Pada tahun 1298 dalam buku The Travel of Marco Polo, Marco Polo menggambarkan jika kain muslim dibuat di Monsul (Irak) kemudian diperdagangkan oleh pedagang yang dikenal Musolini.
Secara umum, Baju Bodo sering digunakan dalam acara adat, seperti upacara pernikahan.
Saat ini, Baju Bodo mulai direvitalisasi digunakan dalam berbagai acara lainnya, seperti lomba menari atau menyambut tamu agung.
Namun di kampung-kampung Bugis, Baju Bodo masih dikenakan oleh perempuan saat upacara akad nikah dan resepsi pernikahan.
Aksesoris pelangkap baju Bodo terdiri dari gelang panjang, kalung, anting panjang, gelang lengan, dan hiasan konde (bando).
Baca juga: 7 Pakaian Adat Sulawesi Selatan, Ternyata Tak Hanya Baju Bodo
Bahan yang digunakan untuk membuat baju Bodo adalah kain sutera. Cara membuat dengan merajut untuk membentuk bagian badan blus menggelembung.
Pada bagian atas blus tersebut dilubangi untuk memasukkan kepala dan sekaligus sebagai lubang leher.
Baju Bodo tidak mempunyai sambungan jahitan pada bagian bahu.
Warna baju Bodo juga menunjukkan tingkatan usia perempuan yang menggunakannya.
Warna jingga dipakaian oleh perempuan dengan rentang usia 10 hingga 14 tahun dan warna merah digunakan untuk perempuan usia 17 hingga 25 tahun.
Warga lainnya menunjukkan status perempuan tersebut, seperti warna putih digunakan oleh para inang dan dukun, warna ungu digunakan oleh janda, dan warna hijau dipakai oleh putri bangsawan.
Penulis: Ari Welianto
Sumber:
pariwisata.kepulauanselayarkab.go.id
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.