Dalam tradisi ini, bagi yang bisa bertahan hidup adalah yang benar atau pemenang, sementara yang mati adalah pihak yang salah atau kalah.
Mengenai bagaimana sebenarnya tradisi Sigajang Laleng Lipa dilakukan, ternyata ada aturan-aturan tertentu yang perlu diperhatikan.
Dilansir dari laman Tribun-Timur.com, mula-mula kedua pihak yang berseteru akan saling berhadapan di dalam sebuah sarung.
Keduanya pihak yang bertikai tidak hanya harus mampu menjaga keseimbangan,namun juga akan mengadu kekuatan hingga ada salah satu yang kalah.
Kekalahan ini bisa karena salah satunya keluar dari sarung, menyerah, atau bahkan meregang nyawa.
Namun walaupun terlihat mengerikan dan meski nyawa jadi taruhan, sesudahnya masing-masing pihak yang bertikai tidak boleh lagi menyimpan dendam dan harus menganggap perkara tersebut selesai.
Seiring berjalannya waktu, tradisi Sigajang Laleng Lipa memang sudah mulai ditinggalkan oleh masyarakat.
Namun tradisi ini tetap dijaga dan menjadi warisan budaya setempat ang tidak jarang dipentaskan di atas panggung.
Sebagai sebuah hiburan, gerakan Sigajang Laleng Lipa dipertunjukkan dengan iringan suling dan gendang.
Meski tetap bertarung dengan sarung dan masing-masing peserta membawa sebilah badik, namun tradisi Sigajang Laleng Lipa ini tidak lagi harus mempertaruhkan nyawa.
Sumber:
makassarkota.go.id
warisanbudaya.kemdikbud.go.id
makassar.tribunnews.com
makassar.tribunnews.com
antarafoto.com