Gerakan berputar mengikuti arah jarum jam diibaratkan seperti siklus kehidupan manusia.
Penanda gerakan lainnya berupa gerakan naik turun tak ubahnya cerminan kehidupan.
Sedikit berbeda dengan tarian tradisional lainnya, Tari Pakarena memiliki aturanyang berlaku selama tarian berlangsung, yaitu penari tidak diperkenankan membuka mata terlalu lebar, begitupula dengan gerakan kakinya tidak boleh diangkat terlalu tinggi.
Setiap jenis Tari Pakarena memiliki pola iringan yang harus diketahui penari dan pemusik.
Baca juga: Kontestan Miss World Akan Bawakan Tari Kipas Cendana
Penyusunan iringan ditentukan oleh seorang sutradara yang disebut Anrong Guru.
Gerakan Tari Pakarena berpatokan pada penari terdepan Pauluang. Selain itu, judul dan
jenis Tari Pakarena sangat ditentukan oleh nyanyian dalam tari tersebut.
Iringan musik Tari Pakarena terlihat kontradiktif dengan gerakan tarinya
Pemusik akan bermain dengan sangat kencang dan keras. Suara musik ini terlihat pada pemain gendang yang menghentakkan sebagai alat musik membranofon dengan sangat energik dan bersemangat, secara sepintas suara yang terdengar tidak ada kaitannya dengan tarian.
Suara musik yang keras tersebut cerminan dari kaum pria masyarakat Sulawesi Selatan yang keras dan tegas.
Pemain gendang adalah pemimpin dari kelompok musik ini karena ia menentukan irama dan tempo dari jalannya suatu lagu.
Baca juga: 4 Tari Tradisional Kalimantan Selatan yang Masuk dalam Daftar Warisan Budaya Tak Benda
Ada dua jenis pukulan yang dikenal dalam tabuhan Gendang.
Instrumen lain yang terdapat dalam kelompok ini musik ini gong, katto-katto dan puik-puik. Khusus untuk pemain puik-puik (sejenis alat musik tiup menyerupai preret) harus memiliki keahlian meniup secara terus menerus (circular breathing) atau disebut juga dengan a'mai lalang.
Properti Tari Pakerana yang utama adalah kipas yang terkadang dilengkapi dengan selendang.
Baca juga: Bandara Yogyakarta Jadi Wisata Dadakan, Ada Panggung Tari Tradisional
Dahulu, kipas terbuat dari anyaman daun enau ataupun daun lontar, namun saat ini kipas semacam itu jarang ditemukan. (Editor: Serafica Gischa)
Sumber: isi-dps.ac.id, petabudaya.belajar.kemdikbud.go.id, dan kompas.com
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.