Salin Artikel

Mengenal Baju Bodo Sulawesi Selatan: Bentuk, Fungsi, dan Keunikan

KOMPAS.com - Baju Bodo Sulawesi Selatan atau baju bodo berasal dari Provinsi Sulawesi Selatan. Baju bodo adalah pakaian adat suku Bugis-Makassar.

Baju Bodo Sulawesi Selatan merupakan salah satu pakaian adat tertua di dunia dan diwariskan secara turun temurun.

Baju Bodo adalah baju adat perempuan Sulawesi Selatan biasa dipakai sebagai pakaian kebesaran dalam setiap acara.

Baju Bodo juga sering dipakai dalan berbagai upacara pernikahan maupun untuk menari di berbagai festival.

Baju Bodo

Bentuk Baju Bodo

Bentuk baju Bodo adalah segi empat yang biasanya berlengan pendek, yakni setengah atas bagian siku lengan.

Hal tersebut tidak lain sesuai dengan namanya bodo yang artinya pendek.

Baju Bodo dahulu dipakai tanpa menggunakan baju dalaman sehingga menampakkan payudara dan lekuk dada pemakainya. Baju tersebut dipadukan dengan sarung yang menutupi bagian pinggang ke bawah.

Saat Islam masuk ke wilayah tersebut, baju Bodo mengalami perubahan.

Baju Bodo dipasangakan dengan baju dalaman dengan warna sama, namun lebih terang. Busana bagian bawahnya berupa sarung sutera berwarna senada.

Baju Bodo terdiri dari sarung yang terbuat dari sutera dengan emas. Motif sarung adalah kotak-kotak yang dominan warna merah.

Ada tali ikat pinggang dari bahan katun yang warnanya dominan biru serta bermotif tulisan Arab.

Selain itu, ada juga baju tipis yang terbuat dari serat nanas.

Baju Bodo dikenal juga sebagai baju tertua di dunia.

Hal tersebut diperkirakan didukung oleh sejarah kain muslim yang menjadi bahan dasar baju Bodo.

Jenis kain yang dikenal dengan nama kain muslim (Eropa), Maisolos (Yunani Kuno), Masalia (India Timur), atau Ruhm (Arab) pertama kali diperdagangkan di Kota Dakka, Banglades.

Pada tahun 1298 dalam buku The Travel of Marco Polo, Marco Polo menggambarkan jika kain muslim dibuat di Monsul (Irak) kemudian diperdagangkan oleh pedagang yang dikenal Musolini.

Fungsi Baju Bodo

Secara umum, Baju Bodo sering digunakan dalam acara adat, seperti upacara pernikahan.

Saat ini, Baju Bodo mulai direvitalisasi digunakan dalam berbagai acara lainnya, seperti lomba menari atau menyambut tamu agung.

Namun di kampung-kampung Bugis, Baju Bodo masih dikenakan oleh perempuan saat upacara akad nikah dan resepsi pernikahan.

Aksesoris pelangkap baju Bodo terdiri dari gelang panjang, kalung, anting panjang, gelang lengan, dan hiasan konde (bando).

Bahan yang digunakan untuk membuat baju Bodo adalah kain sutera. Cara membuat dengan merajut untuk membentuk bagian badan blus menggelembung.

Pada bagian atas blus tersebut dilubangi untuk memasukkan kepala dan sekaligus sebagai lubang leher.

Baju Bodo tidak mempunyai sambungan jahitan pada bagian bahu.

Keunikan Baju Bodo

Warna baju Bodo juga menunjukkan tingkatan usia perempuan yang menggunakannya.

Warna jingga dipakaian oleh perempuan dengan rentang usia 10 hingga 14 tahun dan warna merah digunakan untuk perempuan usia 17 hingga 25 tahun.

Warga lainnya menunjukkan status perempuan tersebut, seperti warna putih digunakan oleh para inang dan dukun, warna ungu digunakan oleh janda, dan warna hijau dipakai oleh putri bangsawan.

Penulis: Ari Welianto

Sumber:

www.kompas.com

makassar.tribunnews.com

pariwisata.kepulauanselayarkab.go.id

https://makassar.kompas.com/read/2023/10/17/211021878/mengenal-baju-bodo-sulawesi-selatan-bentuk-fungsi-dan-keunikan

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com