“Kami cuma berharap ada irigasi, atau ada bantuan pompa air. Supaya kalau kemarau panjang, kami tidak terlalu susah,” imbuhnya.
Musim kemarau tahun ini menjadi ujian berat bagi petani di Kecamatan Sendana. Namun di balik segala keterbatasan, mereka tetap berupaya menjaga sawah dan mengamankan panen.
Di sawah yang retak-retak itu, suara mesin pompa seakan menjadi penanda keteguhan petani. Mereka sadar, musim kemarau tak bisa dilawan. Tetapi dengan kerja keras dan sedikit harapan, padi yang ditanam bisa tetap tumbuh, menunggu datangnya hujan.
Baca juga: Hujan pada Musim Kemarau Basah, Petani Resah karena Tembakau Rusak
Kepala Dinas Pertanian Kota Palopo, Muh Ibnu Hasyim, mengatakan pihaknya akan segera berkoordinasi dengan penyuluh pertanian setempat untuk memverifikasi lahan yang terdampak kekeringan.
“Nanti kami cek melalui penyuluhnya. Kita upayakan sarana yang bisa dipinjam pakai dari kelompok lain berupa pompa air,” ujarnya.
Ia juga mengimbau petani segera melaporkan kendala yang dihadapi, agar pemerintah bisa menindaklanjuti dengan cepat.
Data BPS Palopo tahun 2024 mencatat, luas sawah di Kecamatan Sendana mencapai 295 hektare. Dari jumlah itu, hanya 15 hektare yang tadah hujan, sementara sisanya telah beririgasi. Artinya, sebagian besar lahan petani tergolong rentan jika musim kemarau berkepanjangan.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang