Selanjutnya, masyarakat akan menjemur padi dalam lingkaran pagar, dilanjutkan adengka ase, yakni menumbuk padi dengan lesung.
Warga setempat juga akan mengupas kelapa utuh yang ditanam sendiri (ammisa kalulu).
Tepat dua hari sebelum perayaan, masyarakat yang akan mengikuti Maudu Lompoa melakukan acara pemotongan ayam kampung dan menghias telur.
Ibu rumah tangga yang dibantu anak-anaknya akan mulai memasak. Perempuan-perempuan ini harus memakai sarung dalam keadaan bersih dan mengambil air wudhu sebelum memasak.
Prosesi memasak dilakukan di dalam ra’bang atau kolong rumah panggung dan tidak boleh keluar pagar.
Mereka akan mulai memasak nasi pamatara beserta lauknya, yakni ayam goreng, serta berbagai kue tradisional dengan menggunakan kayu bakar.
Beras yang dimasak pun sebelumnya harus dicuci tujuh kali dan air cuciannya ditampung dalam lubang yang sengaja dibuat dalam ra’bang.
Isi bakul disesuaikan jumlah keluarga tiap rumah, dengan setiap satu orang anggota keluarga harus dipotongkan satu ayam dan dimasakkan satu gantang (empat liter) beras.
Sedangkan jumlah telur hias disesuaikan dengan kemampuan masing-masing keluarga, umumnya minimal berjumlah 20 butir.
Selanjutnya, bakul berisi hidangan atau Baku Maudu itu akan dikumpulkan pada julung-julung yang akan diarak menuju pinggir Sungai Cikoang.
Julung-julung yang dihias dengan kain sarung warna-warni tidak hanya berisi Baku Maudu atau bakul berisi hidangan, namun juga diisi dengan perlengkapan sehari-hari dan hasil bumi,
Julung-julung yang sudah dihias dan terisi dengan lengkap nantinya akan dikumpulkan di sebuah titik yang menjadi tempat pelaksanaan Maudu Lompoa.
Isi dari julung-julung pun akan dibagikan kepada semua orang yang menghadiri acara Maudu Lompoa ini.
Sementara prosesi utama dalam rangkaian tradisi Maudu Lompoa adalah Zikkiri' dan Sura' Rate' yaitu i pembacaan kisah kelahiran Nabi Muhammad SAW dan sejarah masuknya Islam di Cikoang.
Dilakukan pula pembacaaan shalawat yang ditujukan untuk Rasulullah Muhammad SAW.