Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sepekan Pencarian Kapal Ambulans di Selat Makasar: Tim Bergelut dengan Cuaca hingga Berlindung di Pulau

Kompas.com, 20 Oktober 2025, 14:48 WIB
Reza Rifaldi,
Vachri Rinaldy Lutfipambudi

Tim Redaksi

MAKASSAR, KOMPAS.com - Pencarian kapal ambulans milik Pemerintah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep) masih terus berjalan.

Tim pencari harus bergelut dengan cuaca yang tak menentu. Bahkan, mereka sampai berlindung di pulau.

Kapal yang dipakai untuk pelayanan kesehatan masyarakat ini sudah hilang kotak sekitar sepekan lalu ketika berlayar dari Pulau Tinggalungan menuju Pulau Dawakkang, Sulawesi Selatan pada Senin (13/10/2025).

Seharusnya, kapal ambulans bisa tiba di tujuan setelah menempuh waktu sekitar delapan jam. Namun hingga Senin malam belum juga tiba di tujuan.

Tim pencarian pun langsung bergerak. Total ada 74 personel dikerahkan untuk mencari kapal itu. Mereka terdiri dari berbagai unsur.

Baca juga: Belum Ada Titik Terang Kapal Ambulans yang Hilang di Selat Makassar, Pencarian Diperluas

Mulai dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), TNI-Polri, hingga keluarga para awak. Warga sekitar juga ikut membantu pencarian menggunakan kapal nelayan.

Belum Ditemukan Tanda-tanda Tenggelam

Kasi Operasi dan Siaga Kantor Basarnas Kelas A Makassar, Andi Sultan, mengatakan saat ini pihaknya belum mendapatkan petunjuk keberadaan kapal tersebut.

"Misalnya dia (Kapal Ambulans) tenggelam, biasanya ada ditemukan benda-benda mengapung yang ada di kapal. Selama kami melakukan pencarian ini, tidak ada ditemukan tanda-tanda serpihan kapal yang mengapung," kata Sultan dikonfirmasi Kompas.com, Senin (20/10/2025).

Sultan juga sudah berkoordinasi dengan Polairud yang berada di beberapa pulau, seperti Nusa Tenggara Timur (NTT) hingga Sumbawa.

Sayangnya, keberadaan kapal ambulans juga tidak pernah terlihat.

"Begitu juga kalau mengalami mati mesin hingga hanyut, itu juga kita sudah sampaikan jajaran Polairud di setiap pos pulau terdekat, sampai Nusa Tenggara Timur (NTT), sampai Sumbawa, dan tidak ada pernah melihat kapal itu," imbuhnya.

Bergelut dengan Cuaca

Pencairan kapal ini memang tak mudah. Tim pencari harus menghadapi berbagai kendala. Di antaranya, cuaca yang tak menentu.

Baca juga: Masuk Hari Kelima, Kapal Ambulans Hilang Kontak di Selat Makassar Belum Ditemukan

Bahkan, tim harus berlindung di pulau ketika arus cukup deras.

"Kendala juga itu, kan cuaca saat ini memang tidak menentu, sampai kemarin kemiringannya kapal sampai 10 derajat. Makanya kami berlindung di pulau, karena melihat arus itu cukup besar dan kencang. Kendala cuaca juga," ungkapnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Bupati Luwu Timur Diduga Umrah di Tengah Larangan Kepala Daerah Pergi ke Luar Negeri
Bupati Luwu Timur Diduga Umrah di Tengah Larangan Kepala Daerah Pergi ke Luar Negeri
Makassar
Modus Penyelundupan Obat-obatan Daftar G Asal Surabaya ke Makassar
Modus Penyelundupan Obat-obatan Daftar G Asal Surabaya ke Makassar
Makassar
2.486 Pekerja Menganggur, PHK di Sulsel Nomor 6 Se-Indonesia: Industri Nikel Lesu?
2.486 Pekerja Menganggur, PHK di Sulsel Nomor 6 Se-Indonesia: Industri Nikel Lesu?
Makassar
Kejati Sulsel Selamatkan Kerugian Negara Rp 36,6 Miliar dari Kasus Korupsi Sepanjang 2025
Kejati Sulsel Selamatkan Kerugian Negara Rp 36,6 Miliar dari Kasus Korupsi Sepanjang 2025
Makassar
Menhan Sjafrie Ungkap 80 Persen Timah Indonesia Dibawa ke Luar Negeri Tanpa Pajak
Menhan Sjafrie Ungkap 80 Persen Timah Indonesia Dibawa ke Luar Negeri Tanpa Pajak
Makassar
Culik Dan Cabuli Bocah 10 Tahun, Residivis Di Gowa Ditembak Polisi
Culik Dan Cabuli Bocah 10 Tahun, Residivis Di Gowa Ditembak Polisi
Makassar
Menhan Sjafrie Soroti Bencana Sumatera-Aceh: Hutan Lindung Tak Dijaga, Perlu Militer Kuat
Menhan Sjafrie Soroti Bencana Sumatera-Aceh: Hutan Lindung Tak Dijaga, Perlu Militer Kuat
Makassar
Skandal Perselingkuhan Pejabat DPRD di Sulsel Mencuat dari Video Mantan Suami, PKB dan BK Bergerak
Skandal Perselingkuhan Pejabat DPRD di Sulsel Mencuat dari Video Mantan Suami, PKB dan BK Bergerak
Makassar
Realisasi Investasi Makassar Triwulan III 2025 Capai Rp 4 Triliun
Realisasi Investasi Makassar Triwulan III 2025 Capai Rp 4 Triliun
Makassar
Inggris Bantu Makassar Rancang Stadion hingga Integrasi Transportasi
Inggris Bantu Makassar Rancang Stadion hingga Integrasi Transportasi
Makassar
Sengketa Lahan 16 Hektar di Makassar Memanas, PT Hadji Kalla Siapkan Laporan Pemalsuan Dokumen
Sengketa Lahan 16 Hektar di Makassar Memanas, PT Hadji Kalla Siapkan Laporan Pemalsuan Dokumen
Makassar
GMTD Gugat PT Hadji Kalla Imbas Konflik Lahan, Sidang Perdana Dijadwalkan 9 Desember
GMTD Gugat PT Hadji Kalla Imbas Konflik Lahan, Sidang Perdana Dijadwalkan 9 Desember
Makassar
Viral Pria di Gowa Diseret Rombongan Pemotor, Diduga Pelaku Pemerkosaan
Viral Pria di Gowa Diseret Rombongan Pemotor, Diduga Pelaku Pemerkosaan
Makassar
Sekda Sulsel Ingatkan Kepala Sekolah: Jika Tak Mampu Jadi Manajer Talenta Global, Kembali Jadi Guru
Sekda Sulsel Ingatkan Kepala Sekolah: Jika Tak Mampu Jadi Manajer Talenta Global, Kembali Jadi Guru
Makassar
2 Nelayan Tersambar Petir di Perairan Makassar, Satu Tewas, Satu Kritis
2 Nelayan Tersambar Petir di Perairan Makassar, Satu Tewas, Satu Kritis
Makassar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau