VI mengaku, kejadian ini terjadi saat dia masih duduk di kelas IV Sekolah Dasar (SD), di tahun 2018.
Seingat VI, ibunya dianiaya ayahnya sendiri hingga mengalami luka di wajahnya.
"Waktu itu saya masih kelas IV SD. Sepulang sekolah saya melihat mama saya terbaring di lantai, saya hampir tidak mengenalinya karena wajahnya sudah bengkak," kata VI di hadapan penyidik di Mapolrestabes Makassar, Sabtu (13/4/2024) malam.
Dua hari kemudian, dia masih melihat ibunya terbaring di lantai tak sadarkan diri.
"Dua hari kemudian setelah pulang sekolah, saya masih melihat mama saya terbaring di tempat yang sama," ujarnya.
Tak lama kemudian, kata VI, dia melihat ayahnya membawa masuk ke dalam rumah pasir dan semen.
"Kemudian memberitahukan kepada saya kalau ada yang bertanya semen itu untuk apa, saya harus jawab untuk membuat kolam ikan," ucapnya.
Dia juga mengaku, diminta oleh ayahnya untuk berbohong ketika orang-orang menanyakan di mana keberadaan ibunya.
"Bapak saya kemudian mengajari saya dan adik saya yang waktu itu masih berumur 5 tahun. Kika ada yang bertanya mama kamu ke mana, sampaikan bahwa mamamu pergi entah ke mana," tuturnya mengikuti perkataan pelaku.
Setiap kali tetangga bertanya kepada pelaku kemana istrinya, pelaku bahkan mengatakan bahwa istrinya pergi dengan pria lain.
Dari pengakuan VI, akhirnya polisi menangkap H. H mengakui perbuatan kejinya.
Dia menganiaya istrinya dengan balok kayu lantaran cemburu diduga korban bertemu mantan kekasih.
Setelah korban tewas, mayatnya kemudian dikubur dalam rumah, tepat di belakang toilet. H kemudian menutupnya dengan pasir dan semen.
Pelaku dan korban ternyata sering cekcok selama menempati rumah tersebut.
H juga dianggap ringan tangan dan tempramental terhadap istrinya.