Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

10 Tarian Sulawesi Tenggara, Salah Satunya Tari Balumpa

Kompas.com, 13 September 2023, 17:34 WIB
Dini Daniswari

Editor

KOMPAS.com - Tarian Sulawesi Tenggara merupakan bagian kekayaan budaya di Sulawesi Tenggara.

Sejumlah tarian Sulawesi Tenggara menggambarkan kondisi penduduk setempat, seperti peresmian pembukaan lahan pertanian, penyambutan tamu, maupun tari perang sebagai cara menghadapi musuh.

Sulawesi Tenggara merupakan salah satu provinsi di Sulawesi yang memiliki sejumlah suku, antara lain Muna, Tolaki, Buton, Moronene, serta Wolio.

Berikut ini adalah sejumlah tarian Sulawesi Tenggara.

Tarian Sulawesi Tenggara

1. Tari Balumpa

Tari Balumpa adalah tari tradisional yang berasal dari Wakatobi, Sulawesi Tenggara, khususnya wilayah Binongko dan Buton.

Kisah tari Balumpa adalah sekelompok gadis yang tengah berdendang dan gembira dengan hati yang gembira dan tulus.

Tari Balumpa biasanya ditampilkan untuk menyambut tamu terhormat yang datang ke daerah tersebut.

Penari tari Balumpa adalah penari wanita, namun terkadang juga tarian ditarikan oleh penari pria. Jumlah penari berkisar enam hingga delapan penari.

Gerakan tari Balumpa di dominasi gerakan tubuh yang melenggak-lenggok dan kaki diayunkan ke depan.

Baca juga: Tari Balumpa, Tari Penyambutan Tamu dari Sulawesi Tenggara

2. Tari Mangaru

Tari Mangaru adalah tari tradisional masyarakat Buton dengan sebilah keris yang dimainkan dengan dua tangan.

Penari tari Mangaru adalah dua orang laki-laki yang dianggap mempunyai kemampuan fisik dan batin.

Masing-masing penari memagang keris dengan menggunakan pakaian tradisional wolio beserta kopiah.

Musik pengiring tari Mangaru adalah gendang.

3. Tari Lumense

Tari Lumense berasal dari Tokotu'a, Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara.

Tari Galangi merupakan salah satu tarian Sulawesi Tenggara kikomunal-indonesia.dgip.go.id Tari Galangi merupakan salah satu tarian Sulawesi Tenggara

Lumense merupakan kata yang berasal dari bahasa setempat, yaitu lume yang berarti terbang dan mense yang berarti tinggi. Sehingga Lumense dapat diartikan terbang tinggi.

Pada masa lalu tari Lumense dilakukan dalam ritual pe-olia, yakni ritual penyembahan kepada roh-roh halus yang disebut kowonuano (penguasa negeri) dengan sajian berbagai jenis makanan.

Fungsi tari Lumense saat ini mulai bergeser tidak lagi menjadi ritual pengusir roh, namun tarian masih dianggap mempunyai nilai spiritual.

Masyarakat setempat menganggap tari Lumense adalah tari 'penyembuhan'.

Jumlah penari Lumense sebanyak lima orang penari pria dan lima orang penari wanita.

Tarian diiringi dengan musik gendang, gong besar, dan gong kecil yang dimainkan secara serentak.

4. Tari Kolegoa

Nama Kolegoa merupakan nama tarian yang berarti saputangan kebesaran gadis pingitan berbentuk segitiga dengan hiasan khas daerah.

Tari kolegoa menggambarkan suka duka gadis-gadis Buton yang melakukan tradisi adat posuo (pingitan).

Selama dalam pingitan, mereka mendapatkan nasihat-nasihat dari orang tua untuk menjadi gadis yang dewasa dan matang dalam berumah tangga.

Tarian Kolegoa diciptakan oleh Laode Umuri Bolu pada tahun 1972 dan pernah ditampilkan dalam resepsi kenegaraan 17 Agustus 1972 di Istana Negara.

Baca juga: Tari Malulo, Tarian Persahabatan Khas Sulawesi Tenggara

5. Tari Galangi

Tari Galangi berasal dari Kepulauan Buton Raya, Sulawesi Tenggara.

Tari Galangi merupakan tarian perang dalam Kesultanan atau Kerajaan Buton.

Tarian tersebut sebagai bentuk ungkapan spontanitas gerakan yang berbentuk tari untuk mewujudkan bagaimana penggunaan gala dalam menghadapi musuh.

Tari Galangi ditampilkan untuk mengiringi sultan saat keluar istana dalam suatu tugas atau menyambut dan mengantar tamu kesultanan.

Para penari tari galangi dibagi menjadi 11 kelompok, masing-masing kelompok biasanya terdiri dari tujuh orang.

Pada zaman dahulu para penari tari galangi bertugas mempertahankan kesultanan atau kerajaan jika ada serangan dari luar.

Busana para penari menggunakan pakaian Sala Kaitela (celana puntung) dengan properti berupa gala (tombak), tamburu (genderang), tombi male'i (bendera merah), dan tombi makuni (bendera kuning).

6. Tari Mowindahako

Tari Mowindako adalah tarian adat yang hanya dilakukan oleh para bangsawan atau anakia.

Tarian tersebut ditampilkan jikan penangan mereka telah diterima sehinggaa tarian sebagai wujud rasa suka cita.

Bagian tarian tersebut mirip dengan kegiatan dalam upacara ada perkawinan, yaitu menirukan percakapan juru bicara laki-laki dan perempuan.

7. Tari Lariangi

Tari Lariangi adalah tari tradisional yang berasal dari Kepulauan Wakatobi. Tarian tersebut diperkirakan telah ada sejak tahunn 1634 pada masa kesultanan Buton.

Tari Lariangi ditampilkan di istana raja yang berfungsi sebagai penerangan informasi luas kepada masyarakat luas.

Pagelaran tari Lariangi mirip dengan tarian Tayup di Jawa Tengah. Dimana, para penari memberikan selendang kepada tamu pria dan tamu pria yang diberi selendang wajib menari bersama penari.

Para tamu juga ada uang saweran untuk para penari.

Gerakan tari Lariangi didominasi gerakan duduk dan melingkar dengan mengibaskan lenso atau kipas.

Tari Lariangi dari Kaledupa, Wakatobi, Sulawesi Tenggara, ini ditarikan 12 perempuan dan 1-3 lelaki. Tarian ini ditetapkan menjadi Warisan Budaya Nasional pada 2013.KOMPAS/SUSI IVVATY Tari Lariangi dari Kaledupa, Wakatobi, Sulawesi Tenggara, ini ditarikan 12 perempuan dan 1-3 lelaki. Tarian ini ditetapkan menjadi Warisan Budaya Nasional pada 2013.

8. Tari Umoara

Baca juga: Tari Dinggu, Tari Tradisional Suku Tolaki Sulawesi Tenggara

Tari Umoara adalah tari perang masyarakat Tolaki.

Kata Umoara berarti mencoba atau mencoba-coba. Dalam hal ini mencoba ketangkasan memainkan parang, melatih otot dengan menghentakan kaki, ketangkasan mata, dan melatih menangkis memakai tameng.

Tari Umoara pada masa lalu dipentaskan setelah para tentara kerajaan Mekongga dan Konawe selesai perang.

Sebagai tanda kemenangan, para tentara disambut rakyat melalui tarian tersebut.

Tari Umoara pada saat ini digunakan sebagai tari menyambut tamu atau untuk pementasan.

Jumlah penari sebanyak dua hingga tiga orag laki-laki dengan gerakan melompat-lompat, tangan menggenggam parang di sebelah kanan dan perisai di sebalah kiri.

Senjata yang digunakan dalam tarian tersebut diayunkan ke teman penari yang dipandang sebagai musuh di medan perang.

Tata rias penari menyesuakan dengan pakaian prajurit di medan perang, yaitu ikat kepala kain merah, baju tebal identik dari kulit, dan celana setinggi lutut.

Musik pengiring tari Umoara adalah gong.

9. Tari Malulo

Tari Malulo berasal dari suku Tolaki dari Kabupaten Konawe. Tari Malulo masih dilestarikan hingga saat ini dan menjadi tari persahabatan.

Pada zaman dahlu, tari Malulo ditampilkan dalam acara adat, seperti pesta penen raya, pelantikan raja, dan pernikahan.

Filosofi tari Malulo adalah persahabatan yang ditujukan untuk para muda-mudi suku Tolaki sebagai ajanng mencari jodoh, perkenalan, dan mempererat tali persaudaraan.

Tari Malulo juga mencerminkan masyarakat suku tolaki yang cinta damai dan mengutamakan persahabatan dan persatuan dalam menjalani kehidupan.

Gerakan tari Malulo adalah saling berpegangan tangan dan membentuk lingkaran saling sambung menyambung.

Para penari juga dapat mengajak penonton untuk ikut menari.

Para penari tari Malulo dapat beragam usia, baik pria dan wanita.

Ilustrasi tari Malulopinterest.com/mobilmotor Ilustrasi tari Malulo

Busana penari wanita adalah Babu Ngawi atau baju yang tidak terbelah pada bagian depan. Sedangkan, busana penari laki-laki berupa Babu Kandiu sebagai atasan.

Musik pengiri tari Malulo adalah kendang dan gong dengan irama gembira dan suka cita.

Baca juga: Tari Lariangi Asal Wakatobi Diusulkan Jadi Warisan Dunia ke UNESCO

10. Tari Dinggu

Tari Dinggu adalah tarian rakyat yang mengisahkan kegiatan masyarakat pada saat musim panen.

Para petani sangat bersemangat memanen padi berkat keberadaan Dewi Pagi atau Dewi Sri (Sanggole Mbae), dimana menjaga kesuburan padi.

Tarian tersebut juga sebagai bentuk rasa syukur atas limpahan panen yang diterima.

Gerakan tari Dinggu berupa menumbuk lesung dan alu secara bersamaan dengan penuh semangat dan kompak.

Pada bagian akhir tarian, penari akan melalukan gerakan Lulo atau saling berpegangan tangan antara laki-laki dan perempuan dalam formasi membentuk lingkaran.

Sumber:

warisanbudaya.kemdikbud.go.id

kebudayaan.kemdikbud.go.id

kikomunal-indonesia.dgip.go.id

www.kompas.com(Editor: Serafica Gischa dan Ari Welianto)

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Modus Penyelundupan Obat-obatan Daftar G Asal Surabaya ke Makassar
Modus Penyelundupan Obat-obatan Daftar G Asal Surabaya ke Makassar
Makassar
2.486 Pekerja Menganggur, PHK di Sulsel Nomor 6 Se-Indonesia: Industri Nikel Lesu?
2.486 Pekerja Menganggur, PHK di Sulsel Nomor 6 Se-Indonesia: Industri Nikel Lesu?
Makassar
Kejati Sulsel Selamatkan Kerugian Negara Rp 36,6 Miliar dari Kasus Korupsi Sepanjang 2025
Kejati Sulsel Selamatkan Kerugian Negara Rp 36,6 Miliar dari Kasus Korupsi Sepanjang 2025
Makassar
Menhan Sjafrie Ungkap 80 Persen Timah Indonesia Dibawa ke Luar Negeri Tanpa Pajak
Menhan Sjafrie Ungkap 80 Persen Timah Indonesia Dibawa ke Luar Negeri Tanpa Pajak
Makassar
Culik Dan Cabuli Bocah 10 Tahun, Residivis Di Gowa Ditembak Polisi
Culik Dan Cabuli Bocah 10 Tahun, Residivis Di Gowa Ditembak Polisi
Makassar
Menhan Sjafrie Soroti Bencana Sumatera-Aceh: Hutan Lindung Tak Dijaga, Perlu Militer Kuat
Menhan Sjafrie Soroti Bencana Sumatera-Aceh: Hutan Lindung Tak Dijaga, Perlu Militer Kuat
Makassar
Skandal Perselingkuhan Pejabat DPRD di Sulsel Mencuat dari Video Mantan Suami, PKB dan BK Bergerak
Skandal Perselingkuhan Pejabat DPRD di Sulsel Mencuat dari Video Mantan Suami, PKB dan BK Bergerak
Makassar
Realisasi Investasi Makassar Triwulan III 2025 Capai Rp 4 Triliun
Realisasi Investasi Makassar Triwulan III 2025 Capai Rp 4 Triliun
Makassar
Inggris Bantu Makassar Rancang Stadion hingga Integrasi Transportasi
Inggris Bantu Makassar Rancang Stadion hingga Integrasi Transportasi
Makassar
Sengketa Lahan 16 Hektar di Makassar Memanas, PT Hadji Kalla Siapkan Laporan Pemalsuan Dokumen
Sengketa Lahan 16 Hektar di Makassar Memanas, PT Hadji Kalla Siapkan Laporan Pemalsuan Dokumen
Makassar
GMTD Gugat PT Hadji Kalla Imbas Konflik Lahan, Sidang Perdana Dijadwalkan 9 Desember
GMTD Gugat PT Hadji Kalla Imbas Konflik Lahan, Sidang Perdana Dijadwalkan 9 Desember
Makassar
Viral Pria di Gowa Diseret Rombongan Pemotor, Diduga Pelaku Pemerkosaan
Viral Pria di Gowa Diseret Rombongan Pemotor, Diduga Pelaku Pemerkosaan
Makassar
Sekda Sulsel Ingatkan Kepala Sekolah: Jika Tak Mampu Jadi Manajer Talenta Global, Kembali Jadi Guru
Sekda Sulsel Ingatkan Kepala Sekolah: Jika Tak Mampu Jadi Manajer Talenta Global, Kembali Jadi Guru
Makassar
2 Nelayan Tersambar Petir di Perairan Makassar, Satu Tewas, Satu Kritis
2 Nelayan Tersambar Petir di Perairan Makassar, Satu Tewas, Satu Kritis
Makassar
Polemik PBNU, Cak Imin: Kelakuan PBNU Kecewakan Masyarakat NU
Polemik PBNU, Cak Imin: Kelakuan PBNU Kecewakan Masyarakat NU
Makassar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau