Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyebab Perang Pattimura (1817)

Kompas.com - 13/05/2023, 19:18 WIB
Puspasari Setyaningrum

Editor

KOMPAS.com - Perang Pattimura (1817) adalah peristiwa sejarah yang terjadi di Maluku sebagai bentuk perlawanan rakyat terhadap VOC atau serikat dagang milik Belanda.

Pada pada tahun 1814, VOC datang untuk menguasai Maluku yang merupakan surga rempah-rempah.

Hal ini terjadi setelah Inggris menandatangani perjanjian traktat London dengan menyerahkan wilayah kekuasaan Indonesia kepada Belanda.

Baca juga: Sejarah Perang Pattimura: Tokoh, Penyebab, Kronologi, dan Dampak

Sebelumnya, Maluku memang sudah menjadi wilayah yang diperebutkan oleh bangsa-bangsa Eropa seperti Inggris, Belanda, Spanyol dan Portugis.

Bangsa Eropa mencoba memperebutkan kekuasaan dagang di wilayah tersebut karena tergiur dengan kekayaan rempah-rempah seperti cengkeh dan pala.

Baca juga: 5 Upacara Adat dari Maluku, dari Tradisi Sasi hingga Obor Pattimura

Kedatangan VOC sama sekali tidak mendatangkan keuntungan bagi rakyat Maluku, namun justru membawa kesengsaraan yang memicu perlawanan terhadap Belanda.

Di bawah komando Thomas Matulessy atau dikenal dengan nama Kapitan Pattimura, perlawanan rakyat Maluku terhadap Belanda ini kemudian dikenal dengan Perang Pattimura.

Baca juga: Benteng Duurstede, Saksi Bisu Perlawanan Kapitan Pattimura yang Menjadi Destinasi Wisata Sejarah

Penyebab Perang Pattimura

Dalam buku Sejarah Nasional: Ketika Nusantara Berbicara (2017) yang ditulis Joko Darmawan, disebutkan beberapa alasan munculnya perlawanan masyarakat Maluku terhadap Belanda pada 1817.

Berikut adalah beberapa penyebab meletusnya Perang Pattimura pada tahun 1817.

  • Semakin diperketatnya kebijakan monopoli perdagangan, Pelayaran Hongi, dan kerja paksa, yang membuat rakyat Maluku semakin menderita.
  • Pemerintah kolonial berencana menghapus sekolah-sekolah desa dan memberhentikan guru untuk menghemat anggaran.
  • Rakyat dipaksa menyediakan garam, ikan asin, dan kopi bagi kapal-kapal perang Belanda yang berlabuh di Ambon.
  • Belanda menurunkan harga hasil bumi, sementara pembayarannya cenderung ditunda-tunda.
  • Adanya paksaan bagi para pemuda untuk menjadi serdadu Belanda di luar Maluku.
  • Adanya permasalahan dalam peredaran uang kertas yang menggantikan uang logam, sehingga semakin mempersulit kehidupan rakyat.
  • Adanya sikap arogan dan sewenang-wenang dari Residen Saparua, Van den Berg yang membawa kesengsaraan bagi rakyat Maluku dengan memberlakukan kembali kerja paksa yang sebelumnya dihapus pemerintah Inggris.

Kronologi Perang Pattimura

Atas berbagai tindakan yang membuat rakyat sengsara itu, rakyat Maluku mulai membuat beberapa pertemuan untuk membahas strategi perlawanan terhadap Belanda.

Dalam pertemuan 14 Mei 1817, rakyat Maluku mengangkat Thomas Matulessy, seorang bekas tentara Korps Ambon sebagai pemimpin pergerakan dengan sebutan Kapitan Pattimura.

Thomas Matulessy kemudian memilih beberapa orang untuk membantunya yaitu Anthoni Rhebok, Philips Latimahina, Lucas Selano, Arong Lisapafy, Melchior Kesaulya dan Sarassa Sanaki, Christina Martha Tiahahu, dan Paulus Tiahahu.

Pada 15 Mei 1817, Kapiten Pattimura bersama Philips Latumahina, Lucas Selano dan pasukannya memulai operasi penyerangan ke pos-pos dan benteng Belanda di Saparu.

Dalam operasi yang dikenal dengan Perang Saparua itu, rakyat Maluku berhasil merebut benteng Duurstede dan menewaskan kepala residen Saparua yaitu Van den Berg beserta pasukannya.

Pada tanggal 20 Mei 1817, diadakan rapat raksasa di Haria untuk mengadakan pernyataan kebulatan tekad melanjutkan perjuangan melawan Belanda yang dikenal dengan nama Proklamasi Portho Hari

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Calon Jemaah Haji Polewali Mandar Diberi 3 Tanda Pengenal Dilengkapi Barcode, Ini Tujuannya

Calon Jemaah Haji Polewali Mandar Diberi 3 Tanda Pengenal Dilengkapi Barcode, Ini Tujuannya

Makassar
Hendak Tangkap Pelaku Tawuran, Polisi di Makassar Malah Diserang Parang

Hendak Tangkap Pelaku Tawuran, Polisi di Makassar Malah Diserang Parang

Makassar
Prakiraan Cuaca Makassar Hari Ini Jumat 10 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Makassar Hari Ini Jumat 10 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Makassar
Persiapan PPIH Embarkasi Makassar Layani Jemaah Haji 99 Persen

Persiapan PPIH Embarkasi Makassar Layani Jemaah Haji 99 Persen

Makassar
Dilanda Banjir dan Longsor, BPBD Pinrang Tetapkan Status Siaga Bencana

Dilanda Banjir dan Longsor, BPBD Pinrang Tetapkan Status Siaga Bencana

Makassar
Banjir Bandang di Pinrang Diduga karena Pembukaan Lahan Besar-besaran

Banjir Bandang di Pinrang Diduga karena Pembukaan Lahan Besar-besaran

Makassar
Dilaporkan Kaki Terkilir, Seorang Pendaki di Gunung Lompobattang Dievakuasi

Dilaporkan Kaki Terkilir, Seorang Pendaki di Gunung Lompobattang Dievakuasi

Makassar
Diduga Kelelahan Saat Ikuti Bimtek, Kades di Sulsel Ditemukan Tewas

Diduga Kelelahan Saat Ikuti Bimtek, Kades di Sulsel Ditemukan Tewas

Makassar
Prakiraan Cuaca Makassar Hari Ini Kamis 9 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Makassar Hari Ini Kamis 9 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Makassar
Sederet Fakta Oknum TNI AL Tembak 2 Remaja di Makassar, 1 Korban Tewas

Sederet Fakta Oknum TNI AL Tembak 2 Remaja di Makassar, 1 Korban Tewas

Makassar
Buaya Muara Sepanjang 3,6 Meter Dievakuasi di Bolaang Mongondow

Buaya Muara Sepanjang 3,6 Meter Dievakuasi di Bolaang Mongondow

Makassar
Korban Longsor Desa Buntu Sarek Latimojong Luwu Pilih Jalan Kaki untuk Mengungsi

Korban Longsor Desa Buntu Sarek Latimojong Luwu Pilih Jalan Kaki untuk Mengungsi

Makassar
Dinyatakan Sembuh, 40 Balita yang Keracunan Bubur di Majene Dipulangkan

Dinyatakan Sembuh, 40 Balita yang Keracunan Bubur di Majene Dipulangkan

Makassar
Cerita Warga, Detik-detik Remaja di Makassar Tewas Ditembak Oknum TNI AL

Cerita Warga, Detik-detik Remaja di Makassar Tewas Ditembak Oknum TNI AL

Makassar
Begini Sosok Anggota TNI AL yang Tembak 2 Remaja di Mata Tetangga

Begini Sosok Anggota TNI AL yang Tembak 2 Remaja di Mata Tetangga

Makassar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com