MAKASSAR, KOMPAS.com - Seorang oknum guru pria di salah satu pondok pesantren (ponpes) di Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), dilaporkan ke polisi usai diduga melakukan penganiayaan terhadap santrinya.
Oknum guru berinisial YB (29) itu dilaporkan ke Mapolrestabes Makassar, pada Senin (10/6/2024).
Akibat dugaan penganiayaan itu, santri berinisial SA (13) mengalami memar di kepala hingga trauma.
Ibu SA yakni MHI mengatakan, kasus dugaan kekerasan yang menimpa putranya itu terjadi pada Sabtu (8/6/2024), dalam lingkungan ponpes.
Baca juga: Penemuan Kerangka Manusia di Makassar, Ada yang Mengaku Keluarga
MHI bercerita, awal mula peristiwa dugaan kekerasan itu terjadi kala korban sedang berada di salah satu ruangan atau blok santri kelas tiga.
"Jadi, anakku kelas dua, dia ini sering bergaul dengan kakak kelasnya, di blok kelas tiga itu dilarang masuk, nah anak saya masuk ke blok itu sendiri, alasannya masuk karena mau dikasih lemari sama kakak kelasnya, kebetulan katanya lemari anak saya rusak," ucap MHI, saat dikonfirmasi Kompas.com, Rabu (12/6/2024).
Namun, tidak selang lama terlapor YB mendapati korban berada di blok tersebut dan langsung menegurnya dengan tegas.
"Nah, saat di situ, anak saya ketahuan masuk di situ (blok kelas 3), ditegurlah anak saya, anak saya menjawab, katanya cuma mau lihat lemari," ujar MHI.
YB pun naik pitam hingga langsung melayangkan pukulan ke kepala korban. YB bahkan menyandarkan korban ke tembok lalu kembali menganiaya dengan tangan kosong.
"Di situ langsung dihantam kepalanya, anak saya protes katanya jangan pukul kepala. Dia (terlapor) langsung dihantam lagi baru disandarkan ke tembok dengan sikut, dan dipukul lagi," kata MHI.
"Pengakuan anak saya dipukul tiga kali di bagian kepala sampai benjol. Ada yang lihat guru lain dan temannya. Anak saya di situ menangis, dan langsung pinjam ponsel hubungi saya," sambung dia.
Mendapatkan kabar itu, MHI dan sang suami langsung menuju ponpes yang terletak di Kecamatan Manggala, Kota Makassar, Sulsel, tersebut.
Baca juga: Kunker di Kalsel, Mensos Risma Kaget Temukan Banyak Penderita ODGJ yang Dipasung Keluarganya
"Kita langsung ke sana, saya lihat memang benjol, dipukul bagian samping kepala bisa geger otak ini kalau begini. Di situ, dia (terlapor) minta maaf dan mengaku khilaf," beber dia.
MHI menyebut, pihak keluarga berharap adanya iktikad baik dari pihak ponpes pasca peristiwa tersebut. Namun, seiring waktu, pihak ponpes seakan-akan acuh dengan kasus yang menimpa putranya.
"Dua hari saya tunggu (iktikad baik) tidak ada. Seolah-olah tidak terjadi apa-apa, alasannya sibuk. Hari senin saya melapor dan visum karena tidak ada iktikad baik," ujar dia.
MHI bilang, saat ini kondisi sang putra sudah berangsur pulih. Namun, dia masih enggan kembali ke ponpes tersebut pasca peristiwa tersebut.
"Anak saya ini sudah mau ujian, pasti (trauma) karena dia sudah tidak enak pergi ke (ponpes) itu. Nanti setelah ujian saya tarik dari ponpes," ungkapnya.
Dari laporan ini, pihak keluarga korban berharap agar kasus kekerasan di dunia pendidikan khususnya ponpes tidak terus terjadi.
Baca juga: Temuan Kerangka di Lahan Kosong Makassar, Gelang dan Cincin Masih Terpasang
"Saya melapor ini, supaya ada upaya memperbaiki semua ponpes tidak ada lagi kekerasan, ponpes kan tempat untuk mendidik anak untuk jadi lebih baik," ujar dia.
Sementara, Kasi Humas Polrestabes Makassar AKP Wahiduddin membenarkan perihal laporan polisi yang dibuat oleh orangtua santri SA tersebut.
Dia mengatakan, saat ini kasus tersebut masih dalam penyelidikan oleh pihak Sat Reskrim Polrestabes Makassar.
"Kalau sudah ada tanda bukti laporan, berarti laporannya sudah ditindaklanjuti, sambil menunggu proses perkembangan penyidikannya," kata Wahiduddin, saat dikonfirmasi terpisah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.