Editor
KOMPAS.com - Dua rumah milik warga di Desa Lojie, Kecamatan Malusetasi, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan terpaksa dipindah gara-gara baliho dan perbedaan pilihan calon bupati.
Ratusan warga dikerahkan untuk memindahkan dua rumah kayu tersebut.
Norma, salah satu penghuni rumah bercerita konflik ini berawal saat pemasangan baliho pasangan calon nomor 3 di depan rumahnya.
Hal tersebut ternyata memicu keberatan dari S, orang yang dipercaya oleh pemilik lahan.
"S mendatangi rumah saya, ini sudah yang kedua kalinya," ujar Norma.
Pada kunjungan S yang pertama, Norma tak ada di rumah. Saat datang kedua kalinya, S bertemu dengan sepupu Norma dan meminta agar baliho pasangan nomor 3 segera dicopot.
"S mendukung pasangan nomor 2, sedangkan kami mendukung pasangan nomor 3," jelas Norma.
Baca juga: Hari Ini, Kemenag Sulsel Panggil Pihak Travel Haji yang Bawa 42 Jemaah Asal Barru
Setelah itu, Norma mengungkapkan bahwa mendapat telepon dari S.
"S lantas menyinggung terkait tanah yang ditempati rumahnya sehingga saya langsung cari tukang untuk memindahkan rumahku," bebernya.
Ia mengaku tersinggung dengan ucapan S yang mengatakan yang memasang baliho besar bisa dipindahkan rumahnya.
"Beda dengan rumah yang sebelahnya, kecil saja balihonya, bisa dibuka saja," tambahnya.
"Cuma karena kami berkeluarga sehingga kami memilih untuk sama-sama pindah dan tidak mungkin satu rumah saja yang pindah, pasti kita sama-sama pindah rumah," ungkapnya.
"Tanpa disuruh pindah, dari awal saya memang mau pindah karena sudah ada tanahku sendiri," tutupnya,
Kedua rumah kayu panggung itu dipindahkan secara gotong royong oleh warga setempat dan ratusan pendukung paslon nomor urut 3. Rumah tersebut dipindah ke tanah pribadinya masing-masing yang lokasinya hanya berjarak sekitar 100 meter.
Baca juga: Kemenag Sulsel Utus Tim ke Barru, Usut Dugaan Penipuan Travel Haji
Rumah pertama dihuni oleh Fatima dengan suami dan satu anaknya. Sementara rumah kedua milik Masdar yang dihuni bersama istri dan enam anaknya.