MAKASSAR, KOMPAS.com - Kementrian Agama (Kemenag) Sulawesi Selatan (Sulsel) hingga saat ini belum menerima informasi mengenai data 37 Warga Negara Indonesia (WNI) asal Kota Makassar yang ditangkap oleh otoritas Arab Saudi karena gunakan visa haji palsu.
Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Kemenag Sulsel, Muhammad Tonang mengatakan, pihaknya masih menunggu informasi resmi dari Kemenag RI mengenai data para jemaah tersebut, termasuk agen travel haji dan umrah yang digunakan.
"Kita belum tahu juga datanya seperti apa, travel apa yang digunakan jemaah, data lengkap jemaah tersebut belum ditemukan," kata Muhammad Tonang, kepada awak media di Asrama Haji Makasaar, Senin(3/6/2024).
Baca juga: 37 Warga Makassar Ditangkap di Arab Saudi karena Gunakan Visa Haji Palsu
Tonang juga mengatakan, para jemaah haji ilegal tersebut akan mendapatkan pendampingan hukum dari Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Arab Saudi.
"Kita akan menunggu dari kemenag-RI untuk informasi lanjutnya, apakah deportasi langsung atau bagaimana dan tentu akan ada pendampingan hukum dulu dari teman-teman KJRI," paparnya.
Namun sebelum dipulangkan, kata Tonang, mereka bakal menerima sanksi berupa denda dan ancaman blacist dari pemerintah Arab Saudi.
"Kalau berdasarkan regulasi yang ada di arab saudi saat ini begitu ketat sekali penggunaan visa, lalu juga sanksinya sangat berat sekali," bebernya.
Apalagi lanjut Tonang, regulasi pengawasan terhadap penggunaan visa haji tahun ini begitu ketat di terapkan oleh pemerintah Arab Saudi.
Baca juga: 37 Warga Makassar yang Ditangkap karena Visa Haji Palsu Ditahan, 3 Diperiksa Kejaksaan
"Kami juga sudah mewanti-wanti sejak awal, sejak dua bulan terkahir ini kita lakukan sosialisasi imbauan kepada seluruh masyarakat dan travel yang terutama pengelola haji khusus untuk tidak menggunakan visa selain visa haji. Kita sosialisasi terus," tandasnya.
Mengenai agen travel yang digunakan, ia menegaskan bakal menindaklanjuti apabila agen travel tersebut merupakan agen travel resmi.
"Mudah-mudahan ini bukan travel yang berizin yah.Kita tinggal tunggu informasi," kata Tonang.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang