Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dituduh Tumbalkan Pasiennya, Dukun di Jeneponto Diamuk Warga hingga Alami Luka Bacok

Kompas.com, 17 Mei 2022, 14:32 WIB
Abdul Haq ,
Dita Angga Rusiana

Tim Redaksi

JENEPONTO, KOMPAS.com - Wanita berinisial EC (45), yang berprofesi sebagai dukun menjadi sasaran amukan warga lantaran dituduh menumbalkan dua nyawa pasiennya. Selain menganiaya dengan senjata tajam, warga juga mengobrak-abrik rumah EC di Kelurahan Balang, Kecamatan Binamu, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan (Sulsel). 

Kejadian ini berawal pada Sabtu (14/5/2022), seorang pria bernama Samani (58) dan istrinya, Bulaeng (58), warga Dusun Karampangpaja, Desa Borongtala, Kecamatan Tamalatea, Kabupaten Jeneponto mendatangi kediaman EC untuk berobat.

Namun, saat tiba di rumah EC, Samani langsung muntah darah dan meninggal dunia saat dilarikan ke rumah sakit. Kemudian pada Senin, (16/5/2022) pukul 06:00 WITA, giliran Bulaeng tiba-tiba meninggal dunia.

Baca juga: Polisi Buru Pelaku Penganiayaan yang Tewaskan 2 Orang di Sleman

Atas peristiwa ini, pihak keluarga Samani dan Bulaeng menduga kematian pasangan suami istri ini karena menjadi tumbal praktik dukun EC. Akhirnya puluhan warga pun menggeruduk rumah EC. 

"Tak lama kemudian puluhan warga menyerang rumah sang dukun," kata Paur Humas Polres Jeneponto Aiptu Suryanto yang berhasil dikonfirmasi Kompas.com melalui sambungan telepon pada Selasa, (17/5/2022).

Akibat dari peristiwa ini EC menjadi bersama anaknya, MI (20) menjadi korban penganiayaan sebelum akhirnya berhasil dievakuasi oleh petugas.  EC dan MI kini mendapatkan perawatan medis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Lanto Daeng Pasewang dengan luka bacokan di beberapa bagian tubuh.

Polisi masih melakukan penyelidikan terkait dengan para pelaku penyerangan yang diduga keluarga Samani dan Bulaeng. Pasalnya, selain menganiaya EC dan MI, para pelaku penyerangan juga merusak properti milik EC.

"Pelaku penyerangan masih dalam penyelidikan dan dalam hal ini ada dua orang yang menjadi korban yakni dukun tradisional dan anak lelakinya" kata Aiptu Suryanto.

EC saat dikonfirmasi oleh Kompas.com mengakui bahwa dirinya memang menjalankan praktik pengobatan tradisional sejak dua bulan terakhir. Namun dia mengungkapkan tak terlibat dengan kematian Samani dan istrinya.

"Memang dua bulan terakhir ini banyak orang yang datang ke rumah berobat dan alhamdulilah sudah banyak pasien saya yang sembuh. Terkait kematian korban saya tidak terlibat apalagi saya dituduh menumbalkan keduanya. Lagian saat datang suaminya belum sempat masuk ke dalam rumah dan tiba tiba muntah darah. Bahkan saya sempat antar mereka ke Puskesmas" kata EC.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Modus Penyelundupan Obat-obatan Daftar G Asal Surabaya ke Makassar
Modus Penyelundupan Obat-obatan Daftar G Asal Surabaya ke Makassar
Makassar
2.486 Pekerja Menganggur, PHK di Sulsel Nomor 6 Se-Indonesia: Industri Nikel Lesu?
2.486 Pekerja Menganggur, PHK di Sulsel Nomor 6 Se-Indonesia: Industri Nikel Lesu?
Makassar
Kejati Sulsel Selamatkan Kerugian Negara Rp 36,6 Miliar dari Kasus Korupsi Sepanjang 2025
Kejati Sulsel Selamatkan Kerugian Negara Rp 36,6 Miliar dari Kasus Korupsi Sepanjang 2025
Makassar
Menhan Sjafrie Ungkap 80 Persen Timah Indonesia Dibawa ke Luar Negeri Tanpa Pajak
Menhan Sjafrie Ungkap 80 Persen Timah Indonesia Dibawa ke Luar Negeri Tanpa Pajak
Makassar
Culik Dan Cabuli Bocah 10 Tahun, Residivis Di Gowa Ditembak Polisi
Culik Dan Cabuli Bocah 10 Tahun, Residivis Di Gowa Ditembak Polisi
Makassar
Menhan Sjafrie Soroti Bencana Sumatera-Aceh: Hutan Lindung Tak Dijaga, Perlu Militer Kuat
Menhan Sjafrie Soroti Bencana Sumatera-Aceh: Hutan Lindung Tak Dijaga, Perlu Militer Kuat
Makassar
Skandal Perselingkuhan Pejabat DPRD di Sulsel Mencuat dari Video Mantan Suami, PKB dan BK Bergerak
Skandal Perselingkuhan Pejabat DPRD di Sulsel Mencuat dari Video Mantan Suami, PKB dan BK Bergerak
Makassar
Realisasi Investasi Makassar Triwulan III 2025 Capai Rp 4 Triliun
Realisasi Investasi Makassar Triwulan III 2025 Capai Rp 4 Triliun
Makassar
Inggris Bantu Makassar Rancang Stadion hingga Integrasi Transportasi
Inggris Bantu Makassar Rancang Stadion hingga Integrasi Transportasi
Makassar
Sengketa Lahan 16 Hektar di Makassar Memanas, PT Hadji Kalla Siapkan Laporan Pemalsuan Dokumen
Sengketa Lahan 16 Hektar di Makassar Memanas, PT Hadji Kalla Siapkan Laporan Pemalsuan Dokumen
Makassar
GMTD Gugat PT Hadji Kalla Imbas Konflik Lahan, Sidang Perdana Dijadwalkan 9 Desember
GMTD Gugat PT Hadji Kalla Imbas Konflik Lahan, Sidang Perdana Dijadwalkan 9 Desember
Makassar
Viral Pria di Gowa Diseret Rombongan Pemotor, Diduga Pelaku Pemerkosaan
Viral Pria di Gowa Diseret Rombongan Pemotor, Diduga Pelaku Pemerkosaan
Makassar
Sekda Sulsel Ingatkan Kepala Sekolah: Jika Tak Mampu Jadi Manajer Talenta Global, Kembali Jadi Guru
Sekda Sulsel Ingatkan Kepala Sekolah: Jika Tak Mampu Jadi Manajer Talenta Global, Kembali Jadi Guru
Makassar
2 Nelayan Tersambar Petir di Perairan Makassar, Satu Tewas, Satu Kritis
2 Nelayan Tersambar Petir di Perairan Makassar, Satu Tewas, Satu Kritis
Makassar
Polemik PBNU, Cak Imin: Kelakuan PBNU Kecewakan Masyarakat NU
Polemik PBNU, Cak Imin: Kelakuan PBNU Kecewakan Masyarakat NU
Makassar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau