Mulyadi menuturkan, dalam perjalanan saat menjemput Adrian terkadang terkendala dengan kondisi di jalan yang licin saat hujan, atau motor mengalami mogok.
“Kadang harus turun dalam kondisi panas atau pada saat hujan bilamana motor rusak di perjalanan, jadi terpaksa saya dorong motor dan Adrian tetap saya naikkan di atas motor,” tambah Mulyadi.
Lebih parah lagi saat Mulyadi berada di laut cari ikan, sementara Adrian sudah harus dijemput tetapi kondisi air surut.
“Terpaksa saya harus jalan kaki dulu karena perahu belum memungkinkan untuk digunakan saat air surut, lalu menjemputnya,” sambung Mulyadi.
Baca juga: Kisah Hidup Ari, Penyandang Disabilitas Kompleks dari Bangka Barat
Di sekolah, pihak sekolah memberi toleransi untuk tidak berolah raga demi menjaga kondisi kesehatannya terutama kakinya, meski demikian Adrian kadang tetap ikut olah raga seperti teman-temannya.
Suatu ketika Adrian ke Mushlah, kakinya menginjak batu kerikil, iapun jatuh dan merasakan ngilu, kakinya terasa disetrum.
“Di depan Mushala kaki kanan saya yang cacat ini injak batu, saya jatuh lalu saya duduk sambil menggambar sama teman waktu itu saya merasakan seperti disetrum listrik dan terasa ngilu. Setelah rasa ngilu hilang saya pulang ke rumah dan kondisi saya jalan sudah berbeda dari sebelumnya. Kaki saya sudah rapat seutuhnya di tanah, padahal dulu tidak,” imbuh Adrian.
Mulyadi pun sempat heran melihat cara berjalan Adrian yang berbeda dari biasanya.
“Waktu itu hari Jumat, saya datang jemput dia yang sedang duduk di depan Mushla. Waktu itu saya belum tahu kondisinya. Begitu sampai di depan rumah ibunya heran melihat Adrian berjalan lain dari biasanya, kami tanya kenapa kakimu begitu. Adrian bilang sudah rapat pak. Saya tanya bagaimana ceritanya sampai bisa begitu, dia ceritalah kalau dia menginjak batu sampai jalannya agak membaik, syukurlah ada perubahan,” jelas Mulyadi.
Ibu Adrian, Hajerah (35) mengatakan, Adrian lahir dalam kondisi ssehat dan normal.
Namun ssaat usianya 2 tahun, kaki Adrian mulai tampak bengkok dan kerap mengalami panas demam tinggi atau kejang.
“Di umur itu kakinya secara tiba-tiba mengalami cacat. Saya kira ada benda yang menusuk kakinya, tetapi tidak ada. Cuma masalah jalan memang agak lambat, 2 tahun baru bisa jalan,” terang Hajerah.
“Dia juga sering kena demam tinggi atau kejang-kejang sejak umur 3 tahun. Kalau kena (kejang), kami bawa ke rumah sakit atau puskesmas, tapi syukurlah sekarang sudah tidak lagi,” tambah Hajerah.
Semangat Adrian untuk tetap sekolah menjadi motivasi bagi kedua orangtuanya untuk tetap menyekolahkan demi cita-cita anaknya.
Dengan keterbatasan Adrian dan keterbatasan ekonomi, orang tuanya berharap Adrian bisa mendapat bantuan berupa pemenuhan keperluan sekolah termasuk sepatu yang layak untuk Adrian sebagai penyandang disabilitas.
“Kalau ada yang bantu kami sangat berterima kasih demi membantu tercapainya cita-cita anak saya,” harap Mulyadi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.