Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kepanikan di Selat Makassar, KM Ladang Pertiwi Tenggelam, 15 Orang Hilang

Kompas.com, 4 Juni 2022, 08:38 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Kapal motor (KM) Ladang Pertiwi 02 dilaporkan tenggelam di Selat Makassar pada Kamis (26/5/2022) sekitar pukul 03.30 Wita.

Informasi tenggelamnya Ladang Pertiwi baru diketahui oleh Basarnas pada Sabtu (28/5/2022).

Kapal motor dengan warna lambung kuning, putih abu-abu itu hilang saat berlayar dari Pelabuhan Paotere Makassar menuju Pulau Kalmas Pamantauang, Kabupaten Pangkep.

Awalnya jumlah penumpang Ladang Pertiwi diperkitakan 42 orang. Namun dari hasil pemeriksaan nahkoda, ABK dan penumpang selamat, KM Ladang Pertiwi 02 ternyata membawa 50 orang.

Baca juga: Polisi Tambah Pasal Pemilik dan Nakhoda KM Ladang Pertiwi Setelah Adanya Korban Tewas

Kantor Syahbandar Makassar mengatakan KM Ladang Pertiwi 02 bukan kapal yang diizinkan mengangkut penumpang dan tak memiliki izin berlayar.

Saat bersandar di Pelabuhan Paotere Makassar, KM Ladang Pertiwi disebut tidak melapor. . Begitu pun saat akan berangkat pada 25 Mei 2022 lalu, pihak Syahbandar tidak mengetahuinya.

Angin kencang dan mesin mati

Juragan KM Ladang Pertiwi 02, Supriadi bercerita kapal miliknya tenggelam saat melintasi Pulau Kalakuang sekitar 8 mile dari Pulau Pamantauan.

Menurutnya saat berangkat dari Pelabuhan Paotere Makassar, kondisi kapalnya baik dan cuaca bagus.

Namun saat berada di Selat Makassar dalam perjalanan ke Pulau Pamantauang, semua mesin kapal mati termasuk 2 mesin pompa air.

Supriadi bercerita saat itu angin betiup sangat kencang. Menurutnya ia sempat memerintahkan ABK dan penumpang untuk sediakan alat pelampung.

Baca juga: Operasi SAR Cari 16 Korban Tenggelam KM Ladang Pertiwi Diperpanjang 3 Hari

"Saat itu angin kencang, tiba-tiba mati mesin kapal, 2 mesin pompa air mati. Jadi, tidak bisa hidup, baku lawan ombak di sampingnya. Saat kapal mau tenggelam, saya berteriak ke ABK sama penumpang sedia alat pelampung, gabus dan tripleks," ujar Supriadi, dalam konfrensi pers yang digelar Basarnas Sulsel di atas KN SAR Kamajaya, pada Selasa (31/5/2022).

Suparidi mengaku tak tahu persis jumlah penumpang dan memperkirakan ada 31 orang penupang.

"Perkiraan saya itu penumpang ada 31, tapi yang di bilang pak desa 51orang. Itu catatannya dulu pak desa," sebut dia.

Baca juga: 2 Jenazah Korban KM Ladang Pertiwi Kembali Ditemukan, Total 3 Orang Tewas dan 31 Orang Selamat

30 jam mengapung peluk karung kerupuk

Naharuddin menangis dipeluk kerabatnya di sebuah penginapan di Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan, Minggu (29/5/2022) malam. Naharuddin adalah salah satu korban selamat KM Ladang Pertiwi yang tenggelam di Selat Makassar.KOMPAS.id/RENY SRI AYU ARMAN Naharuddin menangis dipeluk kerabatnya di sebuah penginapan di Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan, Minggu (29/5/2022) malam. Naharuddin adalah salah satu korban selamat KM Ladang Pertiwi yang tenggelam di Selat Makassar.
Naharuddin (64) adalah salah satu penumoang KM Ladang Pertiwi yang selamat.

Ditemui di sebuah kamar penginapan di Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan, Minggu (29/5/2022), Naharuddin menilai apa yang terjadi terhadap dirinya merupakan sebuah mukjizat.

Ia bertahan 30 jam di laut dengan memeluk karung kerupuk.

"Karung kerupuk itu yang membantu saya terus mengapung hingga ditemukan. Pelampung yang saya pakai sudah robek dan tak bisa lagi berfungsi," katanya.

Ia bercerita KM Ladang Pertiwi 02 berangkat pada Rabu petang. Saat melewati Kepulauan Pangkep, cuaca terlihat tak bagus. Namun kapal terus berlayar.

Baca juga: Kisah Naharuddin dan Karung Kerupuk yang Menyelamatkannya 30 Jam Mengapung Usai KM Ladang Pertiwi Tenggelam

Menurutnya kapal tersebut mmebuat berbagai barang kebutuhan pokok serta bahan untuk pembuatan menara salah satu operator telepon seluler.

Keesokan harinya, Kamis (26/5/2022) sekitar pukul 08.00 Wita, kapal mengalami kerusakan mesin.

Di saat bersamaan, ombak mengempas kapal. Awalnya ombak sekitar 1 meter dan mesin kapal yang diperbaiki tak bisa hidup. Ia pun segera mengambil pelampung untuk situasi terburuk.

Ia melihat puluhan penumpang lain terutama perempuan dan anak masih berbaring di kamar menunggu kapal membaik. Di antaranya adalah anak dan cucu Naharuddin.

Baca juga: Juragan KM Ladang Pertiwi 02 Cerita Kapalnya Tenggelam Saat Angin Kencang dan Mati Mesin

Dia mencoba mengajak semuanya keluar, namun sebagian besar memilih bertahan di dalam kapal. Tak lama, saat ia berdiri di atas geladak, ombak besar setinggi 3 meter menerjang kapal dan ia pun spontan melompat ke laut.

"Saya tak tahu lagi penumpang lain, termasuk anak dan cucu saya. Di sekitar saya saat itu delapan penumpang lain juga ikut melompat. Ada yang memegang gabus, karung roti, ada yang pakai papan,” katanya.

Gempuran ombak terus menerus membuat bagian depan kapal tenggelam. Setelah melompat dan berbalik, ia melihat kapal tenggelam.

Menurut dia, posisi saat kapal menungging hingga tenggelam seperti adegan pada film Titanic.

Baca juga: Terungkap, Ada 50 Penumpang di KM Ladang Pertiwi 02 yang Tenggelam di Selat Makassar, 19 Orang Masih Hilang

Bedanya, bagian tengah kapal tak patah, tetapi tenggelam utuh. Sialnya lagi, pelampung yang dipakai Naharuddin sudah tak layak sehingga sobek di laut.

Ia pun meraih karung berisi kerupuk di sebelahnya dan memeluknya sepanjang pagi hingga siang keesokan harinya. Pada Jumat (27/5/2022), ia ditemukan oleh Kapal TB Max bersama delapan penumpang lainnya.

Berusaha tak pisah dengan ibu dan adik

Pemantauan lewat udara untuk melakukan pencarian terhadap Kapal Motor (KM) Ladang Pertiwi 02 yang memuat 42 orang ini dikabarkan tenggelam pada Kamis  (26/5/2022) sekitar pukul 03.30 Wita, sekitar 10 NM sebelum Pulau Pemantauan di perairan Selat Makassar.KOMPAS.COM/HENDRA CIPTO Pemantauan lewat udara untuk melakukan pencarian terhadap Kapal Motor (KM) Ladang Pertiwi 02 yang memuat 42 orang ini dikabarkan tenggelam pada Kamis  (26/5/2022) sekitar pukul 03.30 Wita, sekitar 10 NM sebelum Pulau Pemantauan di perairan Selat Makassar.
Penumpang selamat lainnya adalah Irawan (32).

"Mesin kapal tiba-tiba mati. Di saat bersamaan ada ombak setinggi 3 meter langsung menghantam kapal. Mesin tidak mau menyala meski sudah berusaha diperbaiki. Ombak juga menghantam, sehingga kapal sampai oleng dan tenggelam," ungkapnya, Senin (30/5/2022).

Saat kapal oleng dan tenggelam, Irwan mengaku bersama ibu dan adiknya langsung meloncat ke laut sambil memegang jeriken agar tetap mengapung.

Tak hanya jeriken, dia juga menjadikan sejumlah gabus sebagai pelampung.

"Saya langsung melompat agar tidak terpisah dengan ibu dan adik. Ombak 3 meter juga terus menghantam kami," tuturnya.

Baca juga: Nenek 72 Tahun Penumpang KM Ladang Pertiwi yang Tenggelam Ditemukan Meninggal

Setelah beberapa lama mengapung dengan jeriken, akhirnya dirinya tertolong saat kapal Tugboat dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan (Kalsel) ke Morowali, Sulawesi Tengah (Sulteng) melintas.

Ia dan 10 orang lainnya dievakuasi ke Pulau Sanrobone, Kabupaen Takalar.

Penumpang lain yang selamat, Aco bercerita semua penumpang berusaha menyelamatkan diri dengan memegang benda-benda yang mengapung.

"Sekitar 30 jam terombang-ambing, kami pun terpisah-pisah terbawa ombak. Jadi terbagi-bagi diselamatkan oleh kapal yang melintas. Kami juga bisa bertahan hidup dengan makanan instan seperti roti, mi instan yang mengapung," tandasnya.

Baca juga: TNI AU Kerahkan Helikopter Super Puma Cari Korban KM Ladang Pertiwi yang Tenggelam di Selat Makassar

Aco menambahkan, KM Ladang Pertiwi 02 bukanlah kapal nelayan. Melainkan kapal yang sudah lama membawa penumpang dan bahan-bahan kebutuhan warga pulau di Kabupaten Pangkep.

"Itu kapal sudah dari dulu bawa penumpang dan barang-barang kebutuhan warga pulau. Jadi bukan kapal nelayan," bantahnya.

Kerahkan helikopter untuk cari penumpang

Helikopter Super Puma H-321 TNI AU turut dikerahkan untuk membantu pencarian korban Kapal Motor (KM) Ladang Pertiwi 02 yang tenggelam di Selat Makassar, tepatnya di perairan Pangkep, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan, Minggu (29/5/2022).Dispenau Helikopter Super Puma H-321 TNI AU turut dikerahkan untuk membantu pencarian korban Kapal Motor (KM) Ladang Pertiwi 02 yang tenggelam di Selat Makassar, tepatnya di perairan Pangkep, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan, Minggu (29/5/2022).
Untuk mencari korban KM Ladang Pertiwi 02, TNI AU mengerahkan satu helikopter Super Puma H-321 pada Minggu (29/5/2022).

Helikopter H-321 diterbangkan dari Skadron Udara 6 Pangkalan TNI Angkatan Udara (Lanud) Atang Sendjaya, Bogor, Jawa Barat dan dipiloti Kapten Pnb Fahmi Mirza.

Selain TNI AU, TNI AL turut mengerahkan sejumlah alat utama sistem persenjataan (alutsista) dalam pencarian korban kapal tenggelam tersebut.

Alutsista tersebut terdiri atas Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Sultan Hasanuddin-366, KRI Malahayati-362, KRI Mandau-621, KRI Pulau Rupat-712 dan Kapal Angkatan Laut (KAL) Suluh Pari II-6-60, dan Pesawat Udara (Pesud) Cassa U-6207.

Hingga Jumat (3/5/2022) siang, ada 16 penumpang yang masih hilang .

Baca juga: Sempat Disebut Kapal Nelayan, Ternyata KM Ladang Pertiwi Biasa Bawa Penumpang dan Bahan Kebutuhan

Sesuai SOP Basarnas dalam melakukan operasi SAR, pencarian korban maksimal dilakukan selama 7 hari.

Kepala Basarnas Sulsel Djunaidi dalam keterangan persnya, Jumat (3/6/2022) mengatakan, atas segala pertimbangan yang ada operasi SAR diperpanjang hingga 3 hari pencarian.

"Atas berbagai pertimbangan, terutama dengan 16 korban yang belum ditemukan, karenanya Operasi SAR akan kami perpanjang hingga tiga hari ke depan," ujar SAR Mission Coordinator pada operasi SAR Ladang Pertiwi 02 Djunaidi, di landasan heli Polda Sulsel .

Pada Jumat sore, nelayan menemukan satu mayat perempuan di sekitar Pulau Pamantuang yang belum diketahui identitasnya.

Baca juga: Pemulihan Trauma Korban Selama Tenggelamnya KM Ladang Pertiwi di Selat Makassar Jadi Perhatian Gubernur Sulsel

Hingga Jumat malam, total korban yang ditemukan sebanyak 35 orang. 31 orang ditemukan dalam keadaan selamat dan empat orang ditemukan meninggal dunia.

Sedangkan 15 korban lainnya masih dalam pencarian.

Sementara itu setelah memeriksa 15 orang saksi, penyidik Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Sulsel akhirnya menetapkan H Syaiful, pemilik dan Supriadi, nakhoda atau juragan KM Ladang Pertiwi 02 sebagai tersangka.

Supriadi saat ini ditahan di Rutan Polda Sulsel, sementara H Syaiful tidak ditahan karena ancaman hukumannya di bawah lima tahun penjara.

Baca juga: Mengapung Pakai Jeriken, Penumpang KM Ladang Pertiwi Ini Berusaha Tak Terpisah dari Ibu dan Adiknya

Supriadi selaku nakhoda kapal melanggar Pasal 323 yang berbunyi: Nakhoda yang berlayar tanpa memiliki surat persetujuan berlayar yang dikeluarkan oleh Syahbandar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 219 ayat (1) dipidana penjara paling lama 5 tahun dan denda paling banyak Rp 600.000.000.

Sementara tersangka H Syaiful dikenakan pasal 310 yang berbunyi: Setiap orang yang mempekerjakan awak kapal tanpa memenuhi persyaratan kualifikasi dan kompetensi sebagaimana dimaksud dalam pasal 135 dipidana penjara paling lama 2 tahun dan denda paling banyak Rp 300.000.000.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Hendra Cipto | Editor : Robertus Belarminus, Dita Angga Rusiana, Khairina)

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Kejati Sulsel Selamatkan Kerugian Negara Rp 36,6 Miliar dari Kasus Korupsi Sepanjang 2025
Kejati Sulsel Selamatkan Kerugian Negara Rp 36,6 Miliar dari Kasus Korupsi Sepanjang 2025
Makassar
Menhan Sjafrie Ungkap 80 Persen Timah Indonesia Dibawa ke Luar Negeri Tanpa Pajak
Menhan Sjafrie Ungkap 80 Persen Timah Indonesia Dibawa ke Luar Negeri Tanpa Pajak
Makassar
Culik Dan Cabuli Bocah 10 Tahun, Residivis Di Gowa Ditembak Polisi
Culik Dan Cabuli Bocah 10 Tahun, Residivis Di Gowa Ditembak Polisi
Makassar
Menhan Sjafrie Soroti Bencana Sumatera-Aceh: Hutan Lindung Tak Dijaga, Perlu Militer Kuat
Menhan Sjafrie Soroti Bencana Sumatera-Aceh: Hutan Lindung Tak Dijaga, Perlu Militer Kuat
Makassar
Skandal Perselingkuhan Pejabat DPRD di Sulsel Mencuat dari Video Mantan Suami, PKB dan BK Bergerak
Skandal Perselingkuhan Pejabat DPRD di Sulsel Mencuat dari Video Mantan Suami, PKB dan BK Bergerak
Makassar
Realisasi Investasi Makassar Triwulan III 2025 Capai Rp 4 Triliun
Realisasi Investasi Makassar Triwulan III 2025 Capai Rp 4 Triliun
Makassar
Inggris Bantu Makassar Rancang Stadion hingga Integrasi Transportasi
Inggris Bantu Makassar Rancang Stadion hingga Integrasi Transportasi
Makassar
Sengketa Lahan 16 Hektar di Makassar Memanas, PT Hadji Kalla Siapkan Laporan Pemalsuan Dokumen
Sengketa Lahan 16 Hektar di Makassar Memanas, PT Hadji Kalla Siapkan Laporan Pemalsuan Dokumen
Makassar
GMTD Gugat PT Hadji Kalla Imbas Konflik Lahan, Sidang Perdana Dijadwalkan 9 Desember
GMTD Gugat PT Hadji Kalla Imbas Konflik Lahan, Sidang Perdana Dijadwalkan 9 Desember
Makassar
Viral Pria di Gowa Diseret Rombongan Pemotor, Diduga Pelaku Pemerkosaan
Viral Pria di Gowa Diseret Rombongan Pemotor, Diduga Pelaku Pemerkosaan
Makassar
Sekda Sulsel Ingatkan Kepala Sekolah: Jika Tak Mampu Jadi Manajer Talenta Global, Kembali Jadi Guru
Sekda Sulsel Ingatkan Kepala Sekolah: Jika Tak Mampu Jadi Manajer Talenta Global, Kembali Jadi Guru
Makassar
2 Nelayan Tersambar Petir di Perairan Makassar, Satu Tewas, Satu Kritis
2 Nelayan Tersambar Petir di Perairan Makassar, Satu Tewas, Satu Kritis
Makassar
Polemik PBNU, Cak Imin: Kelakuan PBNU Kecewakan Masyarakat NU
Polemik PBNU, Cak Imin: Kelakuan PBNU Kecewakan Masyarakat NU
Makassar
Pemilihan RT/RW Setentak di Makassar, TPS Banyak Calon Berpotensi Gesekan
Pemilihan RT/RW Setentak di Makassar, TPS Banyak Calon Berpotensi Gesekan
Makassar
Pemprov Sulsel Beri Bantuan Rp 1,5 Miliar untuk Korban Bencana Sumatera
Pemprov Sulsel Beri Bantuan Rp 1,5 Miliar untuk Korban Bencana Sumatera
Makassar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau