Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Desak Penutupan Tambang di Tikala Toraja Utara, Warga: Betul-betul Rusak Lingkungan...

Kompas.com, 13 Juni 2025, 05:47 WIB
Amran Amir,
Krisiandi

Tim Redaksi

TORAJA UTARA, KOMPAS.com - Sejumlah warga Kecamatan Tikala, Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan, menggelar unjuk rasa di depan lokasi tambang galian C milik CV Bangsa Damai pada Kamis (12/6/2025).

Mereka menuntut penghentian seluruh aktivitas pertambangan yang dinilai merusak lingkungan, mengancam sumber air bersih, dan mengancam kelestarian situs budaya di wilayah mereka.

Aksi protes ini berlangsung bersamaan dengan kedatangan tim penyidik dari Kejaksaan Tinggi (Kejati) Sulawesi Selatan yang melakukan pemeriksaan di lokasi tambang.

Baca juga: Tim SAR Masih Cari 11 Orang Dalam Longsor Galian C di Cirebon

Warga memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menyuarakan langsung keberatan mereka kepada aparat penegak hukum.

“Yang kami protes adalah pengelolaan ini karena betul-betul merusak lingkungan. Di sini ada Sungai Bomboi sebagai sumber air minum dan situs kuburan. Kami ingin yang terlibat dalam kongkalikong ini ditindak tegas dan dipenjara,” kata Kalfin Tandiarrang, tokoh masyarakat setempat, saat dikonfirmasi di sela-sela aksi.

Diduga Cacat Prosedur

Kalfin mengungkapkan bahwa aktivitas tambang CV Bangsa Damai diduga kuat melanggar ketentuan yang berlaku.

Ia merujuk pada Peraturan Daerah (Perda) Pemerintah Kabupaten Toraja Utara Nomor Tahun 2012 yang menetapkan Kecamatan Tikala sebagai kawasan destinasi wisata.

Menurutnya, dengan adanya status tersebut, kawasan ini seharusnya tidak diperuntukkan bagi kegiatan pertambangan.

“Dari aspek hukum saja sudah keliru. Perda sudah jelas menetapkan kawasan ini sebagai zona wisata. Bagaimana bisa kemudian muncul izin tambang di sini? Ini yang kami duga ada permainan dalam proses perizinan,” ujarnya.

Baca juga: Jalan Rusak karena Sering Dilalui Truk ODOL Pengangkut Galian C, Warga di Magetan Tutup Jalan

Warga juga menyoroti dampak lingkungan yang sudah mulai terasa.

Mereka menyebut bahwa aktivitas pertambangan mulai mengancam keberadaan sumber mata air Bombo Wai, yang selama ini menjadi sumber utama air bersih bagi ribuan warga Tikala serta mengairi ribuan hektar sawah produktif.

"Kalau mata air rusak, masyarakat akan kehilangan akses air bersih. Pertanian kami juga bisa gagal. Ini bukan soal kepentingan kelompok, tapi soal hajat hidup orang banyak," tambah Kalfin.

Pihak Tambang Membantah


Direktur CV Bangsa Damai, Terry Banti, menegaskan bahwa semua kegiatan tambang yang dijalankan perusahaannya telah sesuai dengan prosedur hukum yang berlaku.

Ia membantah tudingan warga yang menyebut aktivitas tambang merusak lingkungan dan situs budaya.

Baca juga: Daftar Korban Tewas dalam Longsor Galian C Gunung Kuda di Cirebon

“Kami menghargai pendapat mereka. Namun, tidak ada situs budaya, obyek wisata, atau pemakaman yang rusak di lokasi kami. Memang ada sungai, tetapi tidak bertepatan dengan lahan yang kami kerjakan. Kami juga membatasi pekerjaan ini secara teknis,” tutur Terry.

Halaman:


Terkini Lainnya
Modus Penyelundupan Obat-obatan Daftar G Asal Surabaya ke Makassar
Modus Penyelundupan Obat-obatan Daftar G Asal Surabaya ke Makassar
Makassar
2.486 Pekerja Menganggur, PHK di Sulsel Nomor 6 Se-Indonesia: Industri Nikel Lesu?
2.486 Pekerja Menganggur, PHK di Sulsel Nomor 6 Se-Indonesia: Industri Nikel Lesu?
Makassar
Kejati Sulsel Selamatkan Kerugian Negara Rp 36,6 Miliar dari Kasus Korupsi Sepanjang 2025
Kejati Sulsel Selamatkan Kerugian Negara Rp 36,6 Miliar dari Kasus Korupsi Sepanjang 2025
Makassar
Menhan Sjafrie Ungkap 80 Persen Timah Indonesia Dibawa ke Luar Negeri Tanpa Pajak
Menhan Sjafrie Ungkap 80 Persen Timah Indonesia Dibawa ke Luar Negeri Tanpa Pajak
Makassar
Culik Dan Cabuli Bocah 10 Tahun, Residivis Di Gowa Ditembak Polisi
Culik Dan Cabuli Bocah 10 Tahun, Residivis Di Gowa Ditembak Polisi
Makassar
Menhan Sjafrie Soroti Bencana Sumatera-Aceh: Hutan Lindung Tak Dijaga, Perlu Militer Kuat
Menhan Sjafrie Soroti Bencana Sumatera-Aceh: Hutan Lindung Tak Dijaga, Perlu Militer Kuat
Makassar
Skandal Perselingkuhan Pejabat DPRD di Sulsel Mencuat dari Video Mantan Suami, PKB dan BK Bergerak
Skandal Perselingkuhan Pejabat DPRD di Sulsel Mencuat dari Video Mantan Suami, PKB dan BK Bergerak
Makassar
Realisasi Investasi Makassar Triwulan III 2025 Capai Rp 4 Triliun
Realisasi Investasi Makassar Triwulan III 2025 Capai Rp 4 Triliun
Makassar
Inggris Bantu Makassar Rancang Stadion hingga Integrasi Transportasi
Inggris Bantu Makassar Rancang Stadion hingga Integrasi Transportasi
Makassar
Sengketa Lahan 16 Hektar di Makassar Memanas, PT Hadji Kalla Siapkan Laporan Pemalsuan Dokumen
Sengketa Lahan 16 Hektar di Makassar Memanas, PT Hadji Kalla Siapkan Laporan Pemalsuan Dokumen
Makassar
GMTD Gugat PT Hadji Kalla Imbas Konflik Lahan, Sidang Perdana Dijadwalkan 9 Desember
GMTD Gugat PT Hadji Kalla Imbas Konflik Lahan, Sidang Perdana Dijadwalkan 9 Desember
Makassar
Viral Pria di Gowa Diseret Rombongan Pemotor, Diduga Pelaku Pemerkosaan
Viral Pria di Gowa Diseret Rombongan Pemotor, Diduga Pelaku Pemerkosaan
Makassar
Sekda Sulsel Ingatkan Kepala Sekolah: Jika Tak Mampu Jadi Manajer Talenta Global, Kembali Jadi Guru
Sekda Sulsel Ingatkan Kepala Sekolah: Jika Tak Mampu Jadi Manajer Talenta Global, Kembali Jadi Guru
Makassar
2 Nelayan Tersambar Petir di Perairan Makassar, Satu Tewas, Satu Kritis
2 Nelayan Tersambar Petir di Perairan Makassar, Satu Tewas, Satu Kritis
Makassar
Polemik PBNU, Cak Imin: Kelakuan PBNU Kecewakan Masyarakat NU
Polemik PBNU, Cak Imin: Kelakuan PBNU Kecewakan Masyarakat NU
Makassar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau