Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sederet Fakta KPK Geledah 2 Rumah Mentan Syahrul Yasin Limpo di Makassar

Kompas.com, 5 Oktober 2023, 06:36 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Dua rumah pribadi Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo yang berada di Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) disambangi personel polisi bersenjata lengkap pada Rabu (4/10/2023).

Rumah pertama yang disambangi polisi adalah rumah yang berada di komplek Bumi Permata Hijau (BPH), Kota Makassar.

Sementara rumah kedua yang didatangi adalah rumah pribadi Syahrul yang ada di Jalan Pelita Raya, Kecamatan Rappocini, Kota Makassar.

Kedatangan polisi ke dua rumah itu untuk mengawal lima penyidik KPK. Dari rumah pertama, KPK menyita satu unit mobil mewah merek Audi dengan nomor polisi DD 57 US.

Baca juga: Dua Rumah Pribadi Syahrul Yasin Limpo di Makassar Digeledah KPK, Koper dan Mobil Mewah Disita

Rumah dalam keadaan kosong

Ketua RT setempat, As'ad mengaku sebagai saksi mendampingi penyidik KPK yang melakukan penggeledahan.

Menurut As'ad, saat digeledah tim penyidik KPK, kondisi rumah Menteri Pertanian itu dalam kondisi kosong.

"Saya sebagai saksi saja dipanggil karna tidak ada orang yang punya rumah," bebernya.

As'ad mengatakan penyidik KPK menggeledah rumah Syahrul selama hampir lima jam lebih yakni dari sejak pukul 11:00 Wita hingga pukul 16:30 Wita.

"Ini kan dari KPK, saya menyaksikan saja (penggeledahan). Ada lima orang penyidik KPK," kata As'ad kepada awak media di lokasi.

Baca juga: Rumah Pribadi Mentan Syahrul Yasin Limpo Dijaga Polisi Bersenjata, Sebuah Koper Dibawa Keluar

Sementara itu di rumah kedua, terlihat ada empat mobil jenis kijang Innova yang keluar dari kediaman pribadi Syahrul.

Tampak petugas membawa satu buah koper besar berwarna coklat serta satu unit mobil mewah diduga milik Syahrul.

Rumah orangtua Syahrul didatangi 2 pria

Pria misterius yang membawa sebuah koper besar berwarna hitam usai keluar dari rumah pribadi Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo di komplek Bumi Permata Hijau (BPH), Jalan Sultan Alauddin, Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), Rabu (4/10/2023).Kompas.com/Reza Rifaldi Pria misterius yang membawa sebuah koper besar berwarna hitam usai keluar dari rumah pribadi Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo di komplek Bumi Permata Hijau (BPH), Jalan Sultan Alauddin, Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), Rabu (4/10/2023).
Sementara itu rumah orangtua Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) di Jalan Haji Bau Nomor 32, Kota Makassar terlihat didatangai dua pria menggunakan mobil warna hitam pada Rabu (4/10/2023) sore.

Mobil dengan nomor polisi DD 999 ALI tiba tepat di rumah orangtuan Syahrul pada pukul 15.20 Wita.

Penjaga rumah terlihat membiarkan mobil bermerek Mitsubishi memasuki halaman rumah. Pengemudi mobil mengaku dia datang untuk membawa pesanan makanan.

"Kami bukan keluarganya, cuma datang membawa pesanan makanan," kata pria tersebut.

Baca juga: Mentan Syahrul Yasin Limpo Telah Menghadap Surya Paloh, Jelaskan Kasusnya di KPK

Halaman:


Terkini Lainnya
Bupati Luwu Timur Umrah di Tengah Larangan Kepala Daerah Lakukan Perjalanan ke Luar Negeri
Bupati Luwu Timur Umrah di Tengah Larangan Kepala Daerah Lakukan Perjalanan ke Luar Negeri
Makassar
Modus Penyelundupan Obat-obatan Daftar G Asal Surabaya ke Makassar
Modus Penyelundupan Obat-obatan Daftar G Asal Surabaya ke Makassar
Makassar
2.486 Pekerja Menganggur, PHK di Sulsel Nomor 6 Se-Indonesia: Industri Nikel Lesu?
2.486 Pekerja Menganggur, PHK di Sulsel Nomor 6 Se-Indonesia: Industri Nikel Lesu?
Makassar
Kejati Sulsel Selamatkan Kerugian Negara Rp 36,6 Miliar dari Kasus Korupsi Sepanjang 2025
Kejati Sulsel Selamatkan Kerugian Negara Rp 36,6 Miliar dari Kasus Korupsi Sepanjang 2025
Makassar
Menhan Sjafrie Ungkap 80 Persen Timah Indonesia Dibawa ke Luar Negeri Tanpa Pajak
Menhan Sjafrie Ungkap 80 Persen Timah Indonesia Dibawa ke Luar Negeri Tanpa Pajak
Makassar
Culik Dan Cabuli Bocah 10 Tahun, Residivis Di Gowa Ditembak Polisi
Culik Dan Cabuli Bocah 10 Tahun, Residivis Di Gowa Ditembak Polisi
Makassar
Menhan Sjafrie Soroti Bencana Sumatera-Aceh: Hutan Lindung Tak Dijaga, Perlu Militer Kuat
Menhan Sjafrie Soroti Bencana Sumatera-Aceh: Hutan Lindung Tak Dijaga, Perlu Militer Kuat
Makassar
Skandal Perselingkuhan Pejabat DPRD di Sulsel Mencuat dari Video Mantan Suami, PKB dan BK Bergerak
Skandal Perselingkuhan Pejabat DPRD di Sulsel Mencuat dari Video Mantan Suami, PKB dan BK Bergerak
Makassar
Realisasi Investasi Makassar Triwulan III 2025 Capai Rp 4 Triliun
Realisasi Investasi Makassar Triwulan III 2025 Capai Rp 4 Triliun
Makassar
Inggris Bantu Makassar Rancang Stadion hingga Integrasi Transportasi
Inggris Bantu Makassar Rancang Stadion hingga Integrasi Transportasi
Makassar
Sengketa Lahan 16 Hektar di Makassar Memanas, PT Hadji Kalla Siapkan Laporan Pemalsuan Dokumen
Sengketa Lahan 16 Hektar di Makassar Memanas, PT Hadji Kalla Siapkan Laporan Pemalsuan Dokumen
Makassar
GMTD Gugat PT Hadji Kalla Imbas Konflik Lahan, Sidang Perdana Dijadwalkan 9 Desember
GMTD Gugat PT Hadji Kalla Imbas Konflik Lahan, Sidang Perdana Dijadwalkan 9 Desember
Makassar
Viral Pria di Gowa Diseret Rombongan Pemotor, Diduga Pelaku Pemerkosaan
Viral Pria di Gowa Diseret Rombongan Pemotor, Diduga Pelaku Pemerkosaan
Makassar
Sekda Sulsel Ingatkan Kepala Sekolah: Jika Tak Mampu Jadi Manajer Talenta Global, Kembali Jadi Guru
Sekda Sulsel Ingatkan Kepala Sekolah: Jika Tak Mampu Jadi Manajer Talenta Global, Kembali Jadi Guru
Makassar
2 Nelayan Tersambar Petir di Perairan Makassar, Satu Tewas, Satu Kritis
2 Nelayan Tersambar Petir di Perairan Makassar, Satu Tewas, Satu Kritis
Makassar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau