Sang kakak yang bekerja hanya sebagai buruh cuci mobil harus mengutang ke beberapa temannya, agar kebutuhan sang adik dalam proses pendaftaran dapat terpenuhi.
"Memang waktu itu banyak sekali kendala soal biaya, karena saya juga kerjanya cuman di tempat cuci mobil. Beberapa kali saya harus pinjam uang teman kantor karena waktu itu belum gajian," katanya ditemui terpisah.
Saat ini, Nur Jahida dan saudara-saudaranya pun bangga atas hasil perjuangan sang adik.
Baca juga: Fransisca, Gadis Cilik Korban Pemerkosaan Mei 1998 dan Cerita yang Kian Terkubur
"Alhamdulillah, saya berharap adik saya tetap membanggakan keluar dan jadi polisi yang baik ke masyarakat nantinya," harapnya.
Sambil duduk dengan rasa haru, Jasil juga mengingat sebuah momen kala dirinya berjalan kaki sejauh 2 kilometer saat hendak mengumpulkan berkas pendaftarannya di Mapolrestabes Makassar.
Jasil menceritakan, saat proses pendaftaran biasanya ia berangkat dijemput oleh rekannya menggunakan sepeda motor.
Namun tiba momen saat rekannya itu, sudah tiba duluan di Mapolrestabes Makassar lantaran pihak panitia mengimbau agar semua Calon Siswa (Casis) segara berkumpul.
Sambil menggendong tas besar dengan rambut botak, Jasil pun terpaksa berjalan kaki sejauh 2 kilometer dari rumah sang kakak di Jalan Kandea menuju Polrestabes Makassar.
"Waktu itu, teman-teman saya sudah di Polrestabes semua kumpul berkas sehingga tidak ada lagi yang bisa bonceng. Jadi saya jalan kaki dari rumah ke Polres," bebernya.
Tiba di Mapolrestabes Makassar, Jasil mengaku sempat mendapatkan teguran oleh panitia pendaftaran lantaran pakaian kemeja berwarna hitam-putih yang dikenakan basah bercucur keringat.
"Sempat ditegur, akan tetapi itu tidak membuat saya mengurungkan niat untuk maju pemeriksaan rekmin awal," sebutnya.
Di balik wajah kaku Jasil, ia menceritakan sosok yang membuatnya pantang menyerah. Ialah mendiang sang ibu, almarhumah Aminah.
Jasil bercerita, sosok mendiang sang Ibu yang membuatnya pantang untuk menyerah menggapai cita-cita.
"Saya lewati semua ini karena saya selalu ingat dengan almarhuma ibu saya. Saya belum bisa bahagiakan sebelum dia meninggal," beber Jasil.
Jasil tak kuasa menahan air matanya, ia berucap bahwa dirinya saat ini sudah membuktikan bahwa dirinya dapat menuju tangga kesuksesan.
"Saya cuma mau bilang, minta maaf ka amma, belumpa bisa bahagiakan ki (Saya meminta maaf sebesar-besarnya ibu), saya banyak menyusahkan di waktu ibu hidup," ucap Jasil sembari menghapus air matanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.