Tari Lumense diawali dengan gerakan maju mundur, bertukar tempat, dan saling mencari pasangan.
Gerakan mengalir terus hingga membuat konfigurasi huruf Z, kemudian diubah menjadi huruf S. Pada tahap ini gerakan lebih dinamis yang disebut momaani (ibing).
Pada tahap tersebut tarian terasa sangat menegangkan, karena parang telah dicabut dari sarungnya kemudian diarahkan ke kepala penari puteri yang terus melakukan momaani.
Dalam sekejap, parang ditebaskan ke batang pisang hingga rebah bersamaan.
Tarian Lumense ditutup dengan konfigurasi berbentuk setengah lingkaran. Pada bagian ini para penari membentuk gerakan tari lulo, yaitu jari saling mengait sehingga telapak tangan saling bertaut.
Mereka secara bersama membuat gerakan turun-naik untuk mengimbangi ayunan kaki yang mundur dan maju.
Baca juga: 10 Tarian Sulawesi Tenggara, Salah Satunya Tari Balumpa
Tari Lumense biasanya dipertunjukan di lapangan terbuka dengan properti berupa parang dan batang pisang saja.
Pakaian yang digunakan oleh penari berupa pakaian adat. Penari pria menggunakan pakaian berwarna hitam, kain sarung, dan topi khas daerah Moronene.
Para wanita menggunakan baju panjang berjumbai mirip ekor burung, kepala diikat dengan hiasan berumbai, kain sarung, dan ikat pinggang.
Pada zaman dahulu tari Lumense ditampilkan pada siang hari, namun saat ini tarian biasa dipertunjukan pada malam hari.
Durasi pertunjukan kurang lebih selama 10 hingga 15 menit.
Jumalah penari tari Lumense sekitar 10 orang penari, yang terdiri dari lima penari putera dan lima penari puteri.
Sumber:
kikomunal-indonesia.dgip.go.id dan kebudayaan.kemdikbud.go.id
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.