Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bencana Longsor di Tambang Emas Gorontalo, 90 Persen Penambang Berasal dari Luar Bone Bolangao

Kompas.com, 12 Juli 2024, 18:38 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Longsor di tambang emas tanpa izin di Kecamatan Suwawa, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo, menewaskan puluhan warga.

Terakhir, jumlah korban tewas mencapai 27 orang dan puluhan orang lainnya masih dalam pencarian. Aktivitas tambang emas di kawasan tersebut sudah berlangsung selama bertahun-tahun.

Bahkan menurut beberapa warga yang tinggal di sekitar tambang, kebanyakan penambang berasal dari luar Kabupaten Bone Bolango.

Dinda warga Tulabolo mengatakan kebanyakan penambang bukan warga Bone Bolango.

"Tambang disini memang sudah ada bertahun-tahun. Tapi paling banyak penambang berasal dari luar," kata dia.

Baca juga: Mengandalkan Aroma Parfum, Nandar Mencari Sang Ayah di Lokasi Longsor Tambang Emas Gorontalo

"Luar yang saya maksud adalah bukan warga Bone Bolango," ucapnya.

Dirinya mengatakan banyak juga warga Sulawesi Utara yang ikut datang mencari nafkah di lokasi tambang

"Dari Sulut juga banyak. Seperti Dumoga, Manado, hingga Bolsel. Pokoknya 90 persen penambangnya bukan dari Sulut," tegas dia.

Ia juga mengatakan bahwa tambang emas yang ada di Suwawa tersebut sempat dipotes oleh warga sekitar.

"Pernah didemo tiga tahun lalu, sampai dibawa ke DPRD. Tapi sampai sekarang tetap beraktivitas hingga kejadian seperti ini," kata dia.

Baca juga: Cerita Nakes Mandikan 13 Jenazah Korban Longsor Tambang Gorontalo, Sempat Kekurangan Air

Bupati Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo, Merlan Uloli kembali menjawab terkait peristiwa yang terjadi di area pertambangan emas ilegal di desa Tulabolo Timur Kecamatan Suwawa Timur Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo.

Secara terang-terangan Bupati Merlan Uloli mengaku bahwa lokasi tambang yang kini memakan korban jiwa ini berstatus Ilegal.

"Iya kan kita tau pertambangan ini kan ilegal," jelasnya Jumat (12/7/2024).

Namun ditanya soal siapa yang harus bertanggung jawab, Bupati Merlan Uloli terkesan melempar bola. Menurutnya yang berhak menentukan sikap soal tambang ilegal ini dari pusat.

"Kan regulasi bukan kami yang menentukan, kan dari pusat begitu. Daerah disini hanya bisa mengusulkan, menghimbau serta meminta tapi regulasinya berada di pusat," jelas dia.

Baca juga: Update Longsor Tambang Emas di Gorontalo: 23 Orang Meninggal, 30 Lainnya Dilaporkan Hilang

Dia berharap setelah ada kejadian ini dari pusat memberi kewenangan kepada daerah, terkait soal ini.

"Kita tidak boleh saling menuduh siapa yang bertanggung jawab, ini kan masyarakat kita semua, korban pun ada dari kabupaten dan provinsi lain. Kami sebagai tuan rumah disini punya rasa kemanusian, agar semua di sana bisa selamat," jelas dia.

Artikel ini telah tayang di TribunManado.co.id dengan judul Kisah Nandar Sunandar, 5 Hari Cari Jenazah Ayah di Lokasi Longsor Gorontalo, Bermodalkan Bau Parfum

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Bupati Luwu Timur Umrah di Tengah Larangan Kepala Daerah Lakukan Perjalanan ke Luar Negeri
Bupati Luwu Timur Umrah di Tengah Larangan Kepala Daerah Lakukan Perjalanan ke Luar Negeri
Makassar
Modus Penyelundupan Obat-obatan Daftar G Asal Surabaya ke Makassar
Modus Penyelundupan Obat-obatan Daftar G Asal Surabaya ke Makassar
Makassar
2.486 Pekerja Menganggur, PHK di Sulsel Nomor 6 Se-Indonesia: Industri Nikel Lesu?
2.486 Pekerja Menganggur, PHK di Sulsel Nomor 6 Se-Indonesia: Industri Nikel Lesu?
Makassar
Kejati Sulsel Selamatkan Kerugian Negara Rp 36,6 Miliar dari Kasus Korupsi Sepanjang 2025
Kejati Sulsel Selamatkan Kerugian Negara Rp 36,6 Miliar dari Kasus Korupsi Sepanjang 2025
Makassar
Menhan Sjafrie Ungkap 80 Persen Timah Indonesia Dibawa ke Luar Negeri Tanpa Pajak
Menhan Sjafrie Ungkap 80 Persen Timah Indonesia Dibawa ke Luar Negeri Tanpa Pajak
Makassar
Culik Dan Cabuli Bocah 10 Tahun, Residivis Di Gowa Ditembak Polisi
Culik Dan Cabuli Bocah 10 Tahun, Residivis Di Gowa Ditembak Polisi
Makassar
Menhan Sjafrie Soroti Bencana Sumatera-Aceh: Hutan Lindung Tak Dijaga, Perlu Militer Kuat
Menhan Sjafrie Soroti Bencana Sumatera-Aceh: Hutan Lindung Tak Dijaga, Perlu Militer Kuat
Makassar
Skandal Perselingkuhan Pejabat DPRD di Sulsel Mencuat dari Video Mantan Suami, PKB dan BK Bergerak
Skandal Perselingkuhan Pejabat DPRD di Sulsel Mencuat dari Video Mantan Suami, PKB dan BK Bergerak
Makassar
Realisasi Investasi Makassar Triwulan III 2025 Capai Rp 4 Triliun
Realisasi Investasi Makassar Triwulan III 2025 Capai Rp 4 Triliun
Makassar
Inggris Bantu Makassar Rancang Stadion hingga Integrasi Transportasi
Inggris Bantu Makassar Rancang Stadion hingga Integrasi Transportasi
Makassar
Sengketa Lahan 16 Hektar di Makassar Memanas, PT Hadji Kalla Siapkan Laporan Pemalsuan Dokumen
Sengketa Lahan 16 Hektar di Makassar Memanas, PT Hadji Kalla Siapkan Laporan Pemalsuan Dokumen
Makassar
GMTD Gugat PT Hadji Kalla Imbas Konflik Lahan, Sidang Perdana Dijadwalkan 9 Desember
GMTD Gugat PT Hadji Kalla Imbas Konflik Lahan, Sidang Perdana Dijadwalkan 9 Desember
Makassar
Viral Pria di Gowa Diseret Rombongan Pemotor, Diduga Pelaku Pemerkosaan
Viral Pria di Gowa Diseret Rombongan Pemotor, Diduga Pelaku Pemerkosaan
Makassar
Sekda Sulsel Ingatkan Kepala Sekolah: Jika Tak Mampu Jadi Manajer Talenta Global, Kembali Jadi Guru
Sekda Sulsel Ingatkan Kepala Sekolah: Jika Tak Mampu Jadi Manajer Talenta Global, Kembali Jadi Guru
Makassar
2 Nelayan Tersambar Petir di Perairan Makassar, Satu Tewas, Satu Kritis
2 Nelayan Tersambar Petir di Perairan Makassar, Satu Tewas, Satu Kritis
Makassar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau