Pada awal pembangunannya, Benteng Jumpandang memiliki bentuk persegi yang menyerupai benteng Portugis pada umumnya.
Namun seiring dengan perkembangannya, bentuk Benteng Fort Rotterdam berubah hingga apabila dilihat dari atas bentuknya menyerupai seekor penyu yang hendak merangkak turun ke lautan.
Hal ini sesuai dengan menerangkan filosofi Kerajaan Gowa yang seperti penyu yang dapat hidup di darat maupun di laut.
Setelah Benteng Fort Rotterdam diduduki Belanda, struktur dan desainnya diubah dengan menambahkan lima bastion di sisi timur yaitu Bastion Amboina dan Bastion Mandarsyah serta tiga bastion di sisi barat yaitu Bastion Bacan, Bastion Bone dan Bastion Buton.
Hal ini membuat bentuknya Benteng Fort Rotterdam tampak menyerupai kura-kura, sehingga warga Makassar menyebut benteng ini dengan Benteng Panyyua.
Dilansir dari laman kebudayaan.kemdikbud.go.id, secara keseluruhan Benteng Fort Rotterdam terdiri dari 16 bangunan, termasuk 1 buah bangunan yang didirikan pada jaman Jepang.
Dalam pembangunannya, benteng ini didirikan menyesuaikan dengan kontur lahan, sehingga menyebabkan perbedaan dalam ukuran dinding-dindingnya.
Dinding Benteng Fort Rotterdam memiliki ukuran tinggi bervariasi antara 5 – 7 meter, dengan tebal rata-rata 2 meter.
Ukuran dinding Benteng Fort Rotterdam bagian barat berukuran panjang 225 meter, bagian timur berukuran panjang 193,2 meter, dan bagian utara berukuran panjang 164,2 meter.
Adapun bagian selatan tidak memiliki dinding dengan jarak terukur sebesar 155,35 meter antara Bastion Bacan dengan Bastion Amboina.
Benteng Fort Rotterdam memiliki dua pintu yaitu pintu gerbang utama di sebelah barat benteng yang terbuat dari kayu yang dilengkapi dengan daun pintu kembar dua, dengan pintu sebelah dalam berukuran lebih kecil dengan pasak-pasak dari besi (angkur).
Sementara pintu gerbang kedua merupakan sebuah pintu kecil yang terdapat di sebelah timur bangunan.
Secara keseluruhan, Benteng Fort Rotterdam memiliki luas 2,5 hektar dengan luas bangunan 11.605,85 meter persegi.
Mulanya Kerajaan Gowa-Tallo menggunakan Benteng Jumpandang sebagai basis pertahanan di sepanjang pantai barat Makassar.
Lokasinya yang berada di dekat pantai memudahkan pengawasan adanya kedatangan musuh Kerajaan Gowa-Tallo dari arah perairan.