Seseorang yang baru mulai bekerja menjadi pengrajin kapal akan memulai karirnya sebagai tukang masak, kemudian menjadi tukang bor, dan bisa naik menjadi pemasang baut dan pasak.
Setelah mahir, ia bisa mulai bekerja menjadi tukang potong kayu dan naik menjadi perakit papan.
Jika semua pengetahuan dan keterampilan sudah dikuasai, tidak tertutup kemungkinan seseorang akan diangkat menjadi Panrita Lopi.
Seorang Panrita Lopi juga nantinya akan menurunkan ilmunya dengan mengajarkan anak atau pekerja yang memiliki potensi terkait dengan hal teknis pembuatan kapal maupun mantra-mantra dan ritual.
Seluruh proses pembuatan kapal Pinisi ini merefleksikan nilai sosial dan budaya masyarakat sehari-hari, seperti kerja bersama, bekerja keras, keindahan, serta penghargaan terhadap lingkungan dan alam.
Para pengrajin di Tana Beru biasanya akan membuat kapal Pinisi sesuai dengan pesanan, dari kapal berukuran kecil hingga kapal berukuran besar.
Pemesan hanya perlu menyebutkan seberapa besar kapal Pinisi yang diinginkan, kemudian para pengrajin di Tana Beru pun akan segera mewujudkannya.
Jika dahulu kapal yang dibuat digunakan sebagai kapal dagang, saat ini kebanyakan kapal yang dibuat merupakan kapal wisata.
Kapal Pinisi juga sudah menjadi daya tarik wisata di berbagai destinasi wisata Indonesia, mulai dari Kepulauan Raja Ampat, Labuan Bajo, hingga Danau Toba.
Sumber:
indonesiabaik.id
kemenparekraf.go.id
bulukumbakab.go.id
pariwisata.kepulauanselayarkab.go.id
sulselprov.go.id
disbudpar.sulselprov.go.id
kebudayaan.kemdikbud.go.id
ditsmp.kemdikbud.go.id
makassar.tribunnews.com .
jadesta.kemenparekraf.go.id
kompas.com