Selain itu, asupan nutrisi yang diberikan sudah bisa dihabiskan karena biasanya ada masalah pada penanganan nutrisi anak, karena tidak mampu menghabiskan nutrisi sehingga pihaknya harus memberikan susu lewat sonde.
"Tetapi alhamdulillah anak ini bisa menghabiskan susu lewat oral," ungkapnya.
Arni menuturkan, pihaknya berkomitmen melepas pasien gizi buruk untuk pulang ke rumah jika sudah berada di fase rehabilitasi.
"Untuk penanganan gizi buruk itu ada 3 fase, yaitu stabilisasi, transisi dan rehabilitasi pada fase rehabilitasi itu kami anggap pasien sudah lebih stabil, orangtua juga sudah bisa mandiri merawat di rumah," ucap dia.
Sehingga, ia meminta kepada orangtua bayi agar meneruskan nutrisi yang diberikan termasuk memperhatikan jadwal pemberian makanan terhadap bayi tersebut.
"Paling penting adalah evaluasi, salah satunya membawa anak tersebut kontrol ke RS sehingga dengan evaluasi ini bisa menilai kendala apa yang dialami selama di rumah," ujar dia.
Baca juga: Diduga Emosi karena Panik, Warga Makassar Pukul Tiga Petugas yang Berusaha Padamkan Kebakaran
Sementara, nenek Afzal, Kasmiah (45) mengatakan, kondisi cucunya waktu dilahirkan berat badannya normal yakni 2,8 kg.
Namun, memasuki usia 3 bulan sudah terlihat gejala gizi buruk.
"Waktu usia hampir 3 bulan berat badannya tidak sampai 3 kg, itupun orang (tetangga) yang bilang. Tapi, saya tidak pernah bawa ke rumah sakit," ucap dia.
Dia mengaku, saat sang cucu masih dalam kandungan ibunya, ia selalu rutin melakukan pemeriksaan di posyandu atau puskesmas.
"Setiap ada jadwal pemeriksaan ke posyandu atau puskesmas selalu diperiksa," tutur dia.
Namun, ia menduga cucunya mengalami gizi buruk atau stunting karena anaknya atau ibu bayi mengalami stres saat mengandung cucunya.