Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Disambut Tarian Perang dan Genderang Adat, Menteri Fadli Zon Jalani Prosesi Mopotilolo di Gorontalo

Kompas.com, 15 Oktober 2025, 17:53 WIB
Rosyid A Azhar ,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

GORONTALO, KOMPAS.com - Menteri Kebudayaan Fadli Zon disambut dengan prosesi adat Mopotilolo setibanya di Bandar Udara Djalaluddin Tantu, Kabupaten Gorontalo, Rabu (15/10/2025).

Ritual penyambutan yang penuh makna ini menandakan pejabat negara tersebut memperoleh restu dari masyarakat adat Gorontalo dan bebas bertugas di wilayah tersebut.

Prosesi ini secara khusus disiapkan bagi pejabat negara yang baru pertama kali menginjakkan kakinya di Bumi Gorontalo.

Dikutip dari keterangan resmi Kominfo Gorontalo, suasana penyambutan berlangsung khidmat. Pemangku adat U Duluwo Limo Lo Pohalaa memimpin prosesi, diiringi tabuhan dan tarian perang khas Gorontalo.

Baca juga: Festival Kuliner Tradisional di Nunukan Tampilkan Ragam Makanan Adat Perbatasan

Ritual Adat dari Lima Wilayah

Ketua Lembaga Adat Gorontalo, Abdullah Paneo, menjelaskan Mopotilolo merupakan tradisi penyambutan tamu negeri.

“Adat Mopotilolo adalah adat penyambutan tamu negeri yang baru pertama kali mengunjungi daerah kami, menyuguhi uang adat dengan jumlah tertentu dalam pomama atau kotak sirih pinang,” kata Abdullah Paneo dihubungi melalui telepon, Rabu (15/10/2025).

Ritual penyambutan ini dilaksanakan oleh para pemangku adat U Duluwo Limo Lo Pohalaa, yang merupakan representasi dari lima wilayah adat Gorontalo, yaitu adat Gorontalo, Limboto, Suwawa, Atinggola, dan Boalemo.

Para pemangku adat mengenakan baju warna adat, mengenakan penutup kepala yang disebut payungo, dan melingkarkan sarung di pinggang.

Setiap langkah rombongan Menteri diiringi sastra lisan Tujai yang berisi nasihat dan petuah dalam bahasa Gorontalo, dilantunkan suara tujai dengan iringan genderang.

Sesaat setelah Fadli Zon turun dari pesawat, tabuhan hantalo atau genderang adat dan tarian Longgo yang dikenal sebagai tarian perang khas Gorontalo, mengiringi kedatangan rombongan.

Para penari memegang banggo, senjata tradisional, yang dimainkan seiring dengan iringan tabuhan genderang.

Penutupan dengan Prosesi Restu Mongabi

Prosesi berlanjut hingga di ruang VIP bandara. Di tempat ini, Mopotilolo diawali dengan penyerahan persembahan adat, penyuguhan kue adat, hingga doa bersama untuk keselamatan rombongan.

Ritual kemudian ditutup dengan prosesi mongabi. Ini merupakan pernyataan resmi dari tokoh adat bahwa tamu yang disambut telah mendapat restu untuk berkunjung ke daerah ini.

Fadli Zon, yang disambut Gubernur Gorontalo Gusnar Ismail bersama Forum Koordinasi Pimpinan Daerah, terlihat sangat berkesan dan menghargai prosesi adat yang dijalani.

Filosofi Adat Mopotilolo

Abdullah Paneo menjelaskan filosofi di balik upacara adat Mopotilolo ini.

“Makna Tilolo adalah tamu diterima dan dihargai dalam lingkungan Adat Gorontalo, sehingga sangat wajar diberikan penghormatan kepadanya, juga menjaga hubungan yang baik dan keterbukaan antara penerima dan yang diterima,” ungkap Abdullah Paneo.

Abdullah Paneo menjelaskan bahwa mopotilolo juga bisa diberikan pada saat akan pelaksanaan acara adat penuh yangg dihadiri Tauwa atau Wuleya lo lipu (pemimpin negeri) sebagai bentuk penghargaan kehadiran mereka dalam hajatan adat.

Baca juga: Jejak Banon Prosesi Sekaten 8 Tahun Sekali

Agenda Kunjungan Menteri Kebudayaan

Dalam kunjungan kerjanya ke Gorontalo, Menteri Kebudayaan Fadli Zon memiliki agenda padat terkait pelestarian budaya dan sejarah.

Fadli Zon dijadwalkan meninjau Kantor Balai Pelestarian Kebudayaan Gorontalo, mengikuti dialog kebudayaan dengan akademisi dan pegiat budaya, meninjau Cagar Budaya Benteng Otanaha, mengunjungi Museum Popa-Eyato, makam Pahlawan Nasional Nani Wartabone, serta meninjau festival masyarakat Bajau di Timauta Kabupaten Boalemo.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Modus Penyelundupan Obat-obatan Daftar G Asal Surabaya ke Makassar
Modus Penyelundupan Obat-obatan Daftar G Asal Surabaya ke Makassar
Makassar
2.486 Pekerja Menganggur, PHK di Sulsel Nomor 6 Se-Indonesia: Industri Nikel Lesu?
2.486 Pekerja Menganggur, PHK di Sulsel Nomor 6 Se-Indonesia: Industri Nikel Lesu?
Makassar
Kejati Sulsel Selamatkan Kerugian Negara Rp 36,6 Miliar dari Kasus Korupsi Sepanjang 2025
Kejati Sulsel Selamatkan Kerugian Negara Rp 36,6 Miliar dari Kasus Korupsi Sepanjang 2025
Makassar
Menhan Sjafrie Ungkap 80 Persen Timah Indonesia Dibawa ke Luar Negeri Tanpa Pajak
Menhan Sjafrie Ungkap 80 Persen Timah Indonesia Dibawa ke Luar Negeri Tanpa Pajak
Makassar
Culik Dan Cabuli Bocah 10 Tahun, Residivis Di Gowa Ditembak Polisi
Culik Dan Cabuli Bocah 10 Tahun, Residivis Di Gowa Ditembak Polisi
Makassar
Menhan Sjafrie Soroti Bencana Sumatera-Aceh: Hutan Lindung Tak Dijaga, Perlu Militer Kuat
Menhan Sjafrie Soroti Bencana Sumatera-Aceh: Hutan Lindung Tak Dijaga, Perlu Militer Kuat
Makassar
Skandal Perselingkuhan Pejabat DPRD di Sulsel Mencuat dari Video Mantan Suami, PKB dan BK Bergerak
Skandal Perselingkuhan Pejabat DPRD di Sulsel Mencuat dari Video Mantan Suami, PKB dan BK Bergerak
Makassar
Realisasi Investasi Makassar Triwulan III 2025 Capai Rp 4 Triliun
Realisasi Investasi Makassar Triwulan III 2025 Capai Rp 4 Triliun
Makassar
Inggris Bantu Makassar Rancang Stadion hingga Integrasi Transportasi
Inggris Bantu Makassar Rancang Stadion hingga Integrasi Transportasi
Makassar
Sengketa Lahan 16 Hektar di Makassar Memanas, PT Hadji Kalla Siapkan Laporan Pemalsuan Dokumen
Sengketa Lahan 16 Hektar di Makassar Memanas, PT Hadji Kalla Siapkan Laporan Pemalsuan Dokumen
Makassar
GMTD Gugat PT Hadji Kalla Imbas Konflik Lahan, Sidang Perdana Dijadwalkan 9 Desember
GMTD Gugat PT Hadji Kalla Imbas Konflik Lahan, Sidang Perdana Dijadwalkan 9 Desember
Makassar
Viral Pria di Gowa Diseret Rombongan Pemotor, Diduga Pelaku Pemerkosaan
Viral Pria di Gowa Diseret Rombongan Pemotor, Diduga Pelaku Pemerkosaan
Makassar
Sekda Sulsel Ingatkan Kepala Sekolah: Jika Tak Mampu Jadi Manajer Talenta Global, Kembali Jadi Guru
Sekda Sulsel Ingatkan Kepala Sekolah: Jika Tak Mampu Jadi Manajer Talenta Global, Kembali Jadi Guru
Makassar
2 Nelayan Tersambar Petir di Perairan Makassar, Satu Tewas, Satu Kritis
2 Nelayan Tersambar Petir di Perairan Makassar, Satu Tewas, Satu Kritis
Makassar
Polemik PBNU, Cak Imin: Kelakuan PBNU Kecewakan Masyarakat NU
Polemik PBNU, Cak Imin: Kelakuan PBNU Kecewakan Masyarakat NU
Makassar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau