Editor
KOMPAS.com - Longsor di tambang emas tanpa izin di Kecamatan Suwawa, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo, menewaskan puluhan warga.
Terakhir, jumlah korban tewas mencapai 27 orang dan puluhan orang lainnya masih dalam pencarian. Aktivitas tambang emas di kawasan tersebut sudah berlangsung selama bertahun-tahun.
Bahkan menurut beberapa warga yang tinggal di sekitar tambang, kebanyakan penambang berasal dari luar Kabupaten Bone Bolango.
Dinda warga Tulabolo mengatakan kebanyakan penambang bukan warga Bone Bolango.
"Tambang disini memang sudah ada bertahun-tahun. Tapi paling banyak penambang berasal dari luar," kata dia.
Baca juga: Mengandalkan Aroma Parfum, Nandar Mencari Sang Ayah di Lokasi Longsor Tambang Emas Gorontalo
"Luar yang saya maksud adalah bukan warga Bone Bolango," ucapnya.
Dirinya mengatakan banyak juga warga Sulawesi Utara yang ikut datang mencari nafkah di lokasi tambang
"Dari Sulut juga banyak. Seperti Dumoga, Manado, hingga Bolsel. Pokoknya 90 persen penambangnya bukan dari Sulut," tegas dia.
Ia juga mengatakan bahwa tambang emas yang ada di Suwawa tersebut sempat dipotes oleh warga sekitar.
"Pernah didemo tiga tahun lalu, sampai dibawa ke DPRD. Tapi sampai sekarang tetap beraktivitas hingga kejadian seperti ini," kata dia.
Baca juga: Cerita Nakes Mandikan 13 Jenazah Korban Longsor Tambang Gorontalo, Sempat Kekurangan Air
Bupati Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo, Merlan Uloli kembali menjawab terkait peristiwa yang terjadi di area pertambangan emas ilegal di desa Tulabolo Timur Kecamatan Suwawa Timur Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo.
Secara terang-terangan Bupati Merlan Uloli mengaku bahwa lokasi tambang yang kini memakan korban jiwa ini berstatus Ilegal.
"Iya kan kita tau pertambangan ini kan ilegal," jelasnya Jumat (12/7/2024).
Namun ditanya soal siapa yang harus bertanggung jawab, Bupati Merlan Uloli terkesan melempar bola. Menurutnya yang berhak menentukan sikap soal tambang ilegal ini dari pusat.
"Kan regulasi bukan kami yang menentukan, kan dari pusat begitu. Daerah disini hanya bisa mengusulkan, menghimbau serta meminta tapi regulasinya berada di pusat," jelas dia.
Baca juga: Update Longsor Tambang Emas di Gorontalo: 23 Orang Meninggal, 30 Lainnya Dilaporkan Hilang
Dia berharap setelah ada kejadian ini dari pusat memberi kewenangan kepada daerah, terkait soal ini.
"Kita tidak boleh saling menuduh siapa yang bertanggung jawab, ini kan masyarakat kita semua, korban pun ada dari kabupaten dan provinsi lain. Kami sebagai tuan rumah disini punya rasa kemanusian, agar semua di sana bisa selamat," jelas dia.
Artikel ini telah tayang di TribunManado.co.id dengan judul Kisah Nandar Sunandar, 5 Hari Cari Jenazah Ayah di Lokasi Longsor Gorontalo, Bermodalkan Bau Parfum
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang