Salin Artikel

Mengenal Makam Sultan Hasanuddin: Daya Tarik, Keturunan, dan Tokoh

KOMPAS.com - Makam Sultan Hasanuddin terletak di Bukit Tamalete, Jalan Pallantikang, Kelurahan Katangka, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan.

Makam Sultan Hasanuddin berupa kompleks makam raja-raja Gowa, selain makam Sultan Hasanuddin terdapat makam istri, anak, dan raja Gowa lainnya.

Sultan Hasanuddin yang bergelar ayam jantan dari timur meninggal pada tanggal 12 Juni tahun 1670.

Sultan Hasanuddin adalah Raja Gowa ke-16 yang terkenal akan keberaniannya melawan kolonial Belanda di Sulawesi Selatan.

Makam Sultan Hasanuddin

Daya Tarik Makam Sultan Hasanuddin

Jumlah makam yang terdapat di kompleks makam Sultan Hasanuddin sebanyak 21 makam.

Makam-makam tersebut terdiri dari makam raja-raja Gowa, serta makam keluarga dan kerabat lingkungan kerajaan.

Orientasi makam tersebut adalah utara-selatan sebagai ciri makam Islam.

Kompleks makam Sultan Hasanuddin merupakan makam tua yang terbuat dari bahan utama berupa batu padas dan batu bata.

Makam tersebut terdapat memiliki badan jirat dengan undakan yangn beragam, yaitu mulai undak tiga hingga lima. Sehingga, bentuk makam mirip dengan candi.

Konon bentuk makam tersebut terinspirasi dari candi di Jawa.

Makam-makam juga dilengkapi dengan dua buah nisan di bagian atasnya.

Konservasi makam pernah dilakukan pada tahun 1995, 2003, dan 2022.

Pada area kompleks makam juga ditemukan sebaran keramik Cina.

Di sebelah kiri kompleks pemakaman terdapat sebuah batu Tomanurung atau Batu Pallantikan sebagai tempat pelantikan raja-raja Gowa.

Ada juga sebuah masjid kuno yang dibangun pada 1630 di sekitar makam.

Raja-raja lainnya yang dimakamkan di kompleks pemakaman tersebut antara lain makam Sultan Alauddin dan makam Raja Tallo.

Makam Sultan Hasanuddin menjadi salah satu wisata religi.

Para peziarah juga sekaligus melakukan wisata edukasi mengenal sejarah Sultan Hasanuddin dan raja-raja Gowa.

Keturunan Sultan Hasanuddin

Karaeng Galesong adalah bangsawan dari Gowa.

Karaeng Galesong adalah putra sulung Sultan Hasanuddin dari istri keempat yang bernama I Hatijah I L'omo Tobo.

Kareang adalah gelar bangsawan Makassar, sedangkan Galesong merupakan nama salah satu daerah kekuasaan Kerajaan Gowa-Tallo.

Jiwa perjuangan ayahnya, Sultan Hasanuddin, menurun kepada Karaeng Galesong.

Karaeng mengejar VOC (Kongsi Dagang Hindia Belanda) hingga ke tanah Jawa.

Empat tahun setelah Perjanjian Bongaya yang ditandatangani pada tahun 1671, Karaeng Galesong memutuskan meninggalkan tanah leluhurnya dan belayar ke barat untuk menyusun strategi dan melanjutkan perlawanan.

Pada Oktober 1971, Karaeng Galesong tiba di Pelabuhan Banten.Tujuan kedatangannya adalah untuk membantu Sultan Ageng Tirtayasa melawan VOC.

Karaeng Galesong juga membantu Raden Trunojoyo melawan VOC di Jawa Tengah dan Jawa Timur atas permintaan Raden Kejoran yang merupakan mertua Raden Trunojoyo.

Bersama Trunojoyo, Karaeng Galesong juga menyerang Jawa Timur setelah direbut kembali oleh Belanda pada Mei 1676.

Karaeng meminta bantuan pasukan gabungan dari Madura, Makassar, dan Surabaya yang berkekuatan 9.000 tentara.

Pada Oktober 1676, Trunojoyo dan Karaeng Galesong berhasil mengalahkan pasukan Mataram dan Belanda dalam Pertempuran Gegodog.

Karaeng Galesong wafat pada tanggal 21 November 1679 di Malang, Jawa Timur, akibat sakit.

Jenazahnya dikebumikan di Ngantang, Jawa Timur.

Tokoh yang dimakamkan di Kompleks Makam Sultan Hasanuddin

  • Makam Raja Gowa ke-XI.
  • Sombangta I Mappasomba Daeng Manguraga, Sultan Amir Hamzah Tumenanga Ri Allu, Raja Gowa ke-VII.
  • Sombangta I Mappadulung, Daeng Mattimung Karaeng Sanrobone, Sultan Abdul Djalil, Tumenanga Ri Lakiung, Raja Gowa ke-XIX.
  • Karaengta I Mallingkaang Daeng Mannjonri, Karaeng Katangka Sultan Abdullah Awalul Islam, Tumenanga Riagamana.
  • Sombangta I Manggaranngi Daeng Manrabia, Sultan Alauddin, Tumenanga Rigaukanna, Raja Gowa ke-XIV.
  • Sombangta I Mannuntungi Daeng Mattola, Karaeng Udjung/Karaeng Lakiung, Sultan Malikussaid (Moh Said), Tumenanga Ripapambatuna, Raja Gowa ke-XV.
  • Sultan Hasanuddin, Mallombasi Daeng Mattawang Kareng Bontomangape, Mohammad Bakir, Tumenanga Riballa Pangkana.
  • Sombangta I Mappaosong Daeng Menngewai, Karaeng Bisei, Sultan Ali, Tumenanga Ridjakarta, Raja Gowa ke XVIII.
  • Arung Lamontjong.

Penulis: Verelladevanka Adryamarthanino | Editor: Tri Indriawati

Sumber:

kebudayaan.kemdikbud.go.id

disporapar.paserkab.go.id

www.kompas.com

kebudayaan.kemdikbud.go.id

https://makassar.kompas.com/read/2023/10/24/231416778/mengenal-makam-sultan-hasanuddin-daya-tarik-keturunan-dan-tokoh

Terkini Lainnya

Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com