Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menhan Sjafrie Soroti Bencana Sumatera-Aceh: Hutan Lindung Tak Dijaga, Perlu Militer Kuat

Kompas.com, 9 Desember 2025, 14:08 WIB
Atri Suryatri Abbas,
Vachri Rinaldy Lutfipambudi

Tim Redaksi

MAKASSAR, KOMPAS.com - Menteri Pertahanan (Menhan) Sjafrie Sjamsoeddin menyebut bencana banjir dan longsor di Sumatera dan Aceh sebagai bukti bahwa hutan lindung di Indonesia tidak dijaga hingga dikelola secara ilegal.

Menurutnya, perlu ada militer yang kuat untuk menjaga kekayaan alam.

Ia mengungkapkan, bahwa Indonesia memiliki banyak kekayaan alam, namun dikelola secara ilegal oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

“Sekian banyak tambang kita, sawit kita itu dikelola secara ilegal, mahasiswa harus ingat bahwa hutan lindung di Indonesia itu harus dijaga,” kata Sjafrie saat membawakan materi kuliah umum di Unhas, Makassar, Selasa (9/12/2025).

Baca juga: Aceh Dapat Bantuan Negara Lain, Menhan: Itu Bukan Bantuan Asing

Menurutnya, bencana alam yang terjadi di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat tersebut disebabkan kurangnya penjagaan hutan lindung di Indonesia.

“Tuhan sudah memperingatkan kita dengan kejadian di Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara bahwa kita tidak menjaga hutan lindung,” ucapnya.

Harus Punya Tentara Kuat

Tak hanya itu, ia juga menilai bahwa bencana banjir dan longsor terjadi akibat kesalahan sistem pemerintahan dalam melakukan pertahanan di wilayah hutan.

“Apa yang terjadi? Terjadilah longsor, banjir, dan memakan 961 jiwa bangsa Indonesia. Ini adalah kesalahan siapa? Kesalahan kita, kita tidak jaga sistem kita, itulah gunanya dicek. Suporting ekonomi sangat penting,” tegasnya.

Baca juga: Menhan Siapkan 3 Helikopter untuk Tim Kesehatan Mobile Banjir Sumatera

Ia menuturkan bahwa negara yang memiliki kekayaan alam harus mempunyai militer yang kuat.

Namun, sebaliknya, jika pertahanan lemah, maka harta kekayaan Indonesia akan mudah diambil oleh negara lain.

Sehingga perlu ada tentara kuat untuk menjaga kekayaan alam.

“Negara kaya harus punya tentara yang kuat. Kalau tidak kuat tentara, sama dengan rumah tidak ada yang jaga, orang keluar masuk bawa harta karun dari dalam rumah, dan ini kita tidak hendak,” ujarnya.

Oleh karena itu, kata dia, tugas pemerintah di bidang pertahanan harus mengutamakan menjaga perekonomian negara.

Baca juga: Menhan Tinjau Lokasi Banjir Aceh: Pengungsi Butuh Bantuan Cepat

“Kita harus ingat, tanpa kekayaan alam, rakyat tidak bisa menikmati kemerdekaan,” katanya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Menhan Sjafrie Soroti Bencana Sumatera-Aceh: Hutan Lindung Tak Dijaga, Perlu Militer Kuat
Menhan Sjafrie Soroti Bencana Sumatera-Aceh: Hutan Lindung Tak Dijaga, Perlu Militer Kuat
Makassar
Skandal Perselingkuhan Pejabat DPRD di Sulsel Mencuat dari Video Mantan Suami, PKB dan BK Bergerak
Skandal Perselingkuhan Pejabat DPRD di Sulsel Mencuat dari Video Mantan Suami, PKB dan BK Bergerak
Makassar
Realisasi Investasi Makassar Triwulan III 2025 Capai Rp 4 Triliun
Realisasi Investasi Makassar Triwulan III 2025 Capai Rp 4 Triliun
Makassar
Inggris Bantu Makassar Rancang Stadion hingga Integrasi Transportasi
Inggris Bantu Makassar Rancang Stadion hingga Integrasi Transportasi
Makassar
Sengketa Lahan 16 Hektar di Makassar Memanas, PT Hadji Kalla Siapkan Laporan Pemalsuan Dokumen
Sengketa Lahan 16 Hektar di Makassar Memanas, PT Hadji Kalla Siapkan Laporan Pemalsuan Dokumen
Makassar
GMTD Gugat PT Hadji Kalla Imbas Konflik Lahan, Sidang Perdana Dijadwalkan 9 Desember
GMTD Gugat PT Hadji Kalla Imbas Konflik Lahan, Sidang Perdana Dijadwalkan 9 Desember
Makassar
Viral Pria di Gowa Diseret Rombongan Pemotor, Diduga Pelaku Pemerkosaan
Viral Pria di Gowa Diseret Rombongan Pemotor, Diduga Pelaku Pemerkosaan
Makassar
Sekda Sulsel Ingatkan Kepala Sekolah: Jika Tak Mampu Jadi Manajer Talenta Global, Kembali Jadi Guru
Sekda Sulsel Ingatkan Kepala Sekolah: Jika Tak Mampu Jadi Manajer Talenta Global, Kembali Jadi Guru
Makassar
2 Nelayan Tersambar Petir di Perairan Makassar, Satu Tewas, Satu Kritis
2 Nelayan Tersambar Petir di Perairan Makassar, Satu Tewas, Satu Kritis
Makassar
Polemik PBNU, Cak Imin: Kelakuan PBNU Kecewakan Masyarakat NU
Polemik PBNU, Cak Imin: Kelakuan PBNU Kecewakan Masyarakat NU
Makassar
Pemilihan RT/RW Setentak di Makassar, TPS Banyak Calon Berpotensi Gesekan
Pemilihan RT/RW Setentak di Makassar, TPS Banyak Calon Berpotensi Gesekan
Makassar
Pemprov Sulsel Beri Bantuan Rp 1,5 Miliar untuk Korban Bencana Sumatera
Pemprov Sulsel Beri Bantuan Rp 1,5 Miliar untuk Korban Bencana Sumatera
Makassar
Ditolak Kerja karena Status dan Penampilan, Ibu Nunu Pilih Jadi Kuli untuk Bertahan...
Ditolak Kerja karena Status dan Penampilan, Ibu Nunu Pilih Jadi Kuli untuk Bertahan...
Makassar
Kantor Pos di Takalar Dirampok, Kepala Kantor Terluka, Uang Ratusan Juta Raib
Kantor Pos di Takalar Dirampok, Kepala Kantor Terluka, Uang Ratusan Juta Raib
Makassar
Makassar Gelar Pemilihan RT/RW Serentak 3 Desember, 11.390 Calon Berebut 7.032 Kursi
Makassar Gelar Pemilihan RT/RW Serentak 3 Desember, 11.390 Calon Berebut 7.032 Kursi
Makassar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau