Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Danny Pomanto Anak Lorong, Bangun Kota Makassar dari Gang Kecil

Kompas.com, 27 Juni 2022, 13:19 WIB
Robertus Belarminus

Editor

Cara bangun lorong

Di setiap kota, lanjut Danny, punya protokol mingguan, seperti penggunaan pakaian atau bahasa. 

Di Kota Makassar, Danny membuat protokol mingguan yang jadi bagian kebutuhan pemerintah kota.

Pada hari Senin misalnya, dia menamakannya sebagai hari koordinasi. Di situ dia meminta semua camat, lurah, dan pejabat kota lainnya untuk rapat. 

Rapat itu untuk evaluasi mengatur semua kegiatan pada minggu tersebut. Baginya, rapat itu penting sebagai bentuk koordinasi.

Danny menilai, koordinasi yang buruk kerap menjadi kendala dalam sebuah pemerintahan. 

"(Kemudian) Selasa, Rabu, Kamis namanya touching heart protokol day, camat, lurah, turun ke bawah ketuk pintu bicara dengan warga, 1 minggu 20 rumah. Kemudian, dengarkan dulu apa kesulitannya mereka, sampaikan apa program kita, ajak mereka, setelah itu hari Jumat namanya hari reporting days," ujar dia.

Baca juga: Polisi Usut Penyebab Kematian Pria Asal Makassar yang Membusuk di Indekos Sikka

Pada hari Jumat, camat, lurah dan pejabat tadi melapor agar Danny mengetahui persoalan-persoalan yang dihadapi warga.  

"Hari Sabtu, kita tes touching heart protokol itu namanya hari kerja bakti, dites kerja bakti apakah mereka mau terlibat atau tidak. Hari Minggu, hari menjahit itu hari silaturahmi, (ada) senam lorong, pengajian lorong, makan-makan lorong, jadi lorong itu dibikinkan game, yang selama ini tidak tersentuh," ujar dia. 

Danny telah melahirkan sejumlah program untuk membangun lorong di Kota Makassar.

Sebut saja program lorong garden (longgar), badan usaha lorong (bulo), lorong sehat (longset), dan lainnya.

Danny mengeklaim, warga yang tinggal di lorong merespons baik programnya itu. 

"Alhasil masyarakat lorong bangkit, mereka rapat, kasih baik lorongnya. Yang menarik, mereka tanya saya, Pak Danny, warna apa saya mau cat lorongku. Saya bilang, warna yang kau sepakati, maka beratamlah satu lorong itu hanya untuk menemukan warna, padahal itu proses kristalisasi membuat komunitas lorong jadi lebih kuat," ujar dia.

"Ada yang patah hati, ada yang bahagia. 'Selesai pak, apa yang saya mesti tulis dilorongku, apa yang kau mimpikan dengan lorong mu, Anda tulis yang kau sepakati'," cerita dia.

Setelah warga menata lorong tempat tinggal mereka jadi lebih menarik dengan cat dan tulisan yang indah, daerah mereka jadi jauh dari kesan jorok. Bahkan, menjadi obyek wisata.

"Seperti yang bisa dilihat di Google, lorong-lorong berubah, bahkan lorong (seperti) menjadi ruang tamu, iya (banyak yang mau) datang," ujar dia.

Tak hanya ditata menjadi lebih menarik, program lorong garden juga membuat lorong yang sempit menjadi hijau dengan tanaman bermanfaat seperti cabai.

Program lorong sehat juga membantu menyadarkan warga untuk pencegahan penyakit di daerah mereka. 

"Kita dapat inovasi nomor 1 Indonesia ini lorong sehat, tagline nya jangan sakit berarti ada pencegahan. Kalau ada merokok, supaya ada smoking corner-nya, tidak ada jentik, bersih semua, terus status kesehatan masyarakat dipantau," ujar dia. 

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang

Halaman:


Terkini Lainnya
Modus Penyelundupan Obat-obatan Daftar G Asal Surabaya ke Makassar
Modus Penyelundupan Obat-obatan Daftar G Asal Surabaya ke Makassar
Makassar
2.486 Pekerja Menganggur, PHK di Sulsel Nomor 6 Se-Indonesia: Industri Nikel Lesu?
2.486 Pekerja Menganggur, PHK di Sulsel Nomor 6 Se-Indonesia: Industri Nikel Lesu?
Makassar
Kejati Sulsel Selamatkan Kerugian Negara Rp 36,6 Miliar dari Kasus Korupsi Sepanjang 2025
Kejati Sulsel Selamatkan Kerugian Negara Rp 36,6 Miliar dari Kasus Korupsi Sepanjang 2025
Makassar
Menhan Sjafrie Ungkap 80 Persen Timah Indonesia Dibawa ke Luar Negeri Tanpa Pajak
Menhan Sjafrie Ungkap 80 Persen Timah Indonesia Dibawa ke Luar Negeri Tanpa Pajak
Makassar
Culik Dan Cabuli Bocah 10 Tahun, Residivis Di Gowa Ditembak Polisi
Culik Dan Cabuli Bocah 10 Tahun, Residivis Di Gowa Ditembak Polisi
Makassar
Menhan Sjafrie Soroti Bencana Sumatera-Aceh: Hutan Lindung Tak Dijaga, Perlu Militer Kuat
Menhan Sjafrie Soroti Bencana Sumatera-Aceh: Hutan Lindung Tak Dijaga, Perlu Militer Kuat
Makassar
Skandal Perselingkuhan Pejabat DPRD di Sulsel Mencuat dari Video Mantan Suami, PKB dan BK Bergerak
Skandal Perselingkuhan Pejabat DPRD di Sulsel Mencuat dari Video Mantan Suami, PKB dan BK Bergerak
Makassar
Realisasi Investasi Makassar Triwulan III 2025 Capai Rp 4 Triliun
Realisasi Investasi Makassar Triwulan III 2025 Capai Rp 4 Triliun
Makassar
Inggris Bantu Makassar Rancang Stadion hingga Integrasi Transportasi
Inggris Bantu Makassar Rancang Stadion hingga Integrasi Transportasi
Makassar
Sengketa Lahan 16 Hektar di Makassar Memanas, PT Hadji Kalla Siapkan Laporan Pemalsuan Dokumen
Sengketa Lahan 16 Hektar di Makassar Memanas, PT Hadji Kalla Siapkan Laporan Pemalsuan Dokumen
Makassar
GMTD Gugat PT Hadji Kalla Imbas Konflik Lahan, Sidang Perdana Dijadwalkan 9 Desember
GMTD Gugat PT Hadji Kalla Imbas Konflik Lahan, Sidang Perdana Dijadwalkan 9 Desember
Makassar
Viral Pria di Gowa Diseret Rombongan Pemotor, Diduga Pelaku Pemerkosaan
Viral Pria di Gowa Diseret Rombongan Pemotor, Diduga Pelaku Pemerkosaan
Makassar
Sekda Sulsel Ingatkan Kepala Sekolah: Jika Tak Mampu Jadi Manajer Talenta Global, Kembali Jadi Guru
Sekda Sulsel Ingatkan Kepala Sekolah: Jika Tak Mampu Jadi Manajer Talenta Global, Kembali Jadi Guru
Makassar
2 Nelayan Tersambar Petir di Perairan Makassar, Satu Tewas, Satu Kritis
2 Nelayan Tersambar Petir di Perairan Makassar, Satu Tewas, Satu Kritis
Makassar
Polemik PBNU, Cak Imin: Kelakuan PBNU Kecewakan Masyarakat NU
Polemik PBNU, Cak Imin: Kelakuan PBNU Kecewakan Masyarakat NU
Makassar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau