Tarian Kolegoa diciptakan oleh Laode Umuri Bolu pada tahun 1972 dan pernah ditampilkan dalam resepsi kenegaraan 17 Agustus 1972 di Istana Negara.
Baca juga: Tari Malulo, Tarian Persahabatan Khas Sulawesi Tenggara
Tari Galangi berasal dari Kepulauan Buton Raya, Sulawesi Tenggara.
Tari Galangi merupakan tarian perang dalam Kesultanan atau Kerajaan Buton.
Tarian tersebut sebagai bentuk ungkapan spontanitas gerakan yang berbentuk tari untuk mewujudkan bagaimana penggunaan gala dalam menghadapi musuh.
Tari Galangi ditampilkan untuk mengiringi sultan saat keluar istana dalam suatu tugas atau menyambut dan mengantar tamu kesultanan.
Para penari tari galangi dibagi menjadi 11 kelompok, masing-masing kelompok biasanya terdiri dari tujuh orang.
Pada zaman dahulu para penari tari galangi bertugas mempertahankan kesultanan atau kerajaan jika ada serangan dari luar.
Busana para penari menggunakan pakaian Sala Kaitela (celana puntung) dengan properti berupa gala (tombak), tamburu (genderang), tombi male'i (bendera merah), dan tombi makuni (bendera kuning).
Tari Mowindako adalah tarian adat yang hanya dilakukan oleh para bangsawan atau anakia.
Tarian tersebut ditampilkan jikan penangan mereka telah diterima sehinggaa tarian sebagai wujud rasa suka cita.
Bagian tarian tersebut mirip dengan kegiatan dalam upacara ada perkawinan, yaitu menirukan percakapan juru bicara laki-laki dan perempuan.
Tari Lariangi adalah tari tradisional yang berasal dari Kepulauan Wakatobi. Tarian tersebut diperkirakan telah ada sejak tahunn 1634 pada masa kesultanan Buton.
Tari Lariangi ditampilkan di istana raja yang berfungsi sebagai penerangan informasi luas kepada masyarakat luas.
Pagelaran tari Lariangi mirip dengan tarian Tayup di Jawa Tengah. Dimana, para penari memberikan selendang kepada tamu pria dan tamu pria yang diberi selendang wajib menari bersama penari.
Para tamu juga ada uang saweran untuk para penari.
Gerakan tari Lariangi didominasi gerakan duduk dan melingkar dengan mengibaskan lenso atau kipas.
Baca juga: Tari Dinggu, Tari Tradisional Suku Tolaki Sulawesi Tenggara
Tari Umoara adalah tari perang masyarakat Tolaki.
Kata Umoara berarti mencoba atau mencoba-coba. Dalam hal ini mencoba ketangkasan memainkan parang, melatih otot dengan menghentakan kaki, ketangkasan mata, dan melatih menangkis memakai tameng.
Tari Umoara pada masa lalu dipentaskan setelah para tentara kerajaan Mekongga dan Konawe selesai perang.
Sebagai tanda kemenangan, para tentara disambut rakyat melalui tarian tersebut.
Tari Umoara pada saat ini digunakan sebagai tari menyambut tamu atau untuk pementasan.
Jumlah penari sebanyak dua hingga tiga orag laki-laki dengan gerakan melompat-lompat, tangan menggenggam parang di sebelah kanan dan perisai di sebalah kiri.
Senjata yang digunakan dalam tarian tersebut diayunkan ke teman penari yang dipandang sebagai musuh di medan perang.