Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Disiapkan Tempat Pengungsian, Korban Erupsi Gunung Ruang Memilih Tinggal di Rumah Kerabat

Kompas.com, 2 Mei 2024, 21:35 WIB
Skivo Marcelino Mandey,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

MANADO, KOMPAS.com - Sebagian besar warga yang terdampak erupsi Gunung Ruang sudah mengungsi ke Kota Manado, Bitung, dan Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara (Sulut).

Namun, sebagian besar pengungsi memilih pergi ke rumah kerabat maupun keluarganya.

Hal ini disampaikan Gubernur Sulut Olly Dondokambey saat rapat koordinasi penanganan bencana erupsi Gunung Ruang bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) dan pihak terkait secara daring, Kamis (2/5/2024).

"Perlu diinfomasikan, dari 600-700 orang yang mengungsi ke Kota Manado, Bitung, dan Minahasa Utara, yang kami sudah siapkan tempat pengungisan hanya kurang lebih 25 orang yang menggunakan tempat pengungisan, selebihnya kembali ke rumah keluarga," kata Olly.

Baca juga: Penutupan Bandara Sam Ratulangi Manado Diperpanjang hingga Jumat 3 Mei 2024


Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Erupsi Merapi dan Kematian Mbah Maridjan

Dua kampung harus dikosongkan

Warga Tagulandang, Sitaro yang terdampak erupsi Gunung Ruang saat tiba di Pelabuhan Bitung, Kamis (18/4/2024).
Dokumentasi Basarnas Sitaro Warga Tagulandang, Sitaro yang terdampak erupsi Gunung Ruang saat tiba di Pelabuhan Bitung, Kamis (18/4/2024).

Meski demikian imbuhnya, rumah keluarga yang jadi tempat warga mengungsi diklaimnya terdata lengkap.

"Kita juga men-drop bahan-bahan bantuan baik dari pemerintah maupun sumbangan dari organisasi-organisasi, stakholder dan lain lain. Kita drop juga ke keluarga yang menampung para pengungsi," kata dia.

Selain itu, menurut Olly, situasi akibat erupsi Gunung Ruang sampai hari ini seluruh pengungsi bisa tertangani dengan baik.

"Artinya, yang mengungsi ke Pulau Siau evakuasinya berjalan dengan baik. Begitu juga yang mengungsi ke Kota Manado, Bitung, dan Minahasa Utara semua juga sampai hari ini tertangani dengan baik," klaimnya lagi.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Erupsi Merapi dan Kematian Mbah Maridjan

Dalam pernyataannya, Olly menegaskan, dua kampung yang ada di Gunung Ruang harus dikosongkan.

"Yang menjadi catatan bagi kami, bahwa dua kampung yang ada di Gunung Ruang itu sudah menjadi keputusan, saya kira daerah itu harus kita kosongkan. Artinnya, tidak lagi jadi tempat huni," tegasnya.

Terkait hal ini, pihaknya beberapa lalu sudah koordinasi dengan pemerintah pusat.

"Saya sudah koordinasi dengan Pak Menko PMK, Menteri Sekretaris Negara, bersama Menteri PUPR tapi kebetulan tidak ada hanya Sekjen, koordinasinya mereka sepakat untuk kita lakukan pemindahan dari dua dasa yang ada di Gunung Ruang, direlokasi," jelasnya.

Baca juga: Erupsi Merapi dan Sejarah Letusannya...

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulut sampai hari ini sudah berupaya mencari tempat untuk relokasi.

"Memang ada dua tempat yang kita pilih, pertama di Likupang, Minahasa Utara, dan kedua di Bolaang Mongondow Selatan berbatasan dengan Bolaang Mongondow Timur lokasinya," papar Olly.

Di wilayah itu banyak penduduk orang Siau (warga Sitaro). Komunitas warga Siau di sana kurang lebih ada 400-500 kepala keluarga (KK).

"Ini orang Siau semua. Jadi kalau kita relokasi mereka di daerah sini, ini sudah sesama orang Siau. Di sini memang daerah perikanan semua. Jadi para orang Siau yang ada di sana tempat pencariannya laut," kata Olly.

Pemerintah daerah akan membebaskan lahan tersebut untuk menjadi tempat mereka direlokasi. Mekanisme pembebasan lahan akan dilibatkan semua pihak terkait.

"Mekanisme pembebasan lahan ini saya minta Pak Kajati, Kapolda, dan BPKP yang akan menilai supaya lebih obyektif di lapangan kita lakukan. Itu langkah-langkah Pemerintah Provinsi dalam rangka melakukan relokasi," pungkasnya.

Baca juga: Mengenang Mbah Maridjan, Sang Juru Kunci Gunung Merapi

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Modus Penyelundupan Obat-obatan Daftar G Asal Surabaya ke Makassar
Modus Penyelundupan Obat-obatan Daftar G Asal Surabaya ke Makassar
Makassar
2.486 Pekerja Menganggur, PHK di Sulsel Nomor 6 Se-Indonesia: Industri Nikel Lesu?
2.486 Pekerja Menganggur, PHK di Sulsel Nomor 6 Se-Indonesia: Industri Nikel Lesu?
Makassar
Kejati Sulsel Selamatkan Kerugian Negara Rp 36,6 Miliar dari Kasus Korupsi Sepanjang 2025
Kejati Sulsel Selamatkan Kerugian Negara Rp 36,6 Miliar dari Kasus Korupsi Sepanjang 2025
Makassar
Menhan Sjafrie Ungkap 80 Persen Timah Indonesia Dibawa ke Luar Negeri Tanpa Pajak
Menhan Sjafrie Ungkap 80 Persen Timah Indonesia Dibawa ke Luar Negeri Tanpa Pajak
Makassar
Culik Dan Cabuli Bocah 10 Tahun, Residivis Di Gowa Ditembak Polisi
Culik Dan Cabuli Bocah 10 Tahun, Residivis Di Gowa Ditembak Polisi
Makassar
Menhan Sjafrie Soroti Bencana Sumatera-Aceh: Hutan Lindung Tak Dijaga, Perlu Militer Kuat
Menhan Sjafrie Soroti Bencana Sumatera-Aceh: Hutan Lindung Tak Dijaga, Perlu Militer Kuat
Makassar
Skandal Perselingkuhan Pejabat DPRD di Sulsel Mencuat dari Video Mantan Suami, PKB dan BK Bergerak
Skandal Perselingkuhan Pejabat DPRD di Sulsel Mencuat dari Video Mantan Suami, PKB dan BK Bergerak
Makassar
Realisasi Investasi Makassar Triwulan III 2025 Capai Rp 4 Triliun
Realisasi Investasi Makassar Triwulan III 2025 Capai Rp 4 Triliun
Makassar
Inggris Bantu Makassar Rancang Stadion hingga Integrasi Transportasi
Inggris Bantu Makassar Rancang Stadion hingga Integrasi Transportasi
Makassar
Sengketa Lahan 16 Hektar di Makassar Memanas, PT Hadji Kalla Siapkan Laporan Pemalsuan Dokumen
Sengketa Lahan 16 Hektar di Makassar Memanas, PT Hadji Kalla Siapkan Laporan Pemalsuan Dokumen
Makassar
GMTD Gugat PT Hadji Kalla Imbas Konflik Lahan, Sidang Perdana Dijadwalkan 9 Desember
GMTD Gugat PT Hadji Kalla Imbas Konflik Lahan, Sidang Perdana Dijadwalkan 9 Desember
Makassar
Viral Pria di Gowa Diseret Rombongan Pemotor, Diduga Pelaku Pemerkosaan
Viral Pria di Gowa Diseret Rombongan Pemotor, Diduga Pelaku Pemerkosaan
Makassar
Sekda Sulsel Ingatkan Kepala Sekolah: Jika Tak Mampu Jadi Manajer Talenta Global, Kembali Jadi Guru
Sekda Sulsel Ingatkan Kepala Sekolah: Jika Tak Mampu Jadi Manajer Talenta Global, Kembali Jadi Guru
Makassar
2 Nelayan Tersambar Petir di Perairan Makassar, Satu Tewas, Satu Kritis
2 Nelayan Tersambar Petir di Perairan Makassar, Satu Tewas, Satu Kritis
Makassar
Polemik PBNU, Cak Imin: Kelakuan PBNU Kecewakan Masyarakat NU
Polemik PBNU, Cak Imin: Kelakuan PBNU Kecewakan Masyarakat NU
Makassar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau