Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pulau Kalao Toa Ambles akibat Gempa 7,4 M di NTT, Ahli Geologi Unhas Minta Dilakukan Mitigasi

Kompas.com - 16/02/2022, 12:55 WIB
Hendra Cipto,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

MAKASSAR, KOMPAS.com – Kepala Pusat Studi Kebencanaan Universitas Hasanuddin (Unhas), Adi Maulana meminta agar dilakukan mitigasi terkait gempa bumi di Laut Flores, Nusa Tenggara Timur (NNT), yang berdampak besar hingga ke Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan.

Menurut Adi, amannya dilakukan mitigasi kegempaan di Kabupaten Kepulauan Selayar sejak awal agar bisa dilakukan antisipasi jika terjadi gempa. Sehingga, masyarakat di wilayah tersebut bisa tahu apa yang mesti dilakukan jika adanya peringatan dini.

“Harus dilakukan mitigasi, supaya peringatan dini nya di daerah tersebut juga segera terbangun. Sehingga masyarakat bisa bersiap jika gempa bumi terjadi. Apalagi kalau gempa bumi sudah pernah terjadi, tentu akan terjadi gempa selanjutnya yang enap kapan terjadi lagi,” kata dia.

Baca juga: Pasca-gempa 7,4 M di NTT, Sebagian Pulau Kalao Toa di Selayar Ambles 1,5 Meter

Adi Maulana menjelaskan, ada mitigasi yang selama ini diberlakukan, yakni mitigasi struktural dan non-struktural. Mitigasi struktural itu seperti aturan-aturan bangunan, misalnya masyarakat tidak berdomisili di dekat pantai atau ada zonasi aman.

Termasuk juga warning sistem atau peringatan dini, jika terjadi gempa bumi apa masyarakat yang harus lakukan.

“Masyarakat di Selayar itu, informasinya atau aksesnya masih terbatas dan tidak ada informasi dari BMKG yang memang berwenang soal titik gempa bumi. Mereka ini memang di tengah laut, ditakutkan kalau ditengah laut dan gempanya terjadi secara vertikal, tentunya akan memicu terjadinya tsunami,” ujarnya.

Adi Maulana menilai, sebenarnya Selayar dan di sekitarnya itu memang masih daerah bagian dari patahan-patahan yang ada di Pulau Sulawesi maupun di Laut Flores bagian selatan. Jadi memang di Selayar ada patahan-patahan aktif belum banyak dilakukan mitigasi.

“Jadi wajar baru sekarang terdeteksi semacam patahan. Kalau dilihat secara regional bagian-bagian dari Kepulauan Selayar, itu memang ada hubungannya dengan patahan-patahan yang ada di Pulau Sulawesi dan juga di Laut Flores serta Pulau Flores,” jelasnya.

Adi Maulana menerangkan, patahan-patahan itu sebenarnya akan aktif jika ada pergerakan-pergerakan lempeng bumi. Kalau semacam dia lebih dekat dengan titik gempa atau titik fokus terjadi, kerusakan yang cukup besar akan ditimbulkan.

Baca juga: Tulang Ikan Raksasa Ditemukan Terdampar di Kepulauan Selayar Pasca-Gempa M 7,4 di NTT

“Tergantung nanti dari mana fokus gempanya, apakah titik gempanya jauh atau relatif dekat. Itu nanti dilihat ada jalur gempa yang sebenarnya harus dilakukan mitigasi, pasca gempa sebelumnya terjadi. Karena kita tidak akan pernah tau kapan akan terjadinya gempa,” paparnya.

Adi Maulana menilai wajar sering terjadi gempa-gempa susulan kecil pasca gempa besar terjadi. Karena biasanya kecenderungan menuju kepada keseimbangan, sehingga energi-energi yang belum lepas itu akan dilepaskan secara perlahan hingga kemudian lempeng bumi menjadi stabil.

“Ini memang wajar sudah ada gempa besar apalagi di atas skala 6 richter yang kemudian diikuti gempa-gempa kecil sampai kembali stabil. Ya mungkin sekitar 2 atau 3 bulan biasanya masih sering terasa sampai betul-betul habis yang kemudian akumulasi untuk gempa selanjutnya. Nanti kemudian sejalan dengan waktu, jika ada pergerakan lempeng bumi lagi di sekitarnya akan terakumulasi lagi. Kalau misalnya daerah tersebut atau bebatuan disitu tidak mampu lagi untuk mengakomodasi tenaga yang terkumpul dan dilepaskan itu akan menjadi gempa bumi besar lagi,” bebernya.

Saat ditanya soal amlasnya Pulau Kalao Toa di Selayar hingga 1,5 meter, Adi Maulana mengaku penurunan tanah itu hal wajar imbas dari pergerakan atau bagian-bagian tertentu. Hal itu tergantung dari besaran magnitudo yang masa akan datang.

“Jadi kalau ada gempa besar lagi, maka akan ambles lagi. Ya memang harus dilakukan mitigasi sejak awal agar daerah-daerah mana saja jika terjadi gempa bumi dan ambles tanahnya,” tandasnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Longsor Terjang Toraja Utara, 8 Orang Tertimbun Saat Hendak ke Acara Rambu Solo’

Longsor Terjang Toraja Utara, 8 Orang Tertimbun Saat Hendak ke Acara Rambu Solo’

Makassar
Prakiraan Cuaca Makassar Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Makassar Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Makassar
Viral, Video 2 Bocah di Makassar Berbuat Asusila di Area Perkuburan

Viral, Video 2 Bocah di Makassar Berbuat Asusila di Area Perkuburan

Makassar
Video Viral Perempuan Ngamuk Ludahi Petugas Dishub Saat Mobilnya Digembok

Video Viral Perempuan Ngamuk Ludahi Petugas Dishub Saat Mobilnya Digembok

Makassar
Kejari Palopo Tetapkan 2 Tersangka Pengadaan Mobil Bodong Dinas Lingkungan Hidup

Kejari Palopo Tetapkan 2 Tersangka Pengadaan Mobil Bodong Dinas Lingkungan Hidup

Makassar
Bukan Habitatnya, BKSDA Evakuasi Penyu dari Kolam Kotamara Baubau

Bukan Habitatnya, BKSDA Evakuasi Penyu dari Kolam Kotamara Baubau

Makassar
3 Hari Dilanda Banjir, 129 Rumah Terendam di Kecamatan Baebunta Luwu Utara

3 Hari Dilanda Banjir, 129 Rumah Terendam di Kecamatan Baebunta Luwu Utara

Makassar
Sopir Truk Ditemukan Tak Bernyawa di Pelabuhan Ferry Baubau, Polisi: Ada Riwayat Stroke

Sopir Truk Ditemukan Tak Bernyawa di Pelabuhan Ferry Baubau, Polisi: Ada Riwayat Stroke

Makassar
Prakiraan Cuaca Makassar Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Berawan

Prakiraan Cuaca Makassar Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Berawan

Makassar
Warga Makassar Temukan Kardus Berisi Bayi Perempuan di Depan Warung

Warga Makassar Temukan Kardus Berisi Bayi Perempuan di Depan Warung

Makassar
Buron 2 Bulan, Pria yang Melempar Bom Molotov ke Ayah dan Adik Ditangkap

Buron 2 Bulan, Pria yang Melempar Bom Molotov ke Ayah dan Adik Ditangkap

Makassar
Pengiriman Emas Batangan 10 Kg Diduga Hasil PETI Digagalkan di Bandara Sam Ratulangi Manado

Pengiriman Emas Batangan 10 Kg Diduga Hasil PETI Digagalkan di Bandara Sam Ratulangi Manado

Makassar
Antisipasi Penyakit Jembrana, Pemprov Gorontalo Perketat Wilayah Perbatasan dengan Sulteng

Antisipasi Penyakit Jembrana, Pemprov Gorontalo Perketat Wilayah Perbatasan dengan Sulteng

Makassar
Motif Penganiayaan Bocah SMP di Makassar, Pelaku Sakit Hati Sering Dipalak dan Diejek

Motif Penganiayaan Bocah SMP di Makassar, Pelaku Sakit Hati Sering Dipalak dan Diejek

Makassar
Terungkap, Manusia Silver, Pengemis, dan Badut-Badut di Kota Makassar Beromzet hingga Rp 1 Juta per Hari

Terungkap, Manusia Silver, Pengemis, dan Badut-Badut di Kota Makassar Beromzet hingga Rp 1 Juta per Hari

Makassar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com