Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

275 Warga Pohuwato Gorontalo Terpapar Campak, Banyak Orangtua Tolak Vaksin

Kompas.com, 28 Agustus 2025, 19:02 WIB
Rosyid A Azhar ,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

GORONTALO, KOMPAS.com - Wabah campak yang menjangkit 275 orang di Kabupaten Pohuwato, Gorontalo, didominasi oleh anak-anak yang tidak pernah menerima imunisasi.

Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo pada Kamis (28/8/2025) mengungkap fakta bahwa lebih dari 60 persen penderita tidak memiliki riwayat vaksinasi campak sama sekali.

Roys Gunibala Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Pohuwato mengatakan, jumlah kasus campak di daerahnya sebanyak 275.

Angka ini berbeda dengan jumlah yang dikeluarkan Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo yang sebesar 281 kasus.

Roys juga mengatakan penyebaran penyakit ini paling banyak di 3 kecamatan, yaitu di Kecamatan Marisa, Buntulia dan Duhiadaa.

Baca juga: 144 Pasien Positif Campak, Suspek Naik Capai 305 Kasus di Pamekasan

Petugas kesehatan Kabupaten Pohuwato mengalami kendala dalam melakukan imunisasi campak kepada anak-anak, mereka mendapat penolakan dari orang tua.

“Kendalanya di pemberian kejar imunisasi adalah penolakan dari orang tua,” kata Roys, Kamis (28/8/2025).

Meski mendapat penolakan warga, Roys mengaku akan terus berupaya untuk mengedepankan pendekatan meski harus berulang kali mendatangi orang tua.

Menurut Roys penularan penyakit campak ini sangat dipengaruhi oleh imunitas tubuh. Solusi yang bisa dilaksanakan oleh instansinya saat ini adalah dengan program kejar vaksin imunitas terhadap anak-anak.

Selain pendekatan persuasif Dinas Kesehatan Pohuwato juga mengintensifkan imunisasi di wilayah yang terdampak kasus campak. Puskemas bersama kader kesehatan dan Dinas Kesehatan juga melakukan sosialisasi ke daerah.

“Untuk status kejadian luar biasa (KLB) itu masih ditetapkan di tiga wilayah Puskemas, itupun masih berstatus pelaporan mingguan (W1),” ujar Roys.

Baca juga: 281 Kasus Suspek Campak Tercatat di Pahuwato Gorontalo, Sebagian Besar Penderita Belum Diimunisasi

Sebelumnya diberitakan di Kabupaten Pohuwato terdapat 281 kasus suspek campak sejak Januari hingga Agustus 2025.

Dari 281 kasus ini sebagian besar terjadi pada kelompok usia 1–4 tahun atau 55 persen. Disusul kelompok usia 5–9 tahun sebanyak 27 persen, bayi di bawah 1 tahun sebanyak 10 persen, serta kelompok usia di atas 10 tahun sekitar 8 persen.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo Anang S Otoluwa mengungkapka bahwa lebih dari 60 persen penderita campak di Pohuwato dilaporkan tidak pernah mendapatkan imunisasi campak, sedangkan hanya 6 persen yang tercatat telah menerima imunisasi satu kali atau lebih.

Anang juga mengungkapkan sejumlah kasus campak disertai komplikasi, seperti pneumonia, diare, hingga infeksi paru-paru.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Bupati Luwu Timur Umrah di Tengah Larangan Kepala Daerah Lakukan Perjalanan ke Luar Negeri
Bupati Luwu Timur Umrah di Tengah Larangan Kepala Daerah Lakukan Perjalanan ke Luar Negeri
Makassar
Modus Penyelundupan Obat-obatan Daftar G Asal Surabaya ke Makassar
Modus Penyelundupan Obat-obatan Daftar G Asal Surabaya ke Makassar
Makassar
2.486 Pekerja Menganggur, PHK di Sulsel Nomor 6 Se-Indonesia: Industri Nikel Lesu?
2.486 Pekerja Menganggur, PHK di Sulsel Nomor 6 Se-Indonesia: Industri Nikel Lesu?
Makassar
Kejati Sulsel Selamatkan Kerugian Negara Rp 36,6 Miliar dari Kasus Korupsi Sepanjang 2025
Kejati Sulsel Selamatkan Kerugian Negara Rp 36,6 Miliar dari Kasus Korupsi Sepanjang 2025
Makassar
Menhan Sjafrie Ungkap 80 Persen Timah Indonesia Dibawa ke Luar Negeri Tanpa Pajak
Menhan Sjafrie Ungkap 80 Persen Timah Indonesia Dibawa ke Luar Negeri Tanpa Pajak
Makassar
Culik Dan Cabuli Bocah 10 Tahun, Residivis Di Gowa Ditembak Polisi
Culik Dan Cabuli Bocah 10 Tahun, Residivis Di Gowa Ditembak Polisi
Makassar
Menhan Sjafrie Soroti Bencana Sumatera-Aceh: Hutan Lindung Tak Dijaga, Perlu Militer Kuat
Menhan Sjafrie Soroti Bencana Sumatera-Aceh: Hutan Lindung Tak Dijaga, Perlu Militer Kuat
Makassar
Skandal Perselingkuhan Pejabat DPRD di Sulsel Mencuat dari Video Mantan Suami, PKB dan BK Bergerak
Skandal Perselingkuhan Pejabat DPRD di Sulsel Mencuat dari Video Mantan Suami, PKB dan BK Bergerak
Makassar
Realisasi Investasi Makassar Triwulan III 2025 Capai Rp 4 Triliun
Realisasi Investasi Makassar Triwulan III 2025 Capai Rp 4 Triliun
Makassar
Inggris Bantu Makassar Rancang Stadion hingga Integrasi Transportasi
Inggris Bantu Makassar Rancang Stadion hingga Integrasi Transportasi
Makassar
Sengketa Lahan 16 Hektar di Makassar Memanas, PT Hadji Kalla Siapkan Laporan Pemalsuan Dokumen
Sengketa Lahan 16 Hektar di Makassar Memanas, PT Hadji Kalla Siapkan Laporan Pemalsuan Dokumen
Makassar
GMTD Gugat PT Hadji Kalla Imbas Konflik Lahan, Sidang Perdana Dijadwalkan 9 Desember
GMTD Gugat PT Hadji Kalla Imbas Konflik Lahan, Sidang Perdana Dijadwalkan 9 Desember
Makassar
Viral Pria di Gowa Diseret Rombongan Pemotor, Diduga Pelaku Pemerkosaan
Viral Pria di Gowa Diseret Rombongan Pemotor, Diduga Pelaku Pemerkosaan
Makassar
Sekda Sulsel Ingatkan Kepala Sekolah: Jika Tak Mampu Jadi Manajer Talenta Global, Kembali Jadi Guru
Sekda Sulsel Ingatkan Kepala Sekolah: Jika Tak Mampu Jadi Manajer Talenta Global, Kembali Jadi Guru
Makassar
2 Nelayan Tersambar Petir di Perairan Makassar, Satu Tewas, Satu Kritis
2 Nelayan Tersambar Petir di Perairan Makassar, Satu Tewas, Satu Kritis
Makassar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau