Masyarakat sekitar Danau Tempe memiliki festival Danau Tempe yang diadakan setiap tanggal 23 Agustus.
Festival tersebut berupa ritual nelayan yang disebut Maccera Tappareng atau upacara menyucikan danau.
Upacara ini ditandai dengan pemotongan sapi yang dipimpin oleh seorang ketua nelayan yang diikuti dengan berbagai atraksi wisata yang menarik.
Baca juga: Danau Dendam Tak Sudah, Bengkulu: Daya Tarik, Asal-usul Nama, dan Rute
Prosesi Maccera Tappareng dimulai pada malam hari, dimana masyarakat pesisir Danau Tempe mulai membunyikan alat tradisional genderang (Maggendrang) hingga dini hari.
Kemudian, ritual dilanjutkan dengan melepas sesajen pada titik-titik yang dianggap sakral. Tetua adat juga melepas sesaji ke tengah danau.
Dalam ritual Maccera Tappareng, semua peserta menggunakan baju bodo, pakaian tradisional suku Bugis, sehingga suasana tampak meriah.
Untuk menikmati Danau Tempe, wisatawan tidak dikenakan biaya alias gratis.
Fasilitas pendukung wisata berupa toilet, mushola, penginapan, dan tempat penjualan makanan.
Danau Tempe merupakan tempa wisata alam terbuka sehingga tidak ada jam operasional khusus.
Danau Tempe buka selama 24 jam, sehingga wisatawan tidak terbatas waktu saat berada di kawasan ini.
Baca juga: Setelah 23 Tahun, Teratai di Danau Rana Tonjong NTT Mekar Lagi pada Oktober
Danau Tempe terletak di bagian barat, Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan.
Wilayah Danau Tempe terletak di sejumlah kecamatan, yaitu Kecamatan Belawa, Sitolo, Maniangpajo, dan Sabbangparu.
Akses jalan menuju Danau Tempe tidak terlalu sulit, namun wisatawan harus meluangkan waktu cukup banyak.
Waktu tempuh dari Kota Makassar ke tanah Wajo sekitar 6 jam.
Bagi wisatawan yang telah berada Kota Sengkang dapat menempuh perjalanan dengan jarak sekitar 7 kilometer untuk sampai ke tepi sungai Walanae.
Sungai tersebut menjadi salah satu akses untuk menuju Danau Tempe.
Baca juga: Daftar 5 Danau di Sumatera Barat dan Kedalamannya
Perjalanan dapat dilanjutkan dengan naik perahu motor atau katinting dengan menempuh waktu sekitar 50 menit untuk sampai ke pemukiman apung di Desa Salotengnga.
Biaya Katinting sekitar Rp 150.000 per perahu motor dengan maksimal penumpang sebanyak empat orang.
Sumber:
www.tribunnewswiki.com, profil.digitaldesa.id, dan journal.unhas.ac.id
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.