LUWU UTARA, KOMPAS.com - Banjir yang merendam sejumlah kecamatan di Luwu Utara, Sulawesi Selatan, akibat jebolnya tanggul Sungai Rongkong masih merendam ruas jalan, permukiman warga dan lahan pertanian dan perkebunan hingga Jumat (26/4/2024) pagi.
Air masih belum surut sejak tiga hari belakangan karena hingga Jumat pagi ini Luwu masih diguyur hujan.
Di Kecamatan Baebunta, banjir masih menggenangi sejumlah wilayah, meski sebagian sudah mulai surut.
Baca juga: Pasangan Pengantin di Luwu Utara Tetap Gelar Resepsi Pernikahan di Tengah Banjir
Camat Baebunta, Andi Pawiseang mengatakan, ada 2 titik di Kecamatan Baebunta yang terdampak banjir yakni Desa Tarobok dan juga Desa Mario.
“Sebanyak 129 rumah terdampak banjir di 2 desa yaitu 79 di Desa Mario dan 50 di Desa Tarobok," kata Andi Pawiseang, Kamis (25/4/2024).
Menurut Andi Pawiseang, banjir yang terjadi pada Selasa (23/4/2024) dini hari membuat sejumlah fasilitas ibadah dan fasilitas kesehatan juga terendam banjir.
“Jembatan di Dusun Panggorok dan jembatan gantung penghubung desa di Dusun Salutuara, Desa Mario rusak berat akibat banjir,” ucap Andi Pawiseang.
Selain rumah warga dan fasilitas ibadah serta fasilitas kesehatan, banjir juga merendam sejumlah lahan pertanian dan perkebunan.
"Di Desa Tarobok sekitar 200 hektare persawahan dan 300 hektare perkebunan terdampak banjir. Sementara di Desa Mario 190 hektare lahan pertanian dan 210 hektare perkebunan juga terendam," ujar Andi Pawiseang.
“Untuk banjir yang merendam Desa Tarobok, kerugian yang dialami diperkirakan mencapai Rp 500 juta,” tambah Andi Pawiseang.
Baca juga: Dinas Pusdataru: Rawa Pening Bisa Jadi Long Storage Air Hujan, Solusi Banjir Pantura
Kepala Pelaksana badan penanggulangan bencana daerah (BPBD) Luwu Utara Muslim Muckhtar mengatakan, banjir terjadi akibat cuaca ekstrem dengan intensitas curah hujan yang cukup tinggi dan berdurasi lama.
“Kejadian ini adalah kejadian bencana hidrometeorologi yang diakibatkan oleh cuaca ekstrem, 3 hari berturut-turut hujan mengguyur Luwu Utara menyebabkan banjir, sehingga luapan air begitu besar, sehingga sungai-sungai yang ada tidak mampu menampung air yang akhirnya mencari tempat-tempat menyebar ke lahan pertanian, permukiman dan ruas jalan,” jelas Muslim Muckhtar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.