Saat itulah Arsyad dihubungi seorang petugas pemulasaran jenazah. Dia menawarkan jasa sopir ojek online untuk mengantarnya.
Di lokasi itu, ada pengendara ojek online bernama Darmawansyah.
Darmawansyah tak menyangka akan mengantar pulang seorang kakek dan jenazah cucunya. Awalnya dia mengaku dipanggil petugas setelah selesai mengantar pesanan makanan ke rumah sakit.
Petugas itu menanyakan apakah dia bersedia dibayar Rp150.000 untuk membantu “orang susah” ke RSUD Batara Siang Pangkep.
Baca juga: Kabel Bocor di Makassar Tewaskan Wanita, PLN Perbaiki Instalasi
Setelah mengetahui kisah Arsyad – dan melihat jenazah bayi yang dibungkus dengan sarung – Darmawansyah pun teringat keponakannya yang pernah terpaksa diantar menggunakan motor ke rumah sakit.
“Saya iba, kasihan. Dia [Arsyad] sampai diminta Rp800.000 [untuk sewa ambulans],” ujar Darmawansyah.
Darmawansyah pun mengantar Arsyad dan jenazah cucunya ke RSUD Batara Siang dengan menempuh jarak sejauh 53 kilometer. Dia kemudian mengunggah video perjalanannya ke jejaring media sosial.
Videonya itu langsung viral dan menjadi pembicaraan khalayak pada akhir pekan silam.
Ami, 39 tahun, warga Makassar, mengaku keluarganya pernah harus membayar sekitar Rp2 juta saat ibunya meninggal dunia pada tahun 2016.
“Untuk yang aku alami mungkin dikarenakan jarak tempuh. Karena dari rumah sakit ibukota ke kampungku itu cukup jauh [waktu itu perjalanan sekitar delapan jam perjalanan darat dengan jarak 360 kilometer).
Baca juga: Kasus Penganiayaan Santri di Makassar, Polisi Akan Periksa Korban
"Jadi mungkin pertimbangannya bahan bakar dan sopir pulang-pergi. BPJS sendiri setahuku untuk dalam kota saja,” ujar Ami.
Mengenai cerita Arsyad dan jenazah cucunya yang menjadi viral, Ami mengatakan pelayanan medis di daerah memang terbatas.
Dia berharap pemerintah daerah dan pusat bisa lebih memperhatikan akses dan pelayanan kesehatan di daerah.
“Jangan menunggu viral dulu baru ditindaklanjuti,” tegasnya.
Pelaksana harian (Plh.) Direktur Utama RSUP Dr. Tadjuddin Chalid Makassar, Angriany Rauf, dalam keterangan tertulis menyatakan pihak manajemen sangat menyayangkan kejadian tersebut.
Menurut Angriany, seorang petugas Instalasi Forensik dan Pemulasaran Jenazah di rumah sakit yang bernama Herman saat itu berkomunikasi dengan Arsyad untuk memulangkan jenazah.
Angriany menjelaskan mobil ambulans yang tersedia di RSUP Dr. Tadjuddin Chalid digunakan mengangkut pasien yang perlu dirujuk ke rumah sakit lain.
Adapun untuk pengangkutan jenazah, RSUP Dr. Tadjuddin Chalid bekerja sama dengan pihak ketiga. Namun, ketika Herman menawarkan mobil jenazah mitra, Arsyad menyatakan tidak mampu.
Di sisi lain, pihak keluarga berharap agar jenazah bayi dapat segera dipulangkan mengingat jarak yang jauh dari rumah sakit ke rumah mereka di seberang pulau.
Baca juga: Kasus Perundungan Siswa Difabel di Makassar, Polisi Panggil Orangtua Pelaku Besok
“Herman berinisiatif sendiri mencari ojol [ojek online] kemudian menawarkan bantuan pribadinya dengan memberikan uang sebesar Rp150.000 agar jenazah bisa dibawa pulang ke Pangkep,” terang Angriany yang menyebut pihak RS memohon maaf atas kejadian tersebut.
“Kami berkomitmen untuk membenahi dan memperbaiki kualitas pelayan rumah sakit kami agar dapat membantu pelayanan kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat tanpa terkecuali,” ujar Angriany dalam pernyataannya.
BBC News Indonesia berupaya meminta keterangan lebih lanjut mengenai insiden tersebut – termasuk mengenai aturan BPJS dan apa yang bisa dilakukan untuk perbaikan ke depannya – tetapi pihak RSUP Dr. Tadjuddin Chalid Makassar bersikukuh untuk hanya memberi keterangan tertulis tanpa merespons pertanyaan apa pun.