Editor
KOMPAS.com - Tambang emas tradisional di Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, longsor pada Minggu (7/7/2024).
Berdasarkan data terkini, kejadian ini menewaskan 10 orang.
Rusli Mamonto dan Lukman Mamonto merupakan dua orang yang selamat dari peristiwa itu. Mereka menceritakan momen menegangkan saat longsor melanda.
Menurut Rusli, saat insiden terjadi, dirinya dan para penambang sedang tidur. Rusli terbangun begitu merasakan getaran longsor.
"Sekitar jam 04.00 itu kita kaget, kami sangka gempa," ujarnya, Senin (8/7/2024), dikutip dari Tribun Gorontalo.
Baca juga: Update Korban Longsor Tambang Emas Tradisional Gorontalo, 10 Orang Tewas dan 22 Dievakuasi
Penambang asal Desa Modayag, Kecamatan Modayag, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, Sulawesi Utara, ini pun berusaha membangunkan kawan-kawannya.
"Karena kondisi gelap, kita tidak tahu mau kemana," ucapnya.
Dia lantas memilih keluar kamp dan menyelamatkan diri.
Sedangkan, Lukman menuturkan, longsor pagi itu begitu cepat.
"Batu tanah semua bergeser runtuh ke bawah," ungkap pria yang juga berasal dari Bolaang Mongondow Timur ini.
Dia mengatakan, kondisi pagi itu terasa mencekam. Ia mendengar suara orang meminta pertolongan dari tengah timbunan tanah.
Baca juga: Longsor di Kawasan Tambang Tradisional Bone Bolango, 10 Orang Tewas, Belasan Lainnya Masih Pencarian
Sepuluh orang meninggal dalam longsor tambang emas ini. Korban merupakan para penambang dan keluarganya yang berada di kawasan pertambangan tradisional.
Mereka diduga terjebak dan tertimpa material batuan saat hujan deras mengguyur hampir seluruh wilayah Kabupaten Bone Bolango pada Minggu.
“Data sementara korban longsor tambang 10 orang," tutur Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bone Bolango Achril Yoan Babyonggo, Senin.
Baca juga: 100-an Orang Dikerahkan untuk Cari Korban Longsor Tambang Emas Tradisional di Bone Bolango
Proses pencarian pun dilakukan. Sebanyak 22 orang berhasil dievakuasi.