Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Tarian Adat Sulawesi Selatan yang Masuk dalam Daftar Warisan Budaya Tak Benda

Kompas.com, 21 Februari 2022, 07:08 WIB
Puspasari Setyaningrum

Editor

KOMPAS.com - Setiap daerah memiliki tari tradisional yang berbeda-beda termasuk juga Provinsi Sulawesi Selatan.

Menyumbang kekayaan budaya bangsa Indonesia, Provinsi Sulawesi Selatan memiliki ragam tari yang masih lestari hingga kini.

Baca juga: Didik Nini Thowok Memadukan Tarian China dan Musik Hindu

Beberapa tarian masih dipertunjukkan pada acara-acara khusus, maupun dipelajari di sekolah-sekolah.

Baca juga: Contoh Tarian beserta Pola Lantainya

Berikut adalah ragam tari tradisional yang berasal dari Provinsi Sulawesi Selatan yang masuk dalam daftar Warisan Budaya Tak Benda.

Baca juga: Tari Hudoq Asal Dayak, Tarian Pengusir Hama Bernuansa Mistis

1. Tari Pa’bitte Passapu

Tari Pa?bitte Passapu yang ditarikan Sanggar Seni Budaya Turiolo Kajang. Tangkapan Layar YouTube/ Indonesia Tari Tari Pa?bitte Passapu yang ditarikan Sanggar Seni Budaya Turiolo Kajang.

Melansir laman resmi Kemendikbud, Tari "Pa’bitte Passapu" adalah tarian adat Ammatoa Kajang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.

Tari ini biasa dipertunjukkan untuk menjemput tamu adat atau pada suatu acara pernikahan.

Sejarah tari ini berasal dari kebiasaan kaum bangsawan Makassar di masa lalu yang gemar menyabung ayam.

Pada masa lalu, sabung ayam juga digunakan sebagai ekspresi keberanian sekaligus arena untuk bertaruh.

Namun sejak masuknya Islam, budaya sabung ayam dihilangkan dan digantikan dengan tarian ini.

Gerak tarian ini menggunakan sapu tangan (passapu) dengan gerakan seperti tengah menyabung ayam.

2. Tari Kipas Pakarena

Tari Kipas Pakarena dari Sulawesi Selatan.Dok Kemdikbud Tari Kipas Pakarena dari Sulawesi Selatan.

Tari Kipas Pakarena adalah salah satu ikon kebudayaan provinsi Sulawesi Selatan.

Melansir laman disbudpar.sulselprov.go.id, sudah dikenal oleh masyarakat Gowa Sulawesi Selatan pada masa kerajaan Gantarang.

Tari Kipas Pakarena ini dimainkan oleh 4 penari wanita menggunakan iringan alat musik berupa gandrang dan puik-puik.

Menilik sejarahnya, Tari Kipas Pakarena merupakan salah satu bentuk pemujaan kepada para dewa.

Namun karena keunikannya, fungsi tarian ini lama-lama bergeser menjadi tarian hiburan.

3. Tari Pajoge Maradika atau Tari Bangsawan

Tari Pajoge MaradikaDok. parigimoutongkab.go.id Tari Pajoge Maradika

Melansir laman Kemendikbud, tari tradisional ini terdiri dari dua jenis tarian yang disesuaikan dengan fungsinya yaitu Tari Pajoge Maradika yang ditarikan oleh 6 orang putri bangsawan diikuti oleh putri raja dan Pajoge Maradika Nilanti yang ditarikan oleh 7 orang pada saat pelantikan Raja.

Musik pengiring tarian ini adalah alat musik tradisional Sulawesi Tengah yaitu kakula, gamba, tawa, gimba, dan lalove.

Tari Pajoge Maradika pada awalnya ditarikan oleh 8 orang yang terdiri dari 6 orang penari dayang-dayang, seorang putri sebagai tadulako, dan seorang lagi yang bertindak sebagai putra mahkota sehingga disebut sebagai Tari Bangsawan.

4. Tari Sere Bissu Maggiri

Tari Sere Bissu Maggiri.Dok. warisanbudaya.kemdikbud.go.id Tari Sere Bissu Maggiri.

Sebagai hasil budaya, Tari Sere Bissu Maggiri tak lepas dari keberadaan pemerintahan raja Bone Ke 1, yang bergelar To Manurunge Ri Matajang.

Tarian ini istimewa karena ditarikan oleh para Bissu, sebutan untuk kaum pendeta yang gendernya dipandang sebagai campuran laki-laki dan perempuan dalam masyarakat Bugis dari Sulawesi Selatan.

Tarian ini ditampilkan oleh 12 orang bissu dengan tujuh ragam gerak yang memiliki aura magis.

Hal ini karena awalnya tarian ini merupakan tari untuk memanggil roh yang kemudian berkembang menjadi tarian penyambutan raja-raja dan tamu agung di istana Kerajaan Bone.

5. Tari Salonreng

Tari Salonreng yang diciptakan sebagai tarian pemujaan arwah dewa dan leluhur.
Dok. warisanbudaya.kemdikbud.go.id Tari Salonreng yang diciptakan sebagai tarian pemujaan arwah dewa dan leluhur.

Tari Salonreng awalnya diciptakan sebagai tarian pemujaan pada arwah dewa dan leluhur.

Pertunjukkan tarian ini dilakukan pada upacara-upacara ritual, sehingga tarian ini dianggap sakral oleh masyarakat Makassar.

Oleh karenanya, tarian ini tidak boleh ditarikan disembarang tempat atau waktu terutama jika tanpa upacara ritual.

Penari Tari Salonreng biasanya adalah orang dewasa yang sudah berkeluarga.

Gerakan Tari Salonreng sederhana dengan menggunakan properti selendang, dan mengenakan baju bodo dan sarung sutera. Iringan Tari Salonreng adalah gendang, serunai dan gong.

Sumber:
warisanbudaya.kemdikbud.go.id
disbudpar.sulselprov.go.id 

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Modus Penyelundupan Obat-obatan Daftar G Asal Surabaya ke Makassar
Modus Penyelundupan Obat-obatan Daftar G Asal Surabaya ke Makassar
Makassar
2.486 Pekerja Menganggur, PHK di Sulsel Nomor 6 Se-Indonesia: Industri Nikel Lesu?
2.486 Pekerja Menganggur, PHK di Sulsel Nomor 6 Se-Indonesia: Industri Nikel Lesu?
Makassar
Kejati Sulsel Selamatkan Kerugian Negara Rp 36,6 Miliar dari Kasus Korupsi Sepanjang 2025
Kejati Sulsel Selamatkan Kerugian Negara Rp 36,6 Miliar dari Kasus Korupsi Sepanjang 2025
Makassar
Menhan Sjafrie Ungkap 80 Persen Timah Indonesia Dibawa ke Luar Negeri Tanpa Pajak
Menhan Sjafrie Ungkap 80 Persen Timah Indonesia Dibawa ke Luar Negeri Tanpa Pajak
Makassar
Culik Dan Cabuli Bocah 10 Tahun, Residivis Di Gowa Ditembak Polisi
Culik Dan Cabuli Bocah 10 Tahun, Residivis Di Gowa Ditembak Polisi
Makassar
Menhan Sjafrie Soroti Bencana Sumatera-Aceh: Hutan Lindung Tak Dijaga, Perlu Militer Kuat
Menhan Sjafrie Soroti Bencana Sumatera-Aceh: Hutan Lindung Tak Dijaga, Perlu Militer Kuat
Makassar
Skandal Perselingkuhan Pejabat DPRD di Sulsel Mencuat dari Video Mantan Suami, PKB dan BK Bergerak
Skandal Perselingkuhan Pejabat DPRD di Sulsel Mencuat dari Video Mantan Suami, PKB dan BK Bergerak
Makassar
Realisasi Investasi Makassar Triwulan III 2025 Capai Rp 4 Triliun
Realisasi Investasi Makassar Triwulan III 2025 Capai Rp 4 Triliun
Makassar
Inggris Bantu Makassar Rancang Stadion hingga Integrasi Transportasi
Inggris Bantu Makassar Rancang Stadion hingga Integrasi Transportasi
Makassar
Sengketa Lahan 16 Hektar di Makassar Memanas, PT Hadji Kalla Siapkan Laporan Pemalsuan Dokumen
Sengketa Lahan 16 Hektar di Makassar Memanas, PT Hadji Kalla Siapkan Laporan Pemalsuan Dokumen
Makassar
GMTD Gugat PT Hadji Kalla Imbas Konflik Lahan, Sidang Perdana Dijadwalkan 9 Desember
GMTD Gugat PT Hadji Kalla Imbas Konflik Lahan, Sidang Perdana Dijadwalkan 9 Desember
Makassar
Viral Pria di Gowa Diseret Rombongan Pemotor, Diduga Pelaku Pemerkosaan
Viral Pria di Gowa Diseret Rombongan Pemotor, Diduga Pelaku Pemerkosaan
Makassar
Sekda Sulsel Ingatkan Kepala Sekolah: Jika Tak Mampu Jadi Manajer Talenta Global, Kembali Jadi Guru
Sekda Sulsel Ingatkan Kepala Sekolah: Jika Tak Mampu Jadi Manajer Talenta Global, Kembali Jadi Guru
Makassar
2 Nelayan Tersambar Petir di Perairan Makassar, Satu Tewas, Satu Kritis
2 Nelayan Tersambar Petir di Perairan Makassar, Satu Tewas, Satu Kritis
Makassar
Polemik PBNU, Cak Imin: Kelakuan PBNU Kecewakan Masyarakat NU
Polemik PBNU, Cak Imin: Kelakuan PBNU Kecewakan Masyarakat NU
Makassar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau