POLEWALI MANDAR, KOMPAS.com – Kisah seorang ibu muda bernama Masita dari Kecamatan Tutar, Polewali Mandar, Sulawesi Barat, menyentuh hati publik setelah videonya viral di media sosial.
Dalam rekaman itu, Masita terlihat nekat menantang derasnya arus luapan Sungai Mapi yang meluap, demi bisa pulang ke rumahnya sambil membawa susu untuk bayinya yang masih menyusu.
Keberanian itu bukan sekadar aksi nekat, melainkan bentuk kasih seorang ibu yang rela mempertaruhkan nyawa demi kebutuhan buah hatinya.
Warganet pun ramai-ramai memberi dukungan dan menyebut Masita sebagai simbol ketabahan seorang ibu di tengah bencana.
Masita yang ditemui di rumahnya di pelosok desa di Kecamatan Tubbitaramanu mengaku tindakan nekatnya itu dipicu rasa khawatir akan kondisi bayi yang ia tinggalkan saat pergi belanja kebutuhan rumah tangga, termasuk susu untuk bayinya.
“Mulanya saya ke seberang sungai membeli kebutuhan hidup dan susu untuk anak saya di warung, tiba-tiba sungai meluap. Sempat saya berniat menunggu banjir surut baru menyebrang sungai, tapi tiba-tiba saya kepikiran bayi yang saya tinggalkan di rumah. Karena itulah saya berusaha pulang agar bisa merawat anak saya,” tutur Masita, Jumat (20/9/2025).
Baca juga: Perjuangan Basarnas dan Polisi Selamatkan Sopir Terjepit Badan Truk Saat Kecelakaan di Banyuwangi
Masita Lawan Arus Luapan Sungai Demi Susu Bayinya, Tapi Komentar BPBD Banjir Kritik Hingga Minta Maaf *** Local Caption *** Masita Lawan Arus Luapan Sungai Demi Susu Bayinya, Tapi Komentar BPBD Banjir Kritik Hingga Minta MaafNamun simpati publik pada Masita berubah jadi gelombang kritik pedas netizen ketika BPBD Sulbar mengeluarkan pernyataan yang menyebut aksi nekat Masita, seorang ibu RT menyabung nyawa di tengah luapan banjir sungai Mapi itu “hanya konten medsos.”
Komentar tersebut tentu saja langsung menuai kritik pedas netizen.
Pejabat BPBD dianggap publik merupakan bentuk ketidakpekaan dan jauhnya empati pejabat dari realitas sosial yang dihadapi masyarakatnya.
Hal ini pun langsung memicu kemarahan netizen.
Banyak yang menilai pejabat seharusnya hadir memberi solusi, bukan meremehkan penderitaan warga.
Baca juga: Perjuangan Ibu yang Hendak Melahirkan Terabas Kemacetan Ekstrem Pelabuhan Ketapang
Sejumlah netizen lainnya menilai banyaknya komentar-komentar sinis pejabat belakangan ini dalam menilai realitas kehidupan sosial masyarakatnya menunjukkan minimnya sikap empati dan kepekaan pejabat terhadap kondisi nyata masyarakatnya.
Arus kritik publik yang deras akhirnya membuat Muhammad Yasir Fattah, Plt Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulbar, menyampaikan klarifikasi dan permohonan maaf atas ucapannya yang memicu kritik pedas dari berbagai netizen.
“Kami menyadari pernyataan yang disampaikan sebelumnya menimbulkan kesalahpahaman dan melukai perasaan masyarakat. Kami memohon maaf sebesar-besarnya. Seharusnya kami lebih peka dan memastikan bantuan segera sampai kepada warga,” ujar Muhammad Yasir Fattah dalam keterangan videonya yang diunggah ke media sosial.
Peristiwa ini menjadi pengingat bahwa bencana bukan hanya soal infrastruktur dan data, melainkan juga tentang empati.
Sementara Masita mempertaruhkan nyawa demi seteguk susu untuk bayinya, publik berharap pejabat belajar mempertaruhkan ego demi menyelamatkan rasa kemanusiaan.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang