Editor
KOMPAS.com - Lembah Bada adalah sebuah kawasan di Taman Nasional Lore Lindu di Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah.
Lembah Bada adalah salah satu lokasi keberadaan situs megalitikum atau era batu besar dan beragam flora maupun fauna.
Situs megalitikum merupakan peninggalan yang berharga bagi kehidupan manusia.
Sebelum Taman Nasional Lore Lindu ditetapkan oleh UNESCO sebagai cagar biosfer di Indoensia pada tahun 1997, wilayah tersebut telah dihuni oleh penduduk.
Lembah Bada bagaikan kuali karena berada di tengah-tengah hutan lebat. Keberadaan hutan tidak ada cela sebagai bukti tidak ada perambahan hutan maupun areal kebun.
Sementara, kebun masyarakat berada jauh di luar kawasan konservasi.
Bagi pengunjung yang memasuki lembah Bada bagiakan memasuki mesin waktu. Banyak rumah tradisional suku setempat yang terbuat dari kayu.
Masyarakat lokal secara turun temurun menjaga kearifan lokal, salah satunya menjaga kelestarian hutan dan alam sekitarnya.
Baca juga: Palindo, Sang Penghibur dari Lembah Bada di Taman Nasional Lore Lindu
Masyarakat juga dilarang keras menebang pohon sembarangan dan membuka lahan untuk perkebunan.
Mereka menghargai hutan sebagai sumber kehidupan manusia, tumbuh-tumbuhan, dan berbagai jenis satwa termasuk satwa endemik, yaitu anoa, babi, dan rusa.
Peninggalan zaman megalitikum tersebar di sejumlah desa di Lembah Bada.
Pengunjung akan menemukan patung megalitikum yang berupa sarkofagus atau kalamba, polinesia, tempayan kubur, lumpang batu, rumah tambi dan buho (lumbung), batu dakon, umpak batu, peti kubur kayu (polumua), batu lesung, dan menhir (batu tegak).
Lelaki suku Lore subetnis To Bada berbincang di depan arca menhir Palindo di Lembah Bada, tepatnya di Padang Sepe, Desa Bewa, Kecamatan Lore Selatan, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, Jumat (30/8/2013), dalam kegiatan Ekspedisi Budaya Lembah Bada. Palindo adalah arca megalitik terbesar yang ada di Lembah Bada. Patung terbesar pada era megalitukum juga di temukan di Lembah Bada.
Patung tersebut bernama Patung Palindo yang memiliki tinggi 4,5 meter atau hampir tiga kali tubuh orang dewasa.
Bagian wajah Patung Palindo mempunyai bentuk khas, yaitu bentuk hidung segi empat dengan kontur garis kemudian melengkung ke atas menyambung dengan alis.