Konsumsi kapurung pada malam hari biasa hanya dilakukan pada bulan puasa, selepas buka puasa. Namun makanan ini tidak digunakan sebagai menu sahur.
Baca juga: Cari Menu Buka Puasa? Coba Santap Kapurung
Masyarakat Takkalala umumnya juga tidak mengkonsumsi kapurung pada pagi hari atau sebagai sarapan.
Orang Lawu pantang makan kapurung yang sudah dingin dan keras. Mereka sangat mengutakan kesegaran makanan. Karena itu setiap makanan disajikan harus segera disantap.
Kapurung merupakan makanan yang jarang untuk kepentingan pesta. Pada dasarnya, makanan berbahan sagu jarang atau tidak pernah disajikan dalam pesta perkawinan maupun pesta lainnya.
Untuk acara pesta, masyarakat Desa Takkalala biasanya menghidangkan makanan berbahan pokok nasi.
Saat ini, kapurung telah mengalami proses transformasi nilai dari makanan rakyat jelata ke makanan para pejabat.
Dahulu masyarakat Desa Takkalala sangat risih menyantap kapurung di depan orang banyak, alhasil kapurung disembunyikan dari ruang publik.
Saat ini konteks tersebut berubah total masyarakat Desa Takkalala lebih sering menyuguhkan kapurung saat didatangi rombongan pejabat.
Acara saling mengundang untuk makan kapurung juga menjadi salah satu budaya masyarakat Desa Takkalala.
Baca juga: Resep Ikan Kuah Kuning Khas Papua, Sajian Pelengkap Papeda
Kapurung memiliki nilai gizi yang cukup lengkap. Berbagai macam sayuran yang disajikan bersama kapurung dapat memenuhi gizi yang dibutuhkan oleh tubuh manusia.
Ikan, daging ayam, dan udang menjadi sumber protein yang baik. Sedangkan, karbohidrat dapat diperoleh dalam kapurung yang nilainya lebih rendah daripada nasi. Sehingga, makanan ini dapat digunakan untuk menjaga berat badan.
Kapurung terdapat di sejumlah rumah makan di Makassar, yaitu:
1. Rumah Kiapurung
Lokasi: Jl Padang Raya Makassar
2. Warung Kapurung Marasa
Lokasi: Jl Perintis Kemerdekaan
3. Rumah Makan Aroma Luwu
Lokasi: Jl Rajawali 2