MAKASSAR, KOMPAS.com - Pencarian kapal ambulans milik Pemerintah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep) masih terus berjalan.
Tim pencari harus bergelut dengan cuaca yang tak menentu. Bahkan, mereka sampai berlindung di pulau.
Kapal yang dipakai untuk pelayanan kesehatan masyarakat ini sudah hilang kotak sekitar sepekan lalu ketika berlayar dari Pulau Tinggalungan menuju Pulau Dawakkang, Sulawesi Selatan pada Senin (13/10/2025).
Seharusnya, kapal ambulans bisa tiba di tujuan setelah menempuh waktu sekitar delapan jam. Namun hingga Senin malam belum juga tiba di tujuan.
Tim pencarian pun langsung bergerak. Total ada 74 personel dikerahkan untuk mencari kapal itu. Mereka terdiri dari berbagai unsur.
Baca juga: Belum Ada Titik Terang Kapal Ambulans yang Hilang di Selat Makassar, Pencarian Diperluas
Mulai dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), TNI-Polri, hingga keluarga para awak. Warga sekitar juga ikut membantu pencarian menggunakan kapal nelayan.
Kasi Operasi dan Siaga Kantor Basarnas Kelas A Makassar, Andi Sultan, mengatakan saat ini pihaknya belum mendapatkan petunjuk keberadaan kapal tersebut.
"Misalnya dia (Kapal Ambulans) tenggelam, biasanya ada ditemukan benda-benda mengapung yang ada di kapal. Selama kami melakukan pencarian ini, tidak ada ditemukan tanda-tanda serpihan kapal yang mengapung," kata Sultan dikonfirmasi Kompas.com, Senin (20/10/2025).
Sultan juga sudah berkoordinasi dengan Polairud yang berada di beberapa pulau, seperti Nusa Tenggara Timur (NTT) hingga Sumbawa.
Sayangnya, keberadaan kapal ambulans juga tidak pernah terlihat.
"Begitu juga kalau mengalami mati mesin hingga hanyut, itu juga kita sudah sampaikan jajaran Polairud di setiap pos pulau terdekat, sampai Nusa Tenggara Timur (NTT), sampai Sumbawa, dan tidak ada pernah melihat kapal itu," imbuhnya.
Pencairan kapal ini memang tak mudah. Tim pencari harus menghadapi berbagai kendala. Di antaranya, cuaca yang tak menentu.
Baca juga: Masuk Hari Kelima, Kapal Ambulans Hilang Kontak di Selat Makassar Belum Ditemukan
Bahkan, tim harus berlindung di pulau ketika arus cukup deras.
"Kendala juga itu, kan cuaca saat ini memang tidak menentu, sampai kemarin kemiringannya kapal sampai 10 derajat. Makanya kami berlindung di pulau, karena melihat arus itu cukup besar dan kencang. Kendala cuaca juga," ungkapnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang