Ini 9 Budaya Indonesia yang Masuk Warisan Budaya Tak Benda
Dari kerajinan kristik yang dilakukan wanita Belanda ini para perempuan Gorontalo dari kalangan atas mengadopsi.
Perempuan bangsawan ini kemudian membuat pola kristik dari selembar kain putih. Serat-serat kain diiris, baik yang vertikal maupun yang horisontal, persilangan kain yang tersisa diikat sehingga membentuk bidang seperti media kain kristik.
“Makanya dulu hanya ada satu warna, baik kain maupun benangnya. Karena benang sisa serat kain itu digunakan lagi untuk menyulam,” tutur Arfa.
Baca juga: Silat Malaysia Juga Masuk Warisan Budaya Tak Benda, Apa Bedanya dengan Pencak Silat Indonesia?
Dari keterampilan inilah kemudian lahir sulaman karawo yang dikenal hingga saat ini.
Bedanya sulaman sekarang berkembang pesat dengan ragam media kain, termasuk kain sutra. Demikian juga dengan benang yang digunakan tidak lagi memakai benang sisda irisan serat kain, namun sudah diganti dengan ragam benang yang lebih bagus dari sisi warga dan bahannya. Sehingga padu padan warga, pola, dan desain menawarkan pesona keindahan sulaman karawo.
Sebagai produk budaya yang memiliki nilai ekonomi tinggi, sulaman karawo menjadi aset penting dalam mengembangkan perekonomian daerah.
Baca juga: INFOGRAFIK: Pencak Silat, Warisan Budaya Tak Benda
Karawo telah menjadi alat distribusi pendapatan dan kesejahteraan ke banyak perajin dan pedagang di pelosok Gorontalo.
Terlebih saat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo bersama Masyarakat Fotografi Gorontalo (MFG) dan Jurusan Teknik Kriya Universitas Negeri Gorontalo pada 2010 merintis pemuliaan komoditas dan identitas budaya ini hingga lahir Festival Karawo setahun kemudian yang berlanjut hingga saat ini.
Sebagai produk kebudayaan, sulaman karawo memiliki nilai budaya dan ekonomi.
Baca juga: 10 Warisan Budaya Dunia UNESCO di Indonesia, Terbaru Sumbu Filosofi
Karawo telah menjadi identitas Gorontalo, dan menyumbang kekayaan wastra Nusantara.
Pewarisan kerajinan penting ini mendapat dukungan Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XVII yang memiliki wilayah kerja di Provinsi Sulawesi Utara dan Gorontalo.
BPK XVII mengumpulkan para perajin karawo yang telah mengikuti kurasi pada program kumpul komunitas karawo yang berlangsung di Danau Perintis Kecamatan Suwawa, Minggu (30/6/2024).