KOMPAS.com - Salah satu tradisi khas masyarakat suku Bugis di Sulawesi Selatan dikenal dengan sebutan Sigajang Laleng Lipa.
Tradisi Sigajang Laleng Lipa atau Sitobo Lalang Lipa ini disebut sebagai tradisi yang mengerikan karena jika dilakukan maka bisa merenggut nyawa pelakunya.
Baca juga: Mengenal Bissu dalam Budaya Bugis: Definisi, Sejarah, dan Gender
Walau begitu, tradisi baku tikam ini rupanya sangat terkait dengan cara suku Bugis dalam mempertahankan dan menjaga harga diri.
Dilansir dari laman resmi Pemerintah Kota Makassar, Sigajang Laleng Lipa dilakukan dengan cara berduel dalam satu sarung dengan menggunakan senjata berupa badik.
Baca juga: Lipa Sabbe, Sarung Sutera Khas Bugis dan Filosofi Motifnya
Dalam bahasa setempat Sigajang Laleng Lipa memang memiliki arti saling tikam dalam satu sarung.
Tidak heran jika tradisi ini terbilang ekstrem karena kedua pelaku akan menggunakan nyawa sebagai taruhannya.
Baca juga: 5 Tradisi Unik Suku Bugis, dari Mappalette Bola hingga Sigajang Laleng Lipa
Sebenarnya, tradisi Sigajang Laleng Lipa menjadi sebuah cara masyarakat suku Bugis untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan harga diri.
Tradisi ini menjadi jalan terakhir untuk menyelesaikan suatu perkara, terutama jika harga diri telah terenggut.
Sesuai adat istiadat suku Bugis yang menjunjung tinggi budaya siri’ (harga diri), tradisi ini berkaitan dengan petuah Bugis berbunyi “ade’ ri popuang, siri’ ri atuoang” yang berarti “adat dipertuhan, harga diri dipertuan”.
Hingga kemudian, Sigajang Laleng Lipa dilakukan untuk menentukan kebenaran atau menyelesaikan masalah bagi kedua pihak yang yang bersengketa.
Tradisi duel dengan menggunakan badik ini juga berkaitan dengan anggapan yaitu apabila badik telah keluar dari sarungnya maka pantang terselip di pinggang sebelum terhujam di tubuh lawan.
Dilansir dari laman Kemendikbud, menilik dari sejarahnya, sebenarnya dahulu Sigajang Laleng Lipa dilakukan bukan sekadar untuk membuktikan kejantanan si pemenang atau sebagai lambang kekuatan, tetapi juga menjadi sebuah seni.
Awalnya Sigajang Laleng Lipa hanya berupa permainan rakyat, meskipun akhirnya berakhir dengan kematian.
Seiring waktu, ada juga arung (bangsawan) yang juga menjadi passigajang. Akhirnya banyak juga arung yang mate sigajang.
Bukan hanya itu, Sigajang Laleng Lipa juga sebagai salah satu media menentukan kebenaran bagi mereka yang bersengketa.