Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Warga di Antang, Makassar Bergelut dengan Banjir, Air Setinggi 2 Meter dan Belum Ada Bantuan

Kompas.com, 22 Desember 2024, 15:25 WIB
Reza Rifaldi,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

MAKASSAR, KOMPAS.com - Puluhan warga yang terdampak banjir di kawasan Blok 8 Perumnas Antang, Kecamatan Manggala, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, mengaku belum mendapatkan bantuan dari pemerintah, Minggu (22/12/2024).

Padahal, banjir parah yang melanda wilayah tersebut telah mencapai ketinggian lebih dari 2 meter sejak Jumat (20/12/2024).

Untuk memenuhi kebutuhan pangan, warga terpaksa swadaya di antara sesama pengungsi.

Baca juga: Potensi Bencana di Jawa Tengah dan Peringatan Cuaca Ekstremnya...

Pantauan Kompas.com pada Minggu (22/12/2024) siang menunjukkan, para pengungsi hanya mampu membuat tenda seadanya sebagai tempat perlindungan.

Meskipun pemerintah setempat telah mendirikan beberapa posko pengungsian, banyaknya jumlah warga yang terdampak membuat banyak di antara mereka yang terpaksa membuat posko pengungsian mandiri.

"Kita tidak ke masjid (posko pengungsian) karena tidak cukup, belum lagi kita lansia dan anak-anak," kata Satria, salah satu warga yang ditemui, Minggu.

Baca juga: Selamatkan Harta Benda, Warga di Madiun Tewas Tertimpa Longsoran


Baca juga: Pelajar Asal Jakarta Jatuh dari Motor dan Terlindas Truk Trailer di Kulon Progo, Meninggal di Rumah Sakit

Posko pengungsian padat

Kondisi banjir yang nyaris menyentuh atap rumah warga di kawasan Blok 8 Perumnas Antang, Kecamatan Manggala, Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), Jumat (22/12/2024).Kompas.com/Reza Rifaldi Kondisi banjir yang nyaris menyentuh atap rumah warga di kawasan Blok 8 Perumnas Antang, Kecamatan Manggala, Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), Jumat (22/12/2024).

Dia menambahkan bahwa sejak Jumat lalu, warga di kawasan RT A dan RT B belum menerima bantuan dari pihak pemerintah.

"Kita tidak ke masjid (posko pengungsian) karena tidak cukup, belum lagi kita lansia dan anak-anak," ucapnya.

Senada dengan Satria, Sitti Hasnah, warga lainnya, mengungkapkan bahwa saat air merendam rumahnya, ia terpaksa mengungsi ke tempat seadanya karena kondisi posko pengungsian yang sudah padat.

"Biar nasi (makanan) belum ada. Banjir mulai hari Jumat pagi, kita mengungsi di sini, sementara ini itu pun sudah naik lagi air," ujarnya.

Baca juga: Kasus Uang Palsu di UIN Makassar, SBN Senilai Rp 700 Triliun Turut Diamankan, 3 Tersangka Buron

Sementara itu, Ketua RT 4 Blok 8 Perumnas Antang, Fathiyah Bahmid, menjelaskan bahwa pengungsi yang terdata di posko pengungsian induk berjumlah 26 kepala keluarga.

"Kalau di posko induk ada 109 jiwa, itu dari RT 2, RT 6, RT 1, dan RT 4. Di sini ada lansia, anak-anak, sebagian juga sudah pindah ke rumah keluarganya," ucap Fathiyah.

Menurutnya, kebutuhan paling mendesak bagi para pengungsi di posko induk adalah air bersih, pakaian, dan selimut.

"Sebenarnya ini paling dibutuhkan air minum, tapi sudah mulai ada dari kelurahan ke sini. Kebutuhan selimut juga dengan popok yang dibutuhkan," bebernya.

Baca juga: Update Kasus Uang Palsu di UIN Alauddin Makassar, Beroperasi sejak 2010, 17 Tersangka Diamankan

Halaman:


Terkini Lainnya
Bupati Luwu Timur Umrah di Tengah Larangan Kepala Daerah Lakukan Perjalanan ke Luar Negeri
Bupati Luwu Timur Umrah di Tengah Larangan Kepala Daerah Lakukan Perjalanan ke Luar Negeri
Makassar
Modus Penyelundupan Obat-obatan Daftar G Asal Surabaya ke Makassar
Modus Penyelundupan Obat-obatan Daftar G Asal Surabaya ke Makassar
Makassar
2.486 Pekerja Menganggur, PHK di Sulsel Nomor 6 Se-Indonesia: Industri Nikel Lesu?
2.486 Pekerja Menganggur, PHK di Sulsel Nomor 6 Se-Indonesia: Industri Nikel Lesu?
Makassar
Kejati Sulsel Selamatkan Kerugian Negara Rp 36,6 Miliar dari Kasus Korupsi Sepanjang 2025
Kejati Sulsel Selamatkan Kerugian Negara Rp 36,6 Miliar dari Kasus Korupsi Sepanjang 2025
Makassar
Menhan Sjafrie Ungkap 80 Persen Timah Indonesia Dibawa ke Luar Negeri Tanpa Pajak
Menhan Sjafrie Ungkap 80 Persen Timah Indonesia Dibawa ke Luar Negeri Tanpa Pajak
Makassar
Culik Dan Cabuli Bocah 10 Tahun, Residivis Di Gowa Ditembak Polisi
Culik Dan Cabuli Bocah 10 Tahun, Residivis Di Gowa Ditembak Polisi
Makassar
Menhan Sjafrie Soroti Bencana Sumatera-Aceh: Hutan Lindung Tak Dijaga, Perlu Militer Kuat
Menhan Sjafrie Soroti Bencana Sumatera-Aceh: Hutan Lindung Tak Dijaga, Perlu Militer Kuat
Makassar
Skandal Perselingkuhan Pejabat DPRD di Sulsel Mencuat dari Video Mantan Suami, PKB dan BK Bergerak
Skandal Perselingkuhan Pejabat DPRD di Sulsel Mencuat dari Video Mantan Suami, PKB dan BK Bergerak
Makassar
Realisasi Investasi Makassar Triwulan III 2025 Capai Rp 4 Triliun
Realisasi Investasi Makassar Triwulan III 2025 Capai Rp 4 Triliun
Makassar
Inggris Bantu Makassar Rancang Stadion hingga Integrasi Transportasi
Inggris Bantu Makassar Rancang Stadion hingga Integrasi Transportasi
Makassar
Sengketa Lahan 16 Hektar di Makassar Memanas, PT Hadji Kalla Siapkan Laporan Pemalsuan Dokumen
Sengketa Lahan 16 Hektar di Makassar Memanas, PT Hadji Kalla Siapkan Laporan Pemalsuan Dokumen
Makassar
GMTD Gugat PT Hadji Kalla Imbas Konflik Lahan, Sidang Perdana Dijadwalkan 9 Desember
GMTD Gugat PT Hadji Kalla Imbas Konflik Lahan, Sidang Perdana Dijadwalkan 9 Desember
Makassar
Viral Pria di Gowa Diseret Rombongan Pemotor, Diduga Pelaku Pemerkosaan
Viral Pria di Gowa Diseret Rombongan Pemotor, Diduga Pelaku Pemerkosaan
Makassar
Sekda Sulsel Ingatkan Kepala Sekolah: Jika Tak Mampu Jadi Manajer Talenta Global, Kembali Jadi Guru
Sekda Sulsel Ingatkan Kepala Sekolah: Jika Tak Mampu Jadi Manajer Talenta Global, Kembali Jadi Guru
Makassar
2 Nelayan Tersambar Petir di Perairan Makassar, Satu Tewas, Satu Kritis
2 Nelayan Tersambar Petir di Perairan Makassar, Satu Tewas, Satu Kritis
Makassar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau