Kemudian, pada malam hari A kembali ke rumah.
Sementara MFS yang dibonceng pergi AD tidak kunjung pulang.
Keluarga MFS pun gelisah hingga A datang ke rumah nenek, Aminah (50) tempat MFS tinggal serumah dengan ayahnya.
A mengungkap jika adik sepupunya pergi dibonceng pria (AD).
"Kakak sepupuhnya, si A yang bilang MFS hilang ada yang panggil membersihkan rumah dan dijanji uang Rp 50.000. A juga mengaku diajak, tapi dirinya tidak mau ikut," ucap tante MFS, Erni (31).
Pihak keluarga yang gelisah pun terus melakukan pencarian.
Keesokan harinya, Senin (9/1/2023), ayah MFS, Karmin mendatangi Polsek Panakkukang untuk mengadukan bahwa anaknya hilang.
Anggota Polsek Panakkukang pun bergegas melakukan penyelidikan sembari mencari keberadaan MFS.
Sementara keluarga menyebarkan foto MFS beserta nomor kontak bagi yang menemukan keberadaan bocah kelas lima SD itu.
Hilangnya MFS akhirnya terungkap, setelah polisi melakukan penyelidikan dan menemukan rekaman CCTV yang memperlihatkan MFS dibonceng motor oleh pelaku.
Terungkapnya MFS menjadi korban penculikan dan pembunuhan setelah jenazahnya ditemukan dalam kondisi kaki terikat terbungkus dalam kantong plastik hitam di kolom jembatan, Inspeksi Pam Timur Waduk Nipa-nipa, Moncongloe, Kabupaten Maros, Selasa (10/1/2023) dini hari.
Dari penyelidikan polisi, korban diajak oleh pelaku pergi membantu membersihkan rumah dengan iming-imingan uang Rp 50.000 di depan sebuah minimarket, di Jalan Batua Raya tempatnya biasa menjadi tukang parkir yang tidak jauh dari rumahnya.
Namun, setelah ikut pelaku yang mengendarai motor, korban tak kunjung pulang ke rumahnya hingga ditemukan tewas.
Pelaku penculikan dan pembunuhan diketahui merupakan pelajar SMA di Kota Makassar yakni AD (17) dan MF (14).
Kedua pelaku nekat melakukan aksinya untuk menjual organ tubuh korban dengan harga mahal.