GORONTALO, KOMPAS.com - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menawarkan pemanfaatan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk mencegah banjir kembali melanda Gorontalo akibat curah hujan yang tinggi.
TMC merupakan teknologi untuk menghentikan atau mengalihkan hujan.
Bantuan ini ditawarkan oleh Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto pada rapat koordinasi penanggulangan bencana di aula rumah jabatan Gubernur Gorontalo, Selasa (16/7/2024).
Baca juga: Banjir Bandang dan Tanah Longsor Terjang Gorontalo, Puluhan Ribu Warga Terdampak
Tawaran ini melengkapi program jangka pendek dan panjang untuk menanggulangi bencana di Provinsi Gorontalo.
“Sekarang masih fase tanggap darurat. Setelah fase ini ada masa transisi tanggap darurat, serta rehabilitasi dan rekonstruksi. Jadi kita ada program jangka pendek dan jangka panjang untuk menanggulangi bencana di Gorontalo,” kata Suharyanto.
Suharyanto menjelaskan, untuk program jangka pendek diawali dengan fase tanggap darurat yang ditetapkan oleh pemerintah daerah selama 14 hari.
Pada fase ini prioritasnya adalah pemenuhan kebutuhan dasar korban bencana alam.
Begitu air surut dan masyarakat bisa kembali ke rumahnya masing-masing, segera masuk pada masa transisi. Pada masa transisi tanggap darurat, pemerintah daerah akan mendata rumah warga yang rusak untuk diajukan ke BNPB.
“Rusak ringan mendapat Rp 15 juta, rusak sedang Rp 30 juta, dan rusak berat akan diganti rumahnya, masing-masing ada kriterianya. Jika lokasi rumah tidak direlokasi dan dibangun oleh pemerintah daerah atau TNI/Polri, setiap rumah yang rusak berat alokasinya Rp 60 juta,” ungkap Suharyanto.
Baca juga: Wisata Hiu Paus Masih Terdampak Longsor Gorontalo
Sedangkan untuk pembangunan infrastruktur yang rusak akibat bencana alam menjadi bagian dari masa rekonstruksi rehabilitasi untuk program jangka panjang. BNPB juga masih akan menunggu pendataan dari pemerintah daerah yang kemudian akan dibahas lebih lanjut.
“Untuk infrastruktur yang memperbaikinya bisa Kementerian PUPR atau BNPB. Sudah banyak masukan untuk jangka panjang ini, ada yang mengusulkan pembangunan kanal, waduk, tanggul, dan pengerukan Danau Limboto. Intinya tahap rekonstruksi rehabilitasi itu membangun segala sesuatu yang berkaitan agar bencana serupa tidak terjadi lagi satu atau lima tahun ke depan,” jelas Suharyanto.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang