Di waktu yang sama, Belanda juga melancarkan serangan balik dengan mengerahkan 300 pasukan dari Ambon yang dipimpin oleh Mayor Beetjes untuk merebut kembali benteng Duurstede yang kemudian disebut dengan ekspedisi Beetjes yang dapat digagalkan oleh Kapiten Pattimura dan pasukannya.
Kemenangan dalam pertempuran lain juga didapatkan oleh Pattimura di sekitar pulau Seram, Hatawano, Hitu, Haruku, Waisisil dan Larike.
Pada tanggal 4 Juli 1817 sebuah armada kuat Belanda yang dipimpin Overste de Groot berangkat menuju Saparua dengan tugas menjalankan vandalisme.
Wilayah Hatawano dibumihanguskan dan Belanda memulai berbagai siasat termasuk berunding, serang mendadak, aksi vandalisme, dan adu domba yang dijalankan silih berganti.
Belanda juga melancarkan politik pengkhianatan terhadap Kapiten Pattimura dan para pembantunya.
Pada tanggal 11 November 1817 dengan didampingi beberapa orang pengkhianat, Letnan Pietersen berhasil menyergap Kapiten Pattimura dan Philips Latumahina saat berada di Siri Sori.
Dilansir dari buku Kapitan Pattimura (1985) karya I.O Nanulaitta, disebutkan bahwa Kapiten Pattimura dikhianati oleh raja Booi dari Saparua yang membocorkan informasi tentang strategi perang sehingga Belanda dengan mudah mampu merebut kembali Saparua.
Pada tanggal 16 Desember 1817, para tokoh pejuang yang ditangkap oleh Belanda yaitu Kapitan Pattimura, Anthony Rhebok, Philip Latumahina, dan Said Parintah pun harus berakhir di tiang gantungan di depan Benteng Nieuw Victoria, Kota Ambon.
Hal inilah menandai berakhirnya Perang Pattimura, sekaligus sebagai pengorbanan terakhir Kapiten Pattimura bagi bangsa dan negaranya.
Sumber: ditsmp.kemdikbud.go.id, kompas.com, gramedia.com
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.