Salin Artikel

Sederet Fakta KPK Geledah 2 Rumah Mentan Syahrul Yasin Limpo di Makassar

Rumah pertama yang disambangi polisi adalah rumah yang berada di komplek Bumi Permata Hijau (BPH), Kota Makassar.

Sementara rumah kedua yang didatangi adalah rumah pribadi Syahrul yang ada di Jalan Pelita Raya, Kecamatan Rappocini, Kota Makassar.

Kedatangan polisi ke dua rumah itu untuk mengawal lima penyidik KPK. Dari rumah pertama, KPK menyita satu unit mobil mewah merek Audi dengan nomor polisi DD 57 US.

Rumah dalam keadaan kosong

Ketua RT setempat, As'ad mengaku sebagai saksi mendampingi penyidik KPK yang melakukan penggeledahan.

Menurut As'ad, saat digeledah tim penyidik KPK, kondisi rumah Menteri Pertanian itu dalam kondisi kosong.

"Saya sebagai saksi saja dipanggil karna tidak ada orang yang punya rumah," bebernya.

As'ad mengatakan penyidik KPK menggeledah rumah Syahrul selama hampir lima jam lebih yakni dari sejak pukul 11:00 Wita hingga pukul 16:30 Wita.

"Ini kan dari KPK, saya menyaksikan saja (penggeledahan). Ada lima orang penyidik KPK," kata As'ad kepada awak media di lokasi.

Sementara itu di rumah kedua, terlihat ada empat mobil jenis kijang Innova yang keluar dari kediaman pribadi Syahrul.

Tampak petugas membawa satu buah koper besar berwarna coklat serta satu unit mobil mewah diduga milik Syahrul.

Mobil dengan nomor polisi DD 999 ALI tiba tepat di rumah orangtuan Syahrul pada pukul 15.20 Wita.

Penjaga rumah terlihat membiarkan mobil bermerek Mitsubishi memasuki halaman rumah. Pengemudi mobil mengaku dia datang untuk membawa pesanan makanan.

"Kami bukan keluarganya, cuma datang membawa pesanan makanan," kata pria tersebut.

Sementara itu seorang pria yang mengaku penjaga rumah mengaku tak tahu kapan terakhir kali Shahrul menyambangi rumah orangtuanya.

Namun ia mengatakan ada beberapa saudara dan keluarga lainnya yang sering berkunjung.

"Keluarga san saudara-saudaranya sering berkunjung ke sini," kata seorang pemuda yang diperkirakan berusia 28 tahun.

Diketahui Syahrul Yasin Limpo merupakan anak kedua dari tokoh kemerdekaan RI, mendiang Muhammad Yasin Limpo.

Yasin Limpo menikah dengan Nurhayati Yasin Limpo. Dari pernikahan tersebut, mereka memiliki tujuh anak dan salah satunya adalah Syahrul Yasin Limpo.

Penggeledahan ini merupakan lanjutan dari penyidikan perkara dugaan tindak pidana korupsi di lingkungan Kementerian Pertanian yang melibatkan Syahrul.

"Benar, hari ini Tim Penyidik melanjutkan penggeledahan di Kota Makassar," ujar Juru Bicara Penindakan dan Kelembagaan KPK Ali Fikri lewat keterangan tertulis, Rabu.

Ia menjelaskan, kegiatan penggeledahan masih berlangsung. Untuk temuan di Makassar akan diinformasikan setelah penggeledahan selesai.

Selain itu, kata Ali, KPK juga telah melaksanakan penggeledahan rumah salah satu tersangka di Jagakarsa, Jakarta Selatan dalam kasus yang sama.

"Ditemukan berikut diamankan bukti antara lain berupa dokumen yang berisi catatan penting kaitan dengan perkara ini, analisis dan penyitaan segera akan kami lakukan," katanya.

Diketahui, nama Syahrul memang tengah berada di dalam pusaran dugaan korupsi di Kementan.

KPK saat ini sedang mengusut dugaan korupsi pemerasan dalam jabatan, gratifikasi, dan tindak pidana pencucian uang (TPPU) di Kementerian yang dipimpin Syahrul.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Reza Rifaldi | Editor: Dita Angga Rusiana), Tribun Timur

https://makassar.kompas.com/read/2023/10/05/063600778/sederet-fakta-kpk-geledah-2-rumah-mentan-syahrul-yasin-limpo-di-makassar

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com