Raja-raja lainnya yang dimakamkan di kompleks pemakaman tersebut antara lain makam Sultan Alauddin dan makam Raja Tallo.
Makam Sultan Hasanuddin menjadi salah satu wisata religi.
Para peziarah juga sekaligus melakukan wisata edukasi mengenal sejarah Sultan Hasanuddin dan raja-raja Gowa.
Karaeng Galesong adalah bangsawan dari Gowa.
Karaeng Galesong adalah putra sulung Sultan Hasanuddin dari istri keempat yang bernama I Hatijah I L'omo Tobo.
Kareang adalah gelar bangsawan Makassar, sedangkan Galesong merupakan nama salah satu daerah kekuasaan Kerajaan Gowa-Tallo.
Jiwa perjuangan ayahnya, Sultan Hasanuddin, menurun kepada Karaeng Galesong.
Baca juga: Karaeng Galesong, Bangsawan Gowa yang Memburu VOC ke Jawa
Karaeng mengejar VOC (Kongsi Dagang Hindia Belanda) hingga ke tanah Jawa.
Empat tahun setelah Perjanjian Bongaya yang ditandatangani pada tahun 1671, Karaeng Galesong memutuskan meninggalkan tanah leluhurnya dan belayar ke barat untuk menyusun strategi dan melanjutkan perlawanan.
Pada Oktober 1971, Karaeng Galesong tiba di Pelabuhan Banten.Tujuan kedatangannya adalah untuk membantu Sultan Ageng Tirtayasa melawan VOC.
Karaeng Galesong juga membantu Raden Trunojoyo melawan VOC di Jawa Tengah dan Jawa Timur atas permintaan Raden Kejoran yang merupakan mertua Raden Trunojoyo.
Bersama Trunojoyo, Karaeng Galesong juga menyerang Jawa Timur setelah direbut kembali oleh Belanda pada Mei 1676.
Karaeng meminta bantuan pasukan gabungan dari Madura, Makassar, dan Surabaya yang berkekuatan 9.000 tentara.
Pada Oktober 1676, Trunojoyo dan Karaeng Galesong berhasil mengalahkan pasukan Mataram dan Belanda dalam Pertempuran Gegodog.
Karaeng Galesong wafat pada tanggal 21 November 1679 di Malang, Jawa Timur, akibat sakit.