Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tradisi "Hui lo Kunu", Berburu Kacang dan Pisang Saat Pertengahan Ramadhan di Batudaa Gorontalo

Kompas.com - 27/03/2024, 11:46 WIB
Rosyid A Azhar ,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

GORONTALO, KOMPAS.com – Ratusan atau mungkin ribuan orang dari berbagai desa di Kabupaten Gorontalo memadati lapangan Porbat di Desa Payunga, Kecamatan Batudaa, Gorontalo, Selasa (26/3/2024) malam tadi.

Lapangan itu menggelar semacam pasar malam. Ada banyak orang berjualan baju, sandal, makanan. Yang paling banyak menggelar lapak pisang dan kacang.

Pisang dan kacang itu rupanya untuk dilombakan. Siapa yang paling cepat makan pisang dan kacang, dialah pemenangnya.

Selain itu, ada juga lomba busana muslim anak, azan, dan menyanyi.

Bukan pasar malam biasa. Keramaian semalam merupakan tradisi Hui lo Kunu atau pasar kunut, tradisi yang selalu ada setiap pertengahan Ramadhan di Batudaa.

Baca juga: Tradisi Nyadran yang Dirindukan Rustaman di Brebes, Buatnya Tak Sabar Tinggalkan Kota...

Hui ko kunu selalu dinantikan masyarakat dari berbagai desa di sekitar Kabupaten Gorontalo, juga di luar daerah Gorontalo setiap Ramadhan.

“Tradisi malam kunut dimulai pada tanggal 24 Maret dan puncaknya tadi malam, 26 Maret,” kata Sartika Sulaiman, warga Desa Pilobuhuta Kecamatan Batudaa, Rabu (27/3/2024).

Bagi warga desa, hitungan pelaksanaan malam kunut ini dilaksanakan selama 3 hari dengan puncaknya di pertengahan Ramadhan.

Sartika menjelaskan, malam kunut ini merupakan kebiasaan masyarakat desa Payunga yang menggelar berbagai kegiatan seperti pasar malam dengan berbagai keramaian di dalamnya.

“Malam kunut ada pasar malam, ada yang menjual baju, sandal, makanan, paling banyak jual pisang dan kacang,” ujar Sartika.

Para penjual ini tidak perlu diundang untuk datang ke lapangan Porbat. Mereka sudah tahu dari kebiasaan yang sudah turun-temurun ini.

Tradisi Hui Lo Kunu

Hasil penelitian sejumlah mahasiswa program studi Ilmu Quran dan Tafsir Fakultas Ushuluddin Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo menyebutkan, tradisi Hui lo Kunu sudah ada sejak 1901.

Saat itu pasar Batudaa dibangun menggunakan kayu dan beratapkan daun kelapa. Tahun selanjutnya dibangun sekolah masyarakat pertama kali di Batudaa. Dan berikutnya dibangun sebuah masjid yang diberi nama Darussalam.

Seorang penjual pisang di Lapangan Porbat Batudaa pada tradisi hui lo kunu atau malam kunut saat pertengahan Ramadan. Tradisi ini turun-temurun dari awal abad 20 di Desa Payunga Kecamatan Batudaa Kabupaten Gorontalo.KOMPAS.COM/DANIEL P RAHARGJO Seorang penjual pisang di Lapangan Porbat Batudaa pada tradisi hui lo kunu atau malam kunut saat pertengahan Ramadan. Tradisi ini turun-temurun dari awal abad 20 di Desa Payunga Kecamatan Batudaa Kabupaten Gorontalo.

Dalam penelitian yang dilakukan Irwin Yunus, Rahmiyati Padjuge, Rahma Nur Amalia dan Ulfa Samaun menyebutkan bahwa masjid, sekolah, dan pasar menjadi tempat berkumpulnya masyarakat.

“Sejumlah sumber di lapangan mengatakan, 3 bangunan yaitu masjid, sekolah dan pasar menjadi tempat berkumpulnya masyarakat di pegunungan dan yang bermukim di bawah pegunungan,” kata Rahma Nur Amalia salah satu peneliti ditemui Kompas.com, Selasa (26/3/2024) malam.

Rahma menjelaskan, sejarah tradisi hui lo kunu diawali masyarakat dari gunung turun untuk mandi di sumur tua masjid Darussalam. Mereka berbondong-bondong meninggalkan rumah membawa keluarga.

Warga dari gunung ini percaya, mandi di sumur tua dapat menyembuhkan penyakit, mempermudah urusan jodoh, juga membersihkan tubuh dari najis sehingga memberikan kenyamanan dan kekhusyukan dalam beribadah pada pertengahan Ramadhan.

“Setelah mandi di sumur tua mereka melaksanakan shalat isya dan tarawih berjamaah di masjid Darussalam. Setelah tarawih mereka pergi ke pasar, berkumpul bersilaturahim sambil bercengkrama menikmati bulan purnama,” tutur Rahma.

Pisang dan kacang jadi sajian utama

Hal menarik dari tradisi ini adalah hadirnya buah pisang dan kacang sebagai sajian utama.

Kedua buah ini menjadi ciri khas pada tradisi ini.

Menurut para peneliti muda IAIN Sultan Amai, pisang dan kacang merupakan hasil utama kebun para warga.

Dari kebiasaan mandi dan berkumpul di tempat yang selalu ramai, kemudian muncul gagasan menjual pisang dan kacang yang merupakan hasil kebunnya.

Pisang dan kacang juga merupakan makanan yang menjadi buah tangan untuk antaran remaja pria kepada teman gadisnya pada masa lalu.

“Awalnya hanya seorang yang menjual pisang dan kacang menggunakan lapak seadanya, menggunakan penerangan lampu minyak, tetapi seiring berjalannya waktu, para penjual lain juga ikut sehingga dapat membantu perekonomian masyarakat,” ungkap Rahma.

Tradisi makan pisang dan kacang ini juga merupakan simbol dari rasa syukur warga desa kepada Allah.

Baca juga: Melihat Tradisi Roah, Perekat Rasa Persaudaraan Masyarakat Sasak Saat Ramadhan

Tradisi hui lo kunu masih terjaga hingga kini, bahkan semakin semarak dengan hadirnya berbagai pedagang dan pengunjung dari luar daerah. Suasana ini menjadi magnit yang menarik bagi wisatawan untuk menikmati pisang dan kacang dari Desa Payunga.

Hui lo kunu bisanya dimulai pada malam 13 Ramadan sampai puncaknya tanggal 15 Ramadan. Sejak sore para pedagang sudah Bersiap-siap di Lapangan Porbat, Namun puncak keramaian terjadi setelah salat Tarawih. Semua warga tumpah ruah berkumpul di lapangan ini, mereka memburu kacang dan pisang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cerita Warga, Detik-detik Remaja di Makassar Tewas Ditembak Oknum TNI AL

Cerita Warga, Detik-detik Remaja di Makassar Tewas Ditembak Oknum TNI AL

Makassar
Begini Sosok Anggota TNI AL yang Tembak 2 Remaja di Mata Tetangga

Begini Sosok Anggota TNI AL yang Tembak 2 Remaja di Mata Tetangga

Makassar
Gempa M 4,5 Guncang Gorontalo, Akibat Deformasi Batuan Lempeng Laut Sulawesi

Gempa M 4,5 Guncang Gorontalo, Akibat Deformasi Batuan Lempeng Laut Sulawesi

Makassar
Eks Kepala Desa di Mamuju Ditangkap Usai Korupsi Dana Desa

Eks Kepala Desa di Mamuju Ditangkap Usai Korupsi Dana Desa

Makassar
Update Kasus Keracunan Massal Balita di Majene, Ini Hasil Lab BPOM

Update Kasus Keracunan Massal Balita di Majene, Ini Hasil Lab BPOM

Makassar
Prakiraan Cuaca Makassar Hari Ini Rabu 8 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Makassar Hari Ini Rabu 8 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Makassar
Olly Dondokambey Beri Sinyal Wagub Steven Kandouw Jadi Cagub Sulut 2024

Olly Dondokambey Beri Sinyal Wagub Steven Kandouw Jadi Cagub Sulut 2024

Makassar
Tangis Haru Para Pengungsi di Luwu Saat Dievakuasi ke Posko Induk

Tangis Haru Para Pengungsi di Luwu Saat Dievakuasi ke Posko Induk

Makassar
Cerita Kakak Korban Penembakan Oknum TNI AL di Makassar, Adiknya Sudah Dibidik

Cerita Kakak Korban Penembakan Oknum TNI AL di Makassar, Adiknya Sudah Dibidik

Makassar
Korban Penembakan Oknum TNI AL di Makassar Telah Jalani Operasi Pengangkatan Proyektil Peluru

Korban Penembakan Oknum TNI AL di Makassar Telah Jalani Operasi Pengangkatan Proyektil Peluru

Makassar
Polisi di Mamuju Ditangkap Usai Diduga Mengedarkan Narkoba

Polisi di Mamuju Ditangkap Usai Diduga Mengedarkan Narkoba

Makassar
Warga Terdampak Longsor Latimojong Luwu Akan Direlokasi

Warga Terdampak Longsor Latimojong Luwu Akan Direlokasi

Makassar
Banjir dan Longsor Luwu, BNPB Fokus Penanganan Jembatan Putus agar Akses Warga Normal

Banjir dan Longsor Luwu, BNPB Fokus Penanganan Jembatan Putus agar Akses Warga Normal

Makassar
Fakta Kasus 42 Balita di Majene Diduga Keracunan Bubur, Kronologi dan Kondisi Pasien

Fakta Kasus 42 Balita di Majene Diduga Keracunan Bubur, Kronologi dan Kondisi Pasien

Makassar
1.245 Calon Jemaah Haji Asal Makassar Berangkat ke Tanah Suci, Kloter Pertama Terbang Minggu

1.245 Calon Jemaah Haji Asal Makassar Berangkat ke Tanah Suci, Kloter Pertama Terbang Minggu

Makassar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com