Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Adrian, Penyandang Disabilitas di Luwu yang Semangat Jadi Arsitek

Kompas.com, 10 November 2023, 07:47 WIB
Amran Amir,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

Mulyadi menuturkan, dalam perjalanan saat menjemput Adrian terkadang terkendala dengan kondisi di jalan yang licin saat hujan, atau motor mengalami mogok.

“Kadang harus turun dalam kondisi panas atau pada saat hujan bilamana motor rusak di perjalanan, jadi terpaksa saya dorong motor dan Adrian tetap saya naikkan di atas motor,” tambah Mulyadi.

Lebih parah lagi saat Mulyadi berada di laut cari ikan, sementara Adrian sudah harus dijemput tetapi kondisi air surut.

“Terpaksa saya harus jalan kaki dulu karena perahu belum memungkinkan untuk digunakan saat air surut, lalu menjemputnya,” sambung Mulyadi.

Baca juga: Kisah Hidup Ari, Penyandang Disabilitas Kompleks dari Bangka Barat

Adrian Dapat Keajaiban

Di sekolah, pihak sekolah memberi toleransi untuk tidak berolah raga demi menjaga kondisi kesehatannya terutama kakinya, meski demikian Adrian kadang tetap ikut olah raga seperti teman-temannya.

Suatu ketika Adrian ke Mushlah, kakinya menginjak batu kerikil, iapun jatuh dan merasakan ngilu, kakinya terasa disetrum.

“Di depan Mushala kaki kanan saya yang cacat ini injak batu, saya jatuh lalu saya duduk sambil menggambar sama teman waktu itu saya merasakan seperti disetrum listrik dan terasa ngilu. Setelah rasa ngilu hilang saya pulang ke rumah dan kondisi saya jalan sudah berbeda dari sebelumnya. Kaki saya sudah rapat seutuhnya di tanah, padahal dulu tidak,” imbuh Adrian.

Mulyadi pun sempat heran melihat cara berjalan Adrian yang berbeda dari biasanya.

“Waktu itu hari Jumat, saya datang jemput dia yang sedang duduk di depan Mushla. Waktu itu saya belum tahu kondisinya. Begitu sampai di depan rumah ibunya heran melihat Adrian berjalan lain dari biasanya, kami tanya kenapa kakimu begitu. Adrian bilang sudah rapat pak. Saya tanya bagaimana ceritanya sampai bisa begitu, dia ceritalah kalau dia menginjak batu sampai jalannya agak membaik, syukurlah ada perubahan,” jelas Mulyadi.

Ibu Adrian, Hajerah (35) mengatakan, Adrian lahir dalam kondisi ssehat dan normal.

Namun ssaat usianya 2 tahun, kaki Adrian mulai tampak bengkok dan kerap mengalami panas demam tinggi atau kejang.

“Di umur itu kakinya secara tiba-tiba mengalami cacat. Saya kira ada benda yang menusuk kakinya, tetapi tidak ada. Cuma masalah jalan memang agak lambat, 2 tahun baru bisa jalan,” terang Hajerah.

“Dia juga sering kena demam tinggi atau kejang-kejang sejak umur 3 tahun. Kalau kena (kejang), kami bawa ke rumah sakit atau puskesmas, tapi syukurlah sekarang sudah tidak lagi,” tambah Hajerah.

Semangat Adrian untuk tetap sekolah menjadi motivasi bagi kedua orangtuanya untuk tetap menyekolahkan demi cita-cita anaknya.

Dengan keterbatasan Adrian dan keterbatasan ekonomi, orang tuanya berharap Adrian bisa mendapat bantuan berupa pemenuhan keperluan sekolah termasuk sepatu yang layak untuk Adrian sebagai penyandang disabilitas.

“Kalau ada yang bantu kami sangat berterima kasih demi membantu tercapainya cita-cita anak saya,” harap Mulyadi.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang

Halaman:


Terkini Lainnya
Bupati Luwu Timur Diduga Umrah di Tengah Larangan Kepala Daerah Pergi ke Luar Negeri
Bupati Luwu Timur Diduga Umrah di Tengah Larangan Kepala Daerah Pergi ke Luar Negeri
Makassar
Modus Penyelundupan Obat-obatan Daftar G Asal Surabaya ke Makassar
Modus Penyelundupan Obat-obatan Daftar G Asal Surabaya ke Makassar
Makassar
2.486 Pekerja Menganggur, PHK di Sulsel Nomor 6 Se-Indonesia: Industri Nikel Lesu?
2.486 Pekerja Menganggur, PHK di Sulsel Nomor 6 Se-Indonesia: Industri Nikel Lesu?
Makassar
Kejati Sulsel Selamatkan Kerugian Negara Rp 36,6 Miliar dari Kasus Korupsi Sepanjang 2025
Kejati Sulsel Selamatkan Kerugian Negara Rp 36,6 Miliar dari Kasus Korupsi Sepanjang 2025
Makassar
Menhan Sjafrie Ungkap 80 Persen Timah Indonesia Dibawa ke Luar Negeri Tanpa Pajak
Menhan Sjafrie Ungkap 80 Persen Timah Indonesia Dibawa ke Luar Negeri Tanpa Pajak
Makassar
Culik Dan Cabuli Bocah 10 Tahun, Residivis Di Gowa Ditembak Polisi
Culik Dan Cabuli Bocah 10 Tahun, Residivis Di Gowa Ditembak Polisi
Makassar
Menhan Sjafrie Soroti Bencana Sumatera-Aceh: Hutan Lindung Tak Dijaga, Perlu Militer Kuat
Menhan Sjafrie Soroti Bencana Sumatera-Aceh: Hutan Lindung Tak Dijaga, Perlu Militer Kuat
Makassar
Skandal Perselingkuhan Pejabat DPRD di Sulsel Mencuat dari Video Mantan Suami, PKB dan BK Bergerak
Skandal Perselingkuhan Pejabat DPRD di Sulsel Mencuat dari Video Mantan Suami, PKB dan BK Bergerak
Makassar
Realisasi Investasi Makassar Triwulan III 2025 Capai Rp 4 Triliun
Realisasi Investasi Makassar Triwulan III 2025 Capai Rp 4 Triliun
Makassar
Inggris Bantu Makassar Rancang Stadion hingga Integrasi Transportasi
Inggris Bantu Makassar Rancang Stadion hingga Integrasi Transportasi
Makassar
Sengketa Lahan 16 Hektar di Makassar Memanas, PT Hadji Kalla Siapkan Laporan Pemalsuan Dokumen
Sengketa Lahan 16 Hektar di Makassar Memanas, PT Hadji Kalla Siapkan Laporan Pemalsuan Dokumen
Makassar
GMTD Gugat PT Hadji Kalla Imbas Konflik Lahan, Sidang Perdana Dijadwalkan 9 Desember
GMTD Gugat PT Hadji Kalla Imbas Konflik Lahan, Sidang Perdana Dijadwalkan 9 Desember
Makassar
Viral Pria di Gowa Diseret Rombongan Pemotor, Diduga Pelaku Pemerkosaan
Viral Pria di Gowa Diseret Rombongan Pemotor, Diduga Pelaku Pemerkosaan
Makassar
Sekda Sulsel Ingatkan Kepala Sekolah: Jika Tak Mampu Jadi Manajer Talenta Global, Kembali Jadi Guru
Sekda Sulsel Ingatkan Kepala Sekolah: Jika Tak Mampu Jadi Manajer Talenta Global, Kembali Jadi Guru
Makassar
2 Nelayan Tersambar Petir di Perairan Makassar, Satu Tewas, Satu Kritis
2 Nelayan Tersambar Petir di Perairan Makassar, Satu Tewas, Satu Kritis
Makassar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau