Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banjir Bandang Gorontalo Belum Surut, Dipicu Alih Fungsi Hutan, Perubahan Iklim, dan Drainase Buruk

Kompas.com, 23 Juli 2024, 14:01 WIB
Rosyid A Azhar ,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

Peranan pegunungan

Pendapat lain datang dari Raghel Yunginger pengajar Geofisika di Fakultas MIPA Universitas Negeri Gorontalo (UNG).

Raghel membuat analisis penyebab banjir di Kota Gorontalo dan sekitarnya.

“Secara topografi wilayah Kota Gorontalo berbentuk cekungan yang bagian hulunya dikelilingi pegunungan dan di bagian hilir terdapat daerah pantai dan juga Danau Limboto,” kata Raghel Yunginger.

Daerah pegunungan memegang peranan penting untuk menyerap air sehingga tutupan lahan dan tata guna lahan di wilayah ini sangat penting untuk menjaga intensitas suplai air dengan sedimen masuk ke area yang lebih rendah.

Menurutnya pemanfaatan area pegunungan yang tidak ramah lingkungan dan tidak tertata dengan baik untuk aktivitas pertanian, pemukiman, dan pertambangan sangat berperan terjadinya banjir di Kota Gorontalo dan sekitarnya.

“Wilayah Kota Gorontalo yang merupakan dataran rendah yang relatif landai, apabila mendapatkan limpasan air yang debit yang tinggi, maka aliran airnya akan cenderung melambat dan akibatnya menyebabkan air akan sulit surut,” tutur Raghel.

Di samping itu, air hujan akan mengalir dan terserap ke dalam tanah sangat bergantung pada kondisi biofisik permukaan tanah karena air akan masuk ke pori-pori permukaan tanah.

Sementara area Kota Gorontalo dan daerah sekitarnya didominasi oleh batuan dasar endapan danau atau sedimen yang cenderung bersifat menahan air.

Kondisi ini akan makin menyulitkan air untuk segera surut ketika terjadi banjir, ditambah lagi dengan sistem pembangunan di Kota Gorontalo yang kurang memiliki ruang terbuka hijau, tingginya area lahan yang sudah dibeton, maka akan menurunkan sistem penyerapan air oleh tanah.

Bahkan sistem drainase yang kurang memiliki pola aliran aliran air yang lancar yang ditambah lagi dengan timbunan sampah yang menutupi drainase menyebabkan terhambatnya aliran air ke tempat yang lebih rendah.

Baca juga: Pemerintah Jamin Kebutuhan Dasar Korban Banjir di Gorontalo

Terkait dengan Danau Limboto, Raghel menyebutkan danau ini menjadi muara bagi 32 sungai yang saat ini semakin berkurang luas dan kedalamannya. Hasil penelitian tahun 2023 menunjukkan bahwa degradasi danau diperparah dengan kedalaman rata-rata Danau Limboto kurang dari 3 meter.

Jika terjadi hujan maka air yang membawa sedimen dari daerah hulu yang semakin berkurang tutupan lahannya, maka akan sulit menampung debit air dan sedimen yang masuk.

“Bahkan kondisi ini akan sulit surut karena topografi Danau Limboto dengan daerah pemukiman relatif memiliki ketinggian yang sama sehingga air makin sulit untuk surut. Justru air danau akan masuk ke area pemukiman dan menambah air yang merendam rumah-rumah penduduk dalam jangka waktu yang lama,” ucap Raghel.

Hal ini akan makin diperparah dengan sistem drainase yang tidak sesuai dengan topografi wilayah pemukiman ke area Danau Limboto.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang

Halaman:


Terkini Lainnya
Modus Penyelundupan Obat-obatan Daftar G Asal Surabaya ke Makassar
Modus Penyelundupan Obat-obatan Daftar G Asal Surabaya ke Makassar
Makassar
2.486 Pekerja Menganggur, PHK di Sulsel Nomor 6 Se-Indonesia: Industri Nikel Lesu?
2.486 Pekerja Menganggur, PHK di Sulsel Nomor 6 Se-Indonesia: Industri Nikel Lesu?
Makassar
Kejati Sulsel Selamatkan Kerugian Negara Rp 36,6 Miliar dari Kasus Korupsi Sepanjang 2025
Kejati Sulsel Selamatkan Kerugian Negara Rp 36,6 Miliar dari Kasus Korupsi Sepanjang 2025
Makassar
Menhan Sjafrie Ungkap 80 Persen Timah Indonesia Dibawa ke Luar Negeri Tanpa Pajak
Menhan Sjafrie Ungkap 80 Persen Timah Indonesia Dibawa ke Luar Negeri Tanpa Pajak
Makassar
Culik Dan Cabuli Bocah 10 Tahun, Residivis Di Gowa Ditembak Polisi
Culik Dan Cabuli Bocah 10 Tahun, Residivis Di Gowa Ditembak Polisi
Makassar
Menhan Sjafrie Soroti Bencana Sumatera-Aceh: Hutan Lindung Tak Dijaga, Perlu Militer Kuat
Menhan Sjafrie Soroti Bencana Sumatera-Aceh: Hutan Lindung Tak Dijaga, Perlu Militer Kuat
Makassar
Skandal Perselingkuhan Pejabat DPRD di Sulsel Mencuat dari Video Mantan Suami, PKB dan BK Bergerak
Skandal Perselingkuhan Pejabat DPRD di Sulsel Mencuat dari Video Mantan Suami, PKB dan BK Bergerak
Makassar
Realisasi Investasi Makassar Triwulan III 2025 Capai Rp 4 Triliun
Realisasi Investasi Makassar Triwulan III 2025 Capai Rp 4 Triliun
Makassar
Inggris Bantu Makassar Rancang Stadion hingga Integrasi Transportasi
Inggris Bantu Makassar Rancang Stadion hingga Integrasi Transportasi
Makassar
Sengketa Lahan 16 Hektar di Makassar Memanas, PT Hadji Kalla Siapkan Laporan Pemalsuan Dokumen
Sengketa Lahan 16 Hektar di Makassar Memanas, PT Hadji Kalla Siapkan Laporan Pemalsuan Dokumen
Makassar
GMTD Gugat PT Hadji Kalla Imbas Konflik Lahan, Sidang Perdana Dijadwalkan 9 Desember
GMTD Gugat PT Hadji Kalla Imbas Konflik Lahan, Sidang Perdana Dijadwalkan 9 Desember
Makassar
Viral Pria di Gowa Diseret Rombongan Pemotor, Diduga Pelaku Pemerkosaan
Viral Pria di Gowa Diseret Rombongan Pemotor, Diduga Pelaku Pemerkosaan
Makassar
Sekda Sulsel Ingatkan Kepala Sekolah: Jika Tak Mampu Jadi Manajer Talenta Global, Kembali Jadi Guru
Sekda Sulsel Ingatkan Kepala Sekolah: Jika Tak Mampu Jadi Manajer Talenta Global, Kembali Jadi Guru
Makassar
2 Nelayan Tersambar Petir di Perairan Makassar, Satu Tewas, Satu Kritis
2 Nelayan Tersambar Petir di Perairan Makassar, Satu Tewas, Satu Kritis
Makassar
Polemik PBNU, Cak Imin: Kelakuan PBNU Kecewakan Masyarakat NU
Polemik PBNU, Cak Imin: Kelakuan PBNU Kecewakan Masyarakat NU
Makassar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau